***
Nayla duduk di bangku taman rumahnya. Di temani bintang-bintang malam yang menghiasi langit sehingga terlihat berkelap-kelip. Bosan sekali rasanya, Nayla merindukan ayahnya. Apakah di sana ayahnya sedang memperhatikan dirinya? Sebenarnya banyak hal yang ingin Nayla ceritakan pada ayahnya, mungkin sampai pagi tidak akan habis. Jadi, Nayla persingkat saja.
“Papa, Nayla, rindu.” Nayla terdiam beberapa saat. “Papa, Nayla mau cerita. Sekarang, Nayla udah besar. Lama gak ketemu ya, pa.” Nafas Nayla, terasa tercekat di tenggorokan. “Sehat-sehat di sana ya pa. Papa pasti jaga Nayla dari sana kan?” Nayla berbicara seolah orang yang sedang di ajak bicara ada di dekatnya. Satu bulir cairan bening, terjun bebas di pipi mulusnya.
Terkadang Nayla merasa jika dirinya merupakan gadis yang malang. Bukan tanpa sebab, semua itu karena semua peristiwa yang silih berganti datang dalam hidupnya. Bahkan dari saat Nayla kecil pun, dirinya sudah di patahkan oleh kenyataan. Dulu, Nayla kecil mungkin tidak mengerti apa-apa dan masih terlalu belia untuk memahami semuanya. Namun, seiring berjalannya waktu Nayla kecil mulai tumbuh menjadi Nayla remaja hingga satu persatu ia mulai memahami semuanya.
Mulai dari kasih sayang, cinta, persahabatan, penghianatan hingga kekecewaan, semuanya pernah Nayla rasakan. Jika seandainya dirinya di masalalu bertemu dengan dirinya di masa depan. Pasti, Nayla masalalu akan senang melihat Nayla masa depan tumbuh dengan tangguh dan kuat. Nayla bersyukur dirinya masih bisa bertahan hingga saat ini. Pada akhirnya saat kamu merasa lelah, bukan pergi yang kamu inginkan, melainkan kamu tidak ingin berada di posisimu saat itu.
Karena udara yang semakin dingin, Nayla lebih memilih untuk masuk, mengistirahatkan diri atas semua aktiftas yang ia jalani hari ini. Saat tiba di kamarnya, Nayla memilih duduk di meja belajar. Tangannya, terulur untuk membuka buku diary nya yang tidak pernah ia tuliskan apapun lagi. Satu senyum kecil, terbit di bibir mungilnya saat melihat sebuah stiker note, juga sebuah surat.
Tidak pernah Nayla duga jika pada akhirnya ia akan mencintai Arka, laki-laki yang ia temui tanpa sengaja satu tahun lalu. Skenario Tuhan itu memang indah, terkadang apa yang menurut kamu tidak mungkin, justru di kemudian hari hal itu akan menjadi kenyataan. Sama seperti harapan Arka yang berharap akan bertemu dirinya di kemudian hari. Tanpa di sangka-sangka harapan itu justru menjadi kenyataan, mereka bertemu lagi, bahkan lebih dekat dari sebelumnya.
Jika Nayla boleh berharap. Ia hanya ingin, jika Arka, lah laki-laki terakhir yang ia cintai sampai ia menutup mata. Jika Tuhan mengizinkan itu semua, sungguh Nayla lelah, jika harus mencari lagi. Nayla berharap jika Arka kelak yang akan mendampinginya, memimpin dan membimbingnya menuju jalan terbaik ke rumah Allah. Katakan saja, jika Nayla terlalu berlebihan, tetapi itulah harapan yang ia sematkan pada, Arka.
Berbicara soal Arka, kira-kira apa yang sedang laki-laki itu lakukan? Apakah laki-laki itu sudah tidur? Mengingat malam yang mulai larut, Nayla memilih untuk tidur, perempuan itu menarik selimutnya lalu mematikan lampu tidur.
***
“Bang, lo kenapa?” Suara itu mengalihkan perhatian Arka, laki-laki itu menoleh ke samping ternyata sudah ada Alia yang duduk di sampingnya. Arka menggeleng.
“Gapapa, kenapa lo belum tidur?” tanya Arka pada Alia, Adiknya itu hanya menggeleng sebagai jawaban.
“Gue belum ngantuk, Bang. Oh iya, beberapa hari yang lalu, lo kemana Bang? Kenapa gak tidur di rumah?” tanya Alia penasaran. Setelah Arka pulang, beberapa hari lalu, ia tidak sempat bertanya karena saat itu Arka kelihatan sangat lelah, jadi dirinya memilih untuk mengurungkan niatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala Amerta (Selesai)
Novela JuvenilJangan lupa follow sebelum baca || A story teenfiction by @sriwahyyuni9 #RadenwijayaSeries4 Nayla Andara. Perempuan yang dikenal friendly dan juga ramah. Sayangnya, karena luka dimasalalu, membuat Nayla tidak mudah percaya pada orang lain, termasuk...