***
“Nay, ada apa?” tanya Arka saat melihat Nayla yang sudah tenang, perempuan itu juga sudah tidak menangis lagi, hanya saja mata perempuan itu sedikit sembab karena menangis. Arka tidak mengerti Nayla kenapa. Tetapi, satu hal yang ia pahami. Perempuan itu pasti bermimpi buruk seperti beberapa waktu lalu, dan hal itu membuat Nayla ketakutan seperti sekarang.
Nayla menggeleng, menggenggam tangan Arka erat. “Jangan tinggalin aku, Arka.” Sedari tadi, hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Nayla. Bahkan ini kalimat yang sudah berpuluh-puluh kali, Arka dengar. Setiap dirinya bertanya kenapa perempuan itu selalu menggeleng dan terus mengatakan kalimat yang sama.
Apakah mimpi Nayla semenakutkan itu, hingga sedari tadi Nayla tidak mau melepaskan genggaman tangannya. Sebenarnya Arka tidak masalah dengan itu, tetapi ia khawatir melihat Nayla yang seperti ini. Bahkan, sekarang Arka bingung harus dengan cara apa ia menenangkan Nayla. Perempuan itu tidak mau menceritakan apapun, mungkin karena ia masih takut dengan hal yang baru saja ia alami.
Nayla benar-benar takut sekarang. Bagaimana jika mimpi itu menjadi kenyataan? Bagaimana jika Arka benar-benar meninggalkannya? Bahkan, Nayla takut untuk menutup mata, semua itu karena mimpi buruk yang selalu mengganggu tidurnya. Mimpi itu terasa sangat nyata, jika memang benar hal itu terjadi, ia tidak bisa membayangkan akan sehancur dan sekacau apa dirinya nanti. Nayla tidak ingin kehilangan Arka, karena ia sangat mencintai laki-laki itu. Katakan saja, jika Nayla lebay. Tetapi, itulah kenyataannya. Perasaan Nayla sangat dalam untuk Arka.
Tidak, Arka tidak akan meninggalkannya, kata-kata itulah yang selalu ia rapalkan dalam hati. Bahkan sekarang, Nayla takut melepaskan genggaman tangannya pada Arka, kalau-kalau laki-laki itu akan pergi dan meninggalkannya. Bahkan sekarang lidah Nayla terasa kelu, untuk mengatakan pada Arka, apa yang baru saja ia alami. Ia benar-benar takut, takut jika itu semua menjadi nyata. Kalian boleh memaki, jika Nayla lebay, namun tak bisa ia pungkiri jika ia benar-benar takut. Bahkan, Nayla takut akan hal yang akan terjadi beberapa jam ke depan.
“Nay, kamu mimpi buruk lagi?” tanya Arka lembut, perempuan itu tidak menjawab tetapi Nayla mengangguk mengiyakan, hal itu sudah cukup menjawab pertanyaan Arka. Laki-laki itu menghembuskan nafas pelan.
“Kamu mimpi apa, Nay?” tanya Arka lagi, hati-hati, tetapi Nayla menggeleng dan semakin kuat menggenggam tangannya. Sepertinya perempuan itu bermimpi buruk lagi tentang dirinya, bahkan mungkin lebih buruk dari itu. Semua itu terlihat jelas dari Nayla yang tidak mau berbicara dan hanya menjawab melalui tindakan.
“Nay, apa mimpi kamu berhubungan sama aku lagi? Kamu mimpi, aku ninggalin kamu?” tanya Arka hati-hati, tetapi hal yang Nayla berikan justru di luar dugaannya. Perempuan itu kembali menangis, dan menggeleng kuat, meracau. Sepertinya mimpi itu benar-benar membuat Nayla ketakutan secara batin.
“Enggak Arka, kamu gak akan ninggalin aku kan?” tanya Nayla serak, perempuan itu menatap Arka lama, dengan air mata yang masih mengalir deras, “Arka,” panggil Nayla lagi sedikit tinggi, Arka tersenyum lembut.
“Aku gak akan ninggalin kamu Nay, itu janji aku. Kamu bisa pegang janji itu,” janji Arka, setelah itu barulah Nayla terlihat lebih tenang daripada sebelumnya. Arka merasa sakit melihat Nayla yang seperti ini, Arka benar-benar tidak bisa melihat perempuan itu menangis, karena sama saja hal itu akan menyakiti dirinya.
“Sekarang kita ke kelas ya, aku antar kamu,” ucap Arka mengalihkan pembicaraan, ia tidak ingin membuat Nayla semakin takut. Lagipula bell masuk sudah berbunyi beberapa menit lalu, Nayla pun mengangguk setuju. Arka membantu Nayla membawa buku-buku pelajarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala Amerta (Selesai)
Teen FictionJangan lupa follow sebelum baca || A story teenfiction by @sriwahyyuni9 #RadenwijayaSeries4 Nayla Andara. Perempuan yang dikenal friendly dan juga ramah. Sayangnya, karena luka dimasalalu, membuat Nayla tidak mudah percaya pada orang lain, termasuk...