SANDYAKALA AMERTA : 02. SAKIT

130 19 1
                                    

“Kebetulan atau ketetapan, tugas kita hanya satu. Menjalaninya dengan sebaik-baiknya.”

***

Nayla melangkah di koridor bersama Adel. Sesekali mereka bercerita ria. Hari ini adalah hari pertama mereka sebagai murid resmi di SMA Radenwijaya. Koridor terlihat sangat ramai, yang dominan di isi oleh siswa baru seperti mereka. Namun, ada juga sebagian senior mereka. Sesekali teman-temannya menyapa, Adel dan Nayla menanggapinya tersenyum ramah. Mereka melangkah menuju kelas mereka X IIS.1.

Setelah beberapa menit mereka telah tiba di kelas baru. Nayla melangkah menuju bangkunya di ikuti oleh Adel di belakangnya. Nayla dan Adel satu kelas, sungguh kebahagiaan yang patut di syukuri. Jika saja mereka tidak sekelas mungkin, Nayla akan menjadi seperti anak ayam yang kehilangan induknya lagi. Mengingatnya, Nayla jadi tersenyum sekaligus mengingat kejadian beberapa hari lalu, yang menurutnya sangat memalukan.

“Kenapa Ka?” tanya Nayla yang sedari tadi memperhatikan gerakan Arka, namun lelaki itu tak kunjung menjawab dan masih diam di tempatnya.

Hingga Arka kembali bersuara yang membuat Nayla terdiam di tempatnya, seketika pipinya memerah mendengar apa yang baru saja Arka katakan. Ingin sekali ia langsung menghilang, atau menenggelamkan dirinya ke rawa-rawa.

“Nay ... helmnya belum lo lepasin.” Arka mengatakannya dengan wajah datar, seketika itu juga Nayla gelagapan tangannya meraba kepala dan benar, helmnya lupa ia lepaskan. Buru-buru, Nayla melepaskannya dan memberikannya pada Arka.

“S-sorry Ka, ini helm lo.” Nayla menyerahkan helmnya dan di sambut oleh Arka, laki-laki itu tersenyum. “Masuk gih, gak baik cewek di luar sendirian. Gue pulang dulu.” Setelah itu Arka pamit pada Nayla dan melajukan kendaraanya.

Kalian pasti bertanya-tanya kenapa Arka bisa memiliki dua helm, jawabannya tentu saja ia meminjam helm Wildan. Saat itu, ia buru-buru dan lupa membawa helm alhasil ia meminjam helm Wildan dan sekarang Arka ingin mengembalikannya. Namun, di tengah perjalanan ia melihat Nayla yang sedang berjalan kaki sendirian. Arka pun berinisiatif untuk mengantarkannya pulang.

“Nay!” teriak Adel di samping Nayla, hal itu sukses membuat Nayla jantungan. Nayla mengusap kupingnya yang berdengung akibat ulah Adel. Namun, sang biang kerusuhan hanya menyengir tak berdosa.

“Untung telinga gue tahan banting Del,” ucap Nayla maklum, “Kenapa teriak-teriak. Gue kan ada di samping lo Del.” Nayla menatap Adel, namun yang di tatap malah menampilkan ekspresi yang menyebalkan.

“Lo sih, dari tadi senyam-senyum sendiri. Gue kan, jadi ngeri, kali aja lo kerasukan hantu penunggu kelas. Secara kan, kita murid baru. Mungkin aja dia pengen kenalan sama lo.”

Nayla menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan penjelasan Adel yang panjang kali lebar, namun tidak ada yang betul satu pun. “Gue gak kerasukan Adel. Gue lagi bayangin gimana, kalau seandainya gue ke Korea terus ketemu sama D.O. EXO,” jawab Nayla ngawur, biarlah ia berbohong. Jika Adel tau yang sebenarnya, bisa di pastikan Adel akan menertawakannya, habis-habisan.

“Astaga gue kira lo kenapa Nay.” Adel mengusap kasar wajahnya, “Lo pagi-pagi kok udah halu sih. Oh, gue tau nih. Lo pasti belum sarapan kan?”

“Emang.” Nayla menjawab dengan ekspresi kalem, namun terlihat menyebalkan bagi Adel. Sudahlah, mereka berdua memang suka membuat darah tinggi. Sama-sama menyebalkan.

***

Di lain tempat, Arka sedang melangkah di koridor bersama Wildan. Sesekali ia tersenyum jika ada yang menyapanya begitupun dengan Wildan. Koridor sangat ramai, bukan tanpa sebab semua itu karena banyaknya siswa baru yang juga sedang menuju kelas mereka. Dari arah berlawanan ada seorang siswa yang sedang terburu-buru. Tanpa sengaja siswa itu menabrak Arka.

Sandyakala Amerta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang