***
Nayla duduk di meja belajarnya sedari tadi yang perempuan itu lakukan, hanyalah diam menatap kosong kertas yang ada di tangannya. Itu adalah surat yang pernah Nayla temukan di lokernya. Surat pemberian Arka, beberapa waktu lalu. Nayla tersenyum kecil kala mengingatnya. Nayla kemudian, mengambil ponsel yang ada di sampingnya. Perempuan itu melihat-lihat fotonya tadi siang bersama Arka.
Kenapa sekarang Nayla sangat mencintai Arka. Padahal sebelumnya Nayla tidak pernah mencintai seseorang sedalam ini, sekalipun itu Dimas. Tetapi, Arka, entah mengapa Nayla tidak ingin kehilangan cowok itu. Perlahan bibirnya yang tadinya tersenyum melengkung ke bawah, sebuah ingatan melintas di kepalanya, ingatan yang membuat Nayla sangat ketakutan. Mimpi buruknya tadi pagi, mengapa seakan terasa nyata.
Nayla sedang duduk di taman menunggu Arka tetapi laki-laki itu tak kunjung datang. Akhirnya, Nayla memilih untuk berjalan-jalan sebentar. Tetapi, baru beberapa langkah, kaki perempuan itu terhenti kala melihat Arka sedang bersama perempuan lain.
“Arka,” panggil Nayla pelan, laki-laki itupun menoleh sesaat, lalu memilih membuang muka, setelahnya mereka berlalu dari hadapan Nayla tetapi perempuan itu menahan tangan Arka.
“Arka, dia siapa?” tanya Nayla menatap perempuan yang ada di samping Arka. Cowok itu melepaskan tangan Nayla dari tangannya.
“Pacar gue.” Laki-laki itu berlalu dari hadapannya, namun baru beberapa saat ia berhenti, dan berbalik menghadap Nayla. “Oh iya, Nay. Gue mau kita putus.” Arka menatap Nayla dingin.
“Enggak Arka, aku gak mau putus dari kamu.” Nayla memegang tangan Arka tetapi laki-laki itu menghentakkan tangannya dengan kasar.
“Gue bilang putus ya, putus.” Arka berlalu dari sana merangkul perempuan yang ada di sampingnya.
Satu bulir air mata terjun bebas di pipinya. Nayla mengusapnya kasar, entah mengapa akhir-akhir ini, ia sering mengalami mimpi buruk. Terlebih, mimpi buruk itu selalu berhubungan dengan Arka. Tentu saja itu membuat Nayla takut, dan cemas di saat yang bersamaan. Nayla takut, bagaimana jika mimpi itu benar-benar menjadi kenyataan. Nayla menggeleng menghilangkan pikiran buruknya, mungkin saja itu hanya bunga tidur.
Sedangkan di tempat lain, Arka sedang duduk di meja belajarnya. Tiba-tiba pintunya di ketuk dari luar, dengan cepat laki-laki itu bangkit, lalu membuka pintunya. Saat pintu terbuka, ternyata itu Neneknya, Gayatri. Arka pun mempersilahkan Neneknya untuk masuk. Gayatri menatap Arka lamat-lamat dengan pandangan yang sangat sulit di artikan.
“Arka, Nenek mau bicara sama kamu.”
***
Nayla melangkah di koridor dengan raut wajah yang cerah. Sesekali perempuan itu bersenandung kecil, di sampingnya ada Adel yang sedang memainkan ponselnya. Mereka berdua melangkah beriringan menuju kelas mereka, sesekali mereka berbincang-bincang kecil. Namun, langkah Nayla terhenti kala seseorang tiba-tiba datang dan menggenggam tangannya. Saat Nayla menoleh, ternyata itu Arka. Laki-laki itu tersenyum hangat.
“Kamu sendirian?” tanya Nayla saat menyadari, tidak ada Wildan di samping cowok itu, biasanya Arka dan Wildan selalu bersama, tetapi tumben sekali hari ini Arka sendirian tanpa Wildan. Arka mengangguk membenarkan.
“Iya, Nay. Katanya, Wildan mau ke toilet,” jawab Arka, mereka melangkah beriringan. Tanpa mereka sadari, Adel memilih mundur selangkah lalu, berjalan di belakang mereka berdua, sangat tidak sopan rasanya jika ia juga ikut melangkah bersama Arka-Nayla.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala Amerta (Selesai)
Teen FictionJangan lupa follow sebelum baca || A story teenfiction by @sriwahyyuni9 #RadenwijayaSeries4 Nayla Andara. Perempuan yang dikenal friendly dan juga ramah. Sayangnya, karena luka dimasalalu, membuat Nayla tidak mudah percaya pada orang lain, termasuk...