***
Nayla duduk di depan meja riasnya, sedari tadi yang ia lakukan hanyalah melamun. Bagaimana tidak, mungkin saja hari ini hari terakhir dirinya bisa bertemu Arka, sebelum ibunya memutuskan untuk menjauhi Arka. Satu lagi, satu kalimat yang Arka ucapkan tadi siang, masih menjadi misteri bagi Nayla. Arka ingin membawanya kemana?
Memikirkan itu, membuat Nayla merasa bimbang dan cemas di saat yang bersamaan. Bagaimana tidak? Tidak ada yang tau kedepannya akan seperti apa, termasuk keputusan ibunya malam ini. Berkali-kali Nayla menghembuskan nafas pelan guna untuk menenangkan dirinya sendiri.
Perempuan itu menatap dirinya di pantulan cermin. Dress biru selutut, rambut yang ia gerai serta bando dengan warna senada. Cukup sederhana, tidak ada yang berlebihan, Nayla memoleskan sedikit pemerah bibir, agar tidak terlalu pucat. Nayla masih tidak mengerti mengapa Arka menyuruhnya merias diri, seperti ini.
Lamunan Nayla buyar saat satu notifikasi muncul di layar ponselnya. Kemudian, Nayla mengambil ponselnya, lalu memeriksa satu notifikasi yang baru saja masuk. Ternyata itu dari Arka, Nayla pun membacanya.
Arka🐥
Lo udah siap-siap kan? Gue ke rumah lo sekarang. Jangan khawatir, semuanya pasti bakal baik-baik aja, percaya sama gue.|
Begitulah isi pesannya, seperti bisa membaca pikiran Nayla, Arka berusaha menenangkannya. Namun, itu tidak terlalu berdampak besar bagi Nayla. Perempuan itu tetap saja cemas. Memikirkan, kemungkinan-kemungkinan terburuk keputusan Maria. Bukankah, ia harus mempersiapkan dirinya, untuk kemungkinan itu? Berulang kali, Nayla menghembuskan nafas agar sedikit tenang.
Setelah merasa cukup membaik, perempuan itu memutuskan untuk ke bawah, menemui ibunya. Nayla melangkah pelan, menghampiri Maria yang sedang duduk di sofa, sibuk dengan dokumen-dokumen pekerjaannya. Nayla ikut duduk di samping ibunya, tanpa mau mengganggu. Dapat Nayla lihat, jika ibunya kelelahan. Nayla sangat merindukan ibunya, ingin sekali ia meminta ibunya untuk cuti dan menghabiskan waktu bersamanya, tetapi Nayla rasa itu tidak mungkin.
Bukan tanpa sebab, menjadi single parents artinya harus menjadi dua sosok yang berbeda di saat yang bersamaan. Sosok ayah dan juga sosok ibu, selama ini ibunya telah bekerja cukup keras untuk memenuhi kebutuhannya. Pernah suatu hari Nayla, nekat untuk bekerja part time untuk meringankan beban ibunya, tanpa sepengatahuan Maria. Akhirnya Ibunya marah pada Nayla, dan tidak pulang ke rumah kurang lebih dua minggu lamanya. Setelah itu, Nayla tidak berani untuk bekerja lagi, meskipun ia ingin.
Lamunan Nayla buyar saat Maria memanggilnya. “Nayla,” panggil Ibunya, ia pun menoleh ke arah Maria, tetapi perempuan itu tak kunjung melanjutkan perkataannya.
“Kenapa, Ma?” tanya Nayla akhirnya. Maria pun merapikan dokumen-dokumen yang telah selesai ia baca, dan akan ia bawa esok hari.
“Besok, Mama mau keluar kota lagi. Kamu gapapa kan, sendirian di rumah?” tanya Maria memastikan, sebenarnya ia ingin mencari ART untuk menemani Nayla di rumah, tetapi Nayla menolak itu, dengan dalih ia bisa mengurus rumah sendirian.
“Gapapa kok, Ma. Nayla bisa sendirian di rumah. Lagian, Nayla juga udah gede sekarang, jadi gak perlu ngerepotin lagi,” jelas Nayla tersenyum, menenangkan Ibunya, Nayla hanya tidak ingin membuat Ibunya khawatir, itu saja. Setidaknya ia bisa mengurangi beban ibunya dengan mengurus rumah sendirian.
“Kalau kamu ada apa-apa, kamu cepat hubungi Mama ya?” pesan ibunya, Nayla pun mengangguk sebagai jawaban.
Tak lama bell rumah mereka berbunyi, Nayla pun izin untuk membukanya. Saat Nayla membukanya ternyata itu Arka. Dengan kaos putih, jaket boomber hitam dan juga celana senada. Nayla pun mempersilahkan Arka masuk, cowok itu masuk dengan mengucap salam.
![](https://img.wattpad.com/cover/279153994-288-k426852.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sandyakala Amerta (Selesai)
Teen FictionJangan lupa follow sebelum baca || A story teenfiction by @sriwahyyuni9 #RadenwijayaSeries4 Nayla Andara. Perempuan yang dikenal friendly dan juga ramah. Sayangnya, karena luka dimasalalu, membuat Nayla tidak mudah percaya pada orang lain, termasuk...