SANDYAKALA AMERTA : 10. KOTAK BEKAL

45 11 1
                                    

***

Koridor SMA Radenwijaya di penuhi oleh siswa dan siswi. Tak terkecuali Nayla dan Adel, mereka melangkah bersama sambil berbincang-bincang kecil. Di belakang mereka ada, Arka dan juga Wildan, mereka tidak sengaja bertemu di parkiran. Sehingga mereka memutuskan untuk ke kelas bersama.

Dalam hati Nayla bersyukur, Arka tidak sakit. Nayla khawatir jika Arka akan sakit, pasalnya cowok itu hujan-hujanan dan datang dengan basah kuyup. Semalam, setelah pembicaraan terakhir mereka. Arka mendapatkan telepon dari rumahnya, yang mengharuskannya segera pulang. Saat di persimpangan koridor mereka berpisah.

“Del, Nay, gue duluan ya?” pamit Wildan, setelah mendapat persetujuan dari dua perempuan itu Wildan melangkah, tetapi tak berapa lama langkahnya terhenti saat menyadari Arka tidak ikut bersamanya.

Wildan, membalikan badannya. Cowok itu menghembuskan nafas pelan saat melihat Arka yang masih berdiri di persimpangan koridor bersama Adel dan juga Nayla. Sepertinya mereka sedang membicarakan sesuatu. Jarak mereka cukup jauh, sehingga Wildan tidak tau apa yang sedang mereka bicarakan.

“Woy, Arka! Lo ikut ke kelas gak?!” teriak Wildan, mengabaikan tatapan orang-orang yang ada di sana, tetapi Wildan tidak perduli dengan itu semua. Arka menoleh ke arahnya.

“Lo duluan aja, Dan, Gue masih ada sesuatu!” jawab Arka, Wildan pun mengangguk, dan memberikan satu jempol, setelahnya ia pergi menuju kelas. Wildan tak habis pikir dengan Arka, setelah lulus SMP dan masuk SMA, banyak sekali perubahan Arka. Wildan tidak tau pasti apa penyebabnya, namun satu hal yang ia pahami. Alasan Arka berubah pastilah sesuatu yang telah memenangkan hati Arka.

Sedangkan di sisi lain, Arka, Adel dan juga Nayla sedang berbincang-bincang kecil. Sebenarnya, hanya Arka dan Adel. Nayla hanya mendengarkan saja, karena tidak mengerti dengan pembicaraan mereka. Nayla ingin pergi, tetapi Adel menahan tangannya sehingga ia pun hanya bisa berdiri dan ikut mendengarkan.

“Yaudah, kalau gitu gue sama Nayla ke kelas ya,” pamit Adel pada Arka, Nayla menghembuskan nafas lega, akhirnya ia bisa pergi dan beristirahat. Sejujurnya, kaki Nayla sangat pegal, karena terlalu lama berdiri. Tetapi, ia tidak enak untuk menolak permintaan Adel.

“Lo duluan aja, Del. Gue mau ngomong sama Nayla,” jawab Arka, secara tidak langsung cowok itu mengusir Adel. Mata Nayla membulat mendengar ucapan Arka, padahal dirinya yang ingin pergi, dan duduk santai setelahnya. Lalu, mengapa sekarang dirinya yang di tahan di sini? Sudah Nayla bilang, Arka itu menyebalkan!

“Yaudah deh, gue duluan Nay,” pamit Adel pada Nayla, Nayla hanya mengangguk pasrah. Diam-diam Adel mengulum senyum saat meninggalkan Arka dan Nayla, sepertinya ada sesuatu di antara mereka, pikir Adel.

Berbeda dengan Adel, Arka justru memasang ekspresi yang sangat, sangat, menyebalkan dimata Nayla. Lihat saja, cowok itu senyum-senyum sendiri. Apa ada yang salah dengan seragamnya? Nayla rasa tidak ada, lalu mengapa Arka seperti itu?

“Gak usah masang ekspresi sok garang, Nay. Gak cocok, cocoknya gini.” Arka menarik pipi Nayla, sehingga membuat Nayla tersenyum paksa.

“Udah?” tanya Nayla lelah, oh ayolah, kakinya sangat pegal sekarang, mengapa Arka tidak mengerti?

“Belum,” Arka tersenyum jahil, “lo masih punya urusan sama gue.” Nayla memasang wajah kesal saat melihat Arka yang sekarang, ia rasa dirinya tidak punya urusan apapun dengan Arka. Lalu, urusan apa yang Arka maksud? Dirinya benar-benar tidak mengerti.

Arka mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan menyerahkannya pada Nayla. Nayla hanya menatapnya, tidak mengerti maksud Arka. Arka menghembuskan nafasnya pelan, saat melihat Nayla yang hanya diam dan terlihat bingung, tanpa niat untuk mengambilnya. Arka kemudian menarik tangan Nayla, lalu menyerahkannya.

Sandyakala Amerta (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang