SANDYAKALA AMERTA : 07. FEELING

57 13 1
                                    

“Yang penting berjuang dulu, urusan hasil belakangan.”

***

“Kenapa lo bawa gue kesini?” Itulah pertanyaan pertama Nayla saat ia telah tiba, di tempat yang mereka kunjungi sekarang. Arka, melepaskan helmnya lalu menyugar rambutnya yang sedikit berantakan.

Arka melangkah lebih dulu, di ikuti oleh Nayla di belakangnya. Sementara pertanyaan Nayla masih mengambang di udara, tanpa ada berniat untuk menjawabnya. Arka duduk di bangku taman, yang berwarna putih. Lalu, Nayla pun melakukan hal yang sama.

Arka masih diam, mengamati keadaan sekitar. Tidak terlalu ramai, tetapi juga tidak terlalu sepi. Suasananya juga dingin, dengan pohon rindang di belakang mereka. Banyak anak-anak yang berlari kesana-kemari. Lalu, juga ada anak-anak yang sedang bermain perosotan.

“Lo masih ingat tempat ini?” tanya Arka, menoleh pada Nayla, sementara Nayla belum paham maksud Arka apa, ia mengangguk kaku.

“Ingat, taman yang pernah ngadain pelepasan seribu lampion,” jawab Nayla akhirnya, Arka manggut-manggut mendengar jawaban Nayla. Apa, Nayla hanya ingat itu? Pikir Arka.

Arka tersenyum samar, “Terus apa lagi?” tanyanya, masih mengamati keadaan sekitar. Nayla masih diam, mengingat-ngingat apa yang pernah ada di sini, tetapi ia tidak mengingat apapun selain yang tadi ia katakan.

“Gue gak ingat apa-apa lagi, emangnya kenapa?” tanya Nayla tak mengerti perempuan itu menatap Arka meminta jawaban, tetapi Arka masih diam dengan mata terpejam.

Arka membuka matanya, kemudian menoleh pada Nayla. “Lo mau minum?” Tanpa menunggu jawaban Nayla, Arka melangkah menjauh menuju penjual minuman yang tidak jauh dari mereka.

Apa Nayla hanya ingat itu? Apa Nayla tidak ingat yang lain? Apa Nayla telah melupakannya? Itulah pertanyaan-pertanyaan yang bersarang di kepala Arka. Lagipula, apa yang Arka harapkan? Nayla mengingatnya? Apakah itu akan merubah keadaan? Arka menggelengkan kepalanya, tidak seharusnya ia memikirkan hal ini.

Sepuluh menit kemudian, Arka kembali dengan dua minuman boba di tangannya. Arka menyerahkannya pada Nayla, perempuan itu menyambutnya tidak lupa mengucapkan terimakasih. Arka hanya bergumam sebagai jawaban. Hening melanda mereka.

Sebenarnya banyak pertanyaan yang ingin Arka tanyakan. Tetapi, saat melihat Nayla yang tidak mengingat apapun dirinya pun mengurungkan niatnya. Nayla merasa jika dari tadi, Arka terus memperhatikannya. Apakah ada yang salah dengan pakaiannya? Nayla rasa tidak ada. Lalu, mengapa Arka terus menatapnya?

“Nay,” panggil Arka, cowok itupun mengalihkan tatapannya pada Nayla sedangkan Nayla hanya bergumam, menanggapi Arka. Lidah Arka, mendadak menjadi kelu. Sedangkan Nayla menunggu melanjutkan perkataannya.

“Lo kenapa? Ada masalah?” tanya Nayla akhirnya, saat melihat Arka yang sedang memikirkan sesuatu. Arka menoleh padanya, seakan ingin mengatakan sesuatu.

Arka diam sejenak. “Gapapa, gue lagi mikir aja,” jawab Arka akhirnya, tidak mungkin kan ia menjawab Iya, dan masalahnya itu lo. Nayla masih diam, menunggu Arka melanjutkan perkataannya.

“Menurut lo, kalau lo suka sama seseorang, tapi dia gak tau, apa yang bakal lo lakuin?” tanya Arka akhirnya, menatap Nayla, perempuan itu diam sejenak memahami pertanyaan Arka, sekaligus mencari solusi untuk Arka.

Sandyakala Amerta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang