“Tolong jangan anggap gue sebagai orang asing dalam hidup lo.”
***
“Nayla.”
Nayla menoleh, ke samping dan mendapati, Adel telah berdiri dengan menatapnya bingung, Nayla segera menyembunyikan note itu dan menutup lokernya. Adel menatap aneh pada Nayla. Sedangakan Nayla, berusaha setenang mungkin.
“Lo ngapain Nay? Dari tadi, gue perhatiin lo kaya lagi kebingungan?” tanya Adel, sambil melihat ke arah loker Nayla, mencari sesuatu yang mungkin bisa menjawab kebingungan Nayla.
“Gapapa kok, Del. Gue cuman bingung aja, gue lupa bawa buku, ternyata buku gue di loker,” jawab Nayla menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, semoga Adel percaya sama gue batin Nayla.
Sedangkan, Adel hanya ber oh-ria mendengar jawaban Nayla, perempuan itu manggut-manggut. “Yaudah, tapi kalau lo ada apa-apa, lo bisa cerita sama gue, Nay.”
Nayla mengangguk sekali, “Pasti, Del.” Nayla tersenyum tulus, sejujurnya Nayla hanya tidak ingin membuat Adel khawatir akan dirinya. Nayla, cukup bersyukur mempunyai sahabat sebaik Adel.
Kemudian mereka melangkah bersama, menuju bangku mereka dengan berbincang-bincang kecil. Suasana kelas mulai ramai, karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi. Tak berapa lama, bel masuk berbunyi, dan mereka mengikuti pelajaran dengan baik.
Di tempatnya, Nayla tidak bisa fokus. Pikirannya di penuhi oleh, pertanyaan-pertanyaan yang sedari tadi mengisi kepalanya. Tentang siapa pengirim itu? Nayla sama sekali tidak bisa memikirkan apapun. Selama beberapa bulan ini, Nayla bisa tenang karena perasaannya mulai membaik.
Tetapi, entah mengapa saat menerima surat itu, membuat Nayla sedikit cemas. Nayla hanya takut, orang itu akan berbuat macam-macam padanya, salah satunya seperti meneror dirinya, mungkin. Nayla menggelengkan, kepalanya mencoba menghilangkan pikiran buruk.
Kemudian, ia izin untuk ke toilet untuk mencuci wajahnya, agar sedikit tenang. Nayla, pun keluar kelas, koridor sepi karena ajar, mengajar telah di mulai. Karena terlalu asik dengan pikirannya, tanpa sengaja Nayla menabrak seseorang.
“Aduh.” Nayla mengusap jidatnya, yang baru saja terbentur dengan keras, untungnya tidak berdarah. Nayla, menaikkan pandangannya saat melihat sepasang kaki berdiri di depannya.
“Arka?” tanya Nayla menatap Arka, sedangkan cowok itu bersedekap dada, dengan alis terangkat, seakan bertanya “Apa?”
“Ngapain lo di sini? Bukannya kelas lo lagi belajar?” tanya Arka menatap Nayla, sambil memperhatikan raut wajah Nayla yang tidak seperti biasanya, seperti ada sesuatu yang ia sembunyikan, tetapi Arka tidak tau itu apa.
“Gue mau ke toilet,” jawab Nayla, Arka manggut-manggut, kemudian ia angkat suara yang membuat Nayla sadar.
“Bukannya arah toilet ke sana ya? Terus ngapain lo ke arah yang berlawanan?” tanya Arka menatap tajam sambil menelisik Nayla.
Ternyata selain menyebalkan dan suka berlaku konyol, cowok yang ada di hadapannya ini juga, berbakat menjadi polisi yang mengintrogasi. Lihat saja, tatapannya yang tajam, seakan mengintimidasi dirinya, layaknya pelaku yang benar-benar bersalah.
“Oh, iya gue lupa,” ucap Nayla menyengir, kemudian ia membalik tubuhnya, baru selangkah, tetapi tangannya di cekal oleh Arka, dan menariknya hingga Nayla menghadap ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala Amerta (Selesai)
Teen FictionJangan lupa follow sebelum baca || A story teenfiction by @sriwahyyuni9 #RadenwijayaSeries4 Nayla Andara. Perempuan yang dikenal friendly dan juga ramah. Sayangnya, karena luka dimasalalu, membuat Nayla tidak mudah percaya pada orang lain, termasuk...