SANDYAKALA AMERTA : 37. SEPTEMBER DAN HUJAN

28 5 0
                                    

***

Dalam sebuah ruangan yang gelap seorang remaja perempuan meringkuk ketakutan. Dua minggu sudah ia di sini, namun tidak ada tanda-tanda ia akan terbebas, keadaannya sangat kacau, rambut yang acak-acakkan, seragam sekolah yang kotor dan juga wajahnya yang kusam. Keadaannya sangat mengenaskan. Perlahan cairan bening meluncur bebas di pipinya. Ia tidak tau apa yang sedang terjadi sekarang, tetapi satu hal yang pasti, sesuatu yang besar sedang terjadi dan dirinya salah satu korbannya. Mungkin kakaknya juga.

“Bagaimana kabarmu, gadis kecil?” Suara seseorang itu mengalihkan perhatiannya, ia semakin melangkah mundur ke sudut ruangan yang gelap.

“Siapa kau? Kenapa kau menahanku disini?” tanyanya berteriak, tanpa ia ketahui seseorang di balik tutup jubah itu tersenyum lebar.

“Kau tidak perlu mengetahui siapa aku, gadis kecil.” Perempuan itu meremang mendengar suara seseorang yang ada di hadapannya, Putri berhati iblis batinnya.

“Apakah kau merindukan keluargamu?” tanya Miss X semakin mendekatinya, ia tidak bisa bergerak kemana-mana lagi, karena ia sudah berada di sudut ruangan, dan seseorang berjubah hitam itu berada di hadapannya.

“Lepaskan, aku. Aku ingin pulang,” ucap perempuan itu lagi suaranya bergetar karena takut, namun seseorang yang ada di hadapannya tertawa.

“Aku tidak akan melepaskanmu dengan mudah. Karena apa yang aku inginkan belum tercapai.” jeda beberapa saat, Miss X mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang. Kemudian panggilan terhubung. “Apakah kau ingin berbicara dengan adik kesayanganmu?” tanyanya, pada seseorang yang ada di seberang sana. Kemudian Miss X mengarahkan ponselnya pada perempuan itu, tak lupa ia mengeraskan suaranya.

“Bang Arka ....” Perempuan itu menangis memanggil kakaknya, “Bang Arka, Alia mau pulang, Alia gak mau ada di sini.” Suara Alia bergetar ketakutan.

“A-Alia, abang akan berusaha buat menyelamatkan kamu, abang janji itu. K-kamu tenang ya,” ucap Arka di seberang sana.

“Miss X, lepasin Alia. Gue udah lakuin apa yang lo minta,” lanjut Arka, diam-diam tangan cowok itu terkepal kuat. Miss X tertawa mendengar ucapan Arka.

“Benarkah? Tetapi aku belum puas melihat dia menderita,” ucapnya santai tertawa licik.

“Maksud lo apa?" tanya Arka murka, andai ia punya kekuatan untuk melawan mungkin keadaannya tidak akan seperti ini.

“Ah, harusnya kau senang, aku masih berbaik hati untuk membiarkanmu dekat dengannya, haruskah aku membawanya kemari juga seperti adikmu.”

“Brengsek!” umpat Arka di seberang sana, ia merasa sedang di permainkan.

“Hei, jangan mengumpatiku seperti itu. Apakah kau ingin aku membunuh dua wanita kesayanganmu itu?” Seseorang berjubah hitam itu tertawa penuh kemenangan saat mendengar tidak ada jawaban dari Arka.

“Baiklah, baiklah, aku tau kau marah padaku. Tetapi aku punya satu tugas terakhir untukmu ....”

***

Satu sekolah di gemparkan karena kedatangan Arka dan Anna bersamaan, yang lebih membuat mereka kaget adalah mereka datang bergandengan tangan. Kalian pasti bertanya, kenapa mereka tahu perempuan itu Anna, itu semua karena pertengkaran Nayla dan Anna di kantin, kemarin. Namun, hari ini Arka datang dengan perempuan itu, satu sekolah juga tau, jika Arka dan Nayla merupakan mantan. Mereka melempar senyum merekah satu sama lain, seperti orang yang sedang kasmaran.

Sandyakala Amerta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang