***
“Lo pembohong! Lo penghianat! Gue benci lo, Arka.” Nayla mengobrak abrik meja riasnya hingga semua barang miliknya jatuh berserakan. Nayla meluruh bersandar di balik kursi rias. Perempuan itu menangis kuat. Mengeluarkan semua emosi yang tertahan sejak tadi.
“Gue benci lo, Arka. Gue benci lo,” ucap Nayla pada foto Arka yang terletak di atas nakas perempuan itu melemparnya, hingga kacanya pecah dan jatuh berserakan. Kemudian perempuan itu berdiri menatap pantulan dirinya di cermin rias. Rambut acak-acakan, hidung yang memerah dan juga lingkaran hitam di bawah matanya. Tiba-tiba seseorang muncul di samping kirinya dengan gaun hitam, seseorang itu mirip sekali dengan dirinya.
“Lihat Nayla. Bahkan, Arka, orang yang lo percaya menghianati lo. Gak ada gunanya lo hidup lagi Nay,” ucapnya, tiba-tiba seseorang muncul di samping kanannya, seseorang itu juga mirip dengan dirinya hanya saja wajahnya lebih lembut dan menggunakan gaun berwarna putih.
“Nayla, lo gak salah apa-apa. Semuanya ini udah di atur Nay, tugas lo cuma mengiklaskan dan tetap jalani hidup dengan baik,” ucapnya tersenyum lembut. Seseorang yang ada di samping kirinya tersenyum remeh.
“Lo gak perlu dengerin dia Nay. Ingat, Gak ada yang sayang sama lo. Arka menghianati lo sama Anna, Nayla.” ucapnya lagi, perempuan yang ada di samping kanannya memegang tangannya lembut dan mengusapnya pelan.
“Nayla, lo masih sayang sama Arka kan? Mama dan juga Adel? Lo harus bangkit Nayla, jangan biarkan mereka buat kehilangan lo, mereka semua sayang sama lo, Nayla, tapi dengan cara mereka masing-masing.”
“Diam kalian!” Nayla memecahkan cermin rias dengan tangannya, hingga cermin itu hancur dan beling-belingnya berserakan. Tangan Nayla mengeluarkan darah segar, namun ia tidak peduli itu, ia hanya membiarkannya tanpa berniat untuk mengobatinya. Rasa sakit di tangannya, tidak sebanding dengan rasa sakit hatinya.
Apa yang pernah Arka katakan padanya bohong, Arka yang mencintainya, itu hanya bohong, Arka yang tidak akan meninggalkannya, semuanya bohong. Nayla membenci itu, mengapa Arka harus bersikap seolah-olah mencintainya, jika laki-laki itu mencintai perempuan lain? Mengapa Arka tidak jujur padanya? Kenapa Arka harus membohonginya? Kenapa? Kesalahan apa yang dirinya perbuat di masalalu hingga Tuhan menghukumnya seperti ini?
Nayla meraih pecahan kaca yang ada di sampingnya, bersiap untuk memutuskan urat nadinya. Percayalah ia sangat lelah, ia ingin istirahat tanpa harus merasakan sakit lagi. Nayla memejamkan matanya kemudian ....
Srettt
Darah segar mengalir dari tangannya, Nayla tersenyum lebar. “Selamat tinggal, Arka, mama, Adel dan Wildan.” Setelahnya perempuan itu menutup matanya.
***
Seorang perempuan keluar dari rumahnya, dengan kaca mata hitam dan juga kerudung yang ia gunakan untuk menutupi sebagian wajahnya. Di ujung jalan, sudah ada taksi yang menunggunya, kemudian perempuan itu masuk dan melesat ke tempat tujuan. Seseorang yang tadi bersembunyi di balik pohon pun mengikutinya dengan taksi yang sudah ia pesan. Ia melesat mengikuti mobil yang ada di hadapannya. Jalanan yang mereka masih jalanan sama yang mereka lewati tempo lalu, setelah setengah jam perjalanan ia tiba di sebuah rumah tua di pinggir hutan. Perempuan itu turun begitupun dirinya. Ia berjalan pelan agar tidak ketahuan. Perempuan itu masuk dan menghadap pada seseorang yang di sebut Miss X. Ia mengintip lewat kaca dan kembali merekam semua itu melalui ponselnya dari konsen jendela sehingga tersembunyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala Amerta (Selesai)
Novela JuvenilJangan lupa follow sebelum baca || A story teenfiction by @sriwahyyuni9 #RadenwijayaSeries4 Nayla Andara. Perempuan yang dikenal friendly dan juga ramah. Sayangnya, karena luka dimasalalu, membuat Nayla tidak mudah percaya pada orang lain, termasuk...