***
“Arka, aku kangen banget sama kamu.” Perempuan itu menangis dan kembali memeluknya erat. Arka masih diam, tidak mengatakan apapun, laki-laki itu juga tidak membalas pelukan Nayla. Cukup lama sampai Nayla melepaskan pelukannya pada Arka.
“Arka,” panggil Nayla, namun laki-laki itu masih diam, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Arka menghembuskan nafas pelan, laki-laki itu berdehem sebentar.
“Aku mau kita putus, Nay.” Nayla menatap Arka, dirinya tidak salah dengarkan? Arka ingin mengakhiri hubungan dengannya? Perempuan itu tertawa candaan Arka itu lucu sekali. Kekasihnya itu memang suka bercanda.
“Arka, candaan kamu gak lucu, tau,” ucap Nayla masih dengan sisa tawanya, Arka ini ada-ada saja, pikir Nayla.
“Aku serius Nay. Aku mau kita putus.” Nayla menghentikan sisa tawanya kala melihat wajah serius Arka, perempuan itu mencoba mencari kebohongan dari mata Arka, tidak ada kebohongan di mata Arka. Laki-laki itu benar ingin mengakhiri hubungan dengannya.
“Arka, kamu pasti bercanda kan?” tanya Nayla menatap Arka meminta jawaban, laki-laki itu menggeleng.
“Aku lagi gak bercanda, Nay.” Nayla mengangkat wajahnya menatap Arka yang jauh lebih tinggi darinya, tangan Nayla terkepal kuat di samping tubuhnya.
“Tapi kenapa Arka? Aku salah apa?” Suara Nayla terdengar bergetar, terselip emosi di sana. Meskipun begitu, sekuat tenaga Nayla menjaga suaranya.
“Lo gak salah apa-apa, Nay.” Lihatlah, bahkan sekarang Arka sudah mengubah gaya bicaranya.
“Kalau aku gak salah apa-apa, kenapa kamu putusin aku, Arka? Kalau aku salah, bilang sama aku, biar bisa aku perbaiki. T-tapi jangan putusin aku, Arka.” Bibir perempuan itu bergetar menahan tangis, matanya sudah mengabur karena tumpukan air mata. Jika sekali saja, ia berkedip, maka cairan bening itu pasti akan jatuh. Arka menggeleng.
“Sorry, Nay. Gue gak bisa sama lo lagi, gue bosen sama lo.” Perempuan itu tertunduk mendengar ucapan laki-laki yang ada di hadapannya ini, kata-kata Arka seperti ribuan belati yang menikam hati Nayla, sangat sakit rasanya, apa tadi? Bosan. Arka memutuskannya karena bosan? Nayla tidak percaya itu.
“Arka,” panggil Nayla pelan, lidahnya terasa kelu sekarang, perlahan Nayla mengangkat wajahnya menatap Arka. “Kamu gak ingat? Dulu kamu yang ngejar aku, dari awal pertama kenal, aku selalu cuek sama kamu. Perlahan kamu bisa luluhin hati aku. Tapi, kenapa sekarang saat aku udah sayang sama kamu, kamu ninggalin aku, Arka?” tanya Nayla menatap Arka sendu, tergambar jelas kekecewaan di suara perempuan itu. Arka sama sekali tidak mau menatapnya.
“Itu dulu Nay, dulu sama sekarang beda.” Arka hendak berlalu dari sana tapi sekali lagi, Nayla menahan tangan cowok itu.
“Aku yakin, kamu masih sayang sama aku, Arka.” Perempuan itu memeluk Arka erat, tubuh Arka kembali menegang karena pelukan Nayla, perempuan itu menangis dan menggeleng kuat. “Aku gak mau putus dari kamu, Arka. Aku gak mau.”
Arka melepaskan pelukan Nayla, kemudian laki-laki itu berlalu dari sana, meninggalkan Nayla dengan segala rasa sakitnya. Nayla meluruh, memukul dadanya kuat, sakit, sesak, kecewa, bercampur menjadi satu. Perempuan itu menangis hebat, bersamaan dengan muculnya guratan-guratan merah saat senja yang di sebut dengan Sandyakala. Sandyakala merupakan saksi bisu, betapa hebat Arka menghancurkan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala Amerta (Selesai)
Roman pour AdolescentsJangan lupa follow sebelum baca || A story teenfiction by @sriwahyyuni9 #RadenwijayaSeries4 Nayla Andara. Perempuan yang dikenal friendly dan juga ramah. Sayangnya, karena luka dimasalalu, membuat Nayla tidak mudah percaya pada orang lain, termasuk...