***
Nayla melangkah di koridor, keadaannya sedikit membaik, semua orang menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Apakah ada yang salah dengan dirinya, hingga mereka menatap seperti itu? Nayla rasa tidak, lalu mengapa? Nayla hanya mengacuhkannya, dan tetap melangkah santai, dari kejauhan ia melihat Arka yang melangkah sendirian, tidak ada Anna, ataupun Wildan di sampingnya, tumben sekali, pikirnya. Nayla mengedikkan bahunya acuh, tetap melanjutkan langkahnya melewati Arka.
"Tunggu." Arka menarik tas Nayla hingga perempuan itu berhenti, apakah sekarang sifat menyebalkan Arka, sudah kembali? Ah tidak, tidak, yang di hadapannya ini, bukan lagi, Arka temannya.
"Lepasin, gue mau ke kelas." Nayla berontak, tetapi Arka justru menarik tas Nayla, hingga perempuan itu melangkah mundur, dan menghadapnya. Nayla menatap Arka kesal.
"Tunggu dulu, Nay." Arka menarik tangan Nayla, perempuan itu melebarkan matanya, apa yang akan Arka lakukan? Dengan cepat ia menarik kembali tangannya.
"Apaansih, Arka. Gak sopan," ucap Nayla melotot tajam, tetapi Arka justru menarik tangannya kuat, hingga jarak mereka hanya beberapa senti. Nayla menatap keadaan sekitar, yang memperhatikan mereka.
"Arka lepasin, di lihatin sama orang-orang. Gue gak mau berantem sama pacar, lo, lagi Arka." Nayla berontak berusaha melepaskan cekalan tangan Arka di tangannya, perempuan itu mundur selangkah, tetapi Arka malah menarik pinggangnya hingga semakin dekat.
"Arka, lepasin gue." Nayla menatap Arka tajam, tetapi satu sudut bibir Arka terangkat, melihat Nayla yang seperti itu.
"Kenapa lo selalu menghindar, dari gue, Nayla?" tanya Arka, Nayla menaikkan sebelah aslinya, apakah Arka sakit? Atau sedang mengigau? Tangan Nayla terulur untuk memegang dahi Arka.
"Gak panas," ucapnya bingung, "Arka, lo lagi, gak sakit kan?" tanya Nayla, aneh sekali rasanya, apa mungkin kepala laki-laki itu terbentur, makanya jadi seperti ini?
"Gue gak sakit, Nayla." jeda beberapa saat, "Lo beneran gak ada perasaan sama gue lagi?" tanya Arka menatap mata Nayla, tetapi perempuan itu justru menatap ke arah lain, ia harus secepatnya bebas dari Arka, jika tidak, ini akan menjadi masalah baru, untuk dirinya. Nayla menginjak kaki, Arka kuat hingga laki-laki itu melepaskan cekalan tangannya dan juga melepaskan tangannya dari pinggang, Nayla.
"Gue gak ada perasaan sama lo, lagi Arka. Jadi gue minta tolong, jangan ganggu gue lagi." Setelah mengatakan itu, Nayla melangkah menjauhi Arka. Meninggalkan cowok itu yang masih memegang kakinya. Gila saja, jika ada yang merekamnya maka, ia pastikan ia akan bertengkar lagi dengan Anna, ah Nayla membenci perempuan itu. Tanpa Nayla ketahui, Arka mengejarnya di belakang.
Laki-laki itu menarik tangannya, dan membawanya ke taman. Nayla berontak berusaha melepaskan cekalan tangan Arka. Tetapi, itu sama sekali tidak berpengaruh.
"Arka, lepasin gue. Lo apa-apaan sih." Nayla melepaskan cekalan tangan Arka kuat, hingga akhirnya terlepas, perempuan itu menatap Arka, tajam. "Mau lo sebenarnya apa, Arka? Gue udah menjauh sesuai permintaan lo, sekarang apa lagi? Gak cukup lo nyakitin gue? Lo mau nambah masalah gue lagi? Iya? Biar Anna, dateng, terus ngelabrak gue? Mempermalukan gue? Itu yang lo mau?"tanya Nayla beruntun, muak sekali dirinya.
"Gue cuman mau mastiin keadaan lo baik-baik aja, Nayla," ucap Arka mendekati Nayla, perempuan itu melangkah mundur, ia menggeleng tidak percaya, satu sudut bibirnya terangkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala Amerta (Selesai)
Ficção AdolescenteJangan lupa follow sebelum baca || A story teenfiction by @sriwahyyuni9 #RadenwijayaSeries4 Nayla Andara. Perempuan yang dikenal friendly dan juga ramah. Sayangnya, karena luka dimasalalu, membuat Nayla tidak mudah percaya pada orang lain, termasuk...