12. Bukan wanita idaman

5.8K 447 1
                                    

Lelaki yang bersama dengan Azka hanya melongo melihat Azka dan perempuan itu pergi. Tadi apa katanya, istrinya?

"Awas aja tu Azka, harus kasih tahu Hanif nih"gumam Rafka, Rafka adalah sahabat sekaligus sekretaris Azka.

Prov Azka dan Aina

"Kamu mau makan apa?"tanya Azka.

"Terserah deh"jawab Aina.

"Mbak"panggil Azka pada pelayan.

"Mbak pesen spaghetti bolognese nya dua sama jus Alpukat nya dua"

"Baik mas, silahkan ditunggu"

"Na kamu gak boleh kayak tadi"peringat Azka

"Emang tapi aku ngapain?"tanya Aina heran.

"Tadi Jambak jambakan dikantor aku"

"Biarin siapa suruh dia duluan yang ngatain aku gila, padahal aku udah tanya baik-baik sama tu karyawan gila" sebal Aina.

Jika dilanjutkan dapat dipastikan Meraka akan bertengkar, untung pelayan datang mengantarkan pesanan mereka.

"Ayo cepat makan, nanti aku anterin kamu pulang"

"Aku gak mau pulang, aku mau ikut kekantor kamu, biar semua tahu kalo aku istri kamu"Aina.

Azka yang mendengar hanya terkekeh, lucu sekali istrinya ini. "Ya sudah cepat habiskan, setelah itu kita kembali kekantor"

Acara makan siang itu telah usai, kini keduanya sedang berjalan menuju keruangan Azka, semua mata tertuju pada meraka karena Aina yang merangkul lengan suaminya.

"Duduk lah, aku akan melanjutkan pekerjaan ku"minta Azka.

Aina yang merasa bosan dan mengantuk akhirnya tertidur disofa, Azka yang melihatnya tidak tega pasti tubuh mungil istrinya itu sakit.

Azka memindahkan Aina keranjang yang khusus ada di ruangan Azka, biasanya Azka akan beristirahat disitu jika terlalu capek untuk pulang.

Azka melanjutkan pekerjaan nya dengan tenang sampai suara pintu diketuk membuyarkan konsentrasinya.

Tok.

Tok.

Tok.

"Masuk"ucap Azka tanpa menoleh.

"Sibuk banget ya pak Azka ini?"goda Hanif sahabat Azka yang datang bersama dengan Rafka.

"Kata si Rafka tadi ada perempuan yang ngaku Istri Lo?"tanya Hanif.

"Iya bener Nif, masak Lo gak percaya sih, gua lihat pake mata kepala gua sendiri"ungkap Rafka.

"Iya itu bener kok, gua udah nikah"jawab Azka.

"Serius an Lo kapan ko kita gak tau?"Hanif bertanya tanpa jeda.

"Tuh kan Nif apa gua bilang juga"teriak Rafka.

"Jangan berisik deh istri gua lagi tidur"ucap Azka.

"Gue nikah satu Minggu yang lalu" Azka.

"Lo dijodohin ya, apa gimana kok mendadak apa inseden ya Lo"selidik Rafka.

"Gua gak dijodohin, iya Lo bener gua nikah karena insiden"jawab Azka

"Astaghfirullah halladim"ucap Rafka dan Hanif barengan.

"Gak nyangka gua Lo tega berbuat keji kayak gitu sama perempuan"ucap Hanif sambil memijat pelipisnya.

"Bukan insiden kayak gitu, gua sama istri gua itu nikah karena terpaksa lagian gua gak cinta sama dia, gua nikah sama dia karena kesalah pahaman aja, mau gimana lagi orang tua gua yang nyuruh gua nikah sama dia jadi gua terpaksa ditambah dia itu adik sahabat gua adiknya Azam"jawab Azka.

"Lo bener-bener gila sih Ka, ko bisa Lo gak cinta sama istri Lo itu, emang dia kurang apa, dia cantik, kayaknya juga baik kok"puji Rafka pada Aina, karena tadi dia melihat perempuan itu dibawah saat bertengkar dengan karyawan suaminya itu.

"Iya Lo bener dia cantik, baik lagi. Tapi dia bukan perempuan tipe gua"ucap Azka yang langsung diplototi sahabat-sahabatnya.

"Lo emang gila, perlu diruqyah otak Lo"sentak Hanif.

Dibalik pintu ada orang yang menguping pembicaraan mereka bertiga, air mata yang sudah menganak sungai, hatinya sesak bagai ditusuk ribuan pisau.

"Jadi selama ini perhatian dia ke aku cuma pura-pura dong, begok banget kamu Na"Aina terkekeh mengetahuinya itu semua.

"Gampang banget dia ngomong kayak gitu, gak tau apa disini kan sakit" tunjuknya pada dadanya yang sesak.

"Ini kenapa lagi air mata pake ada disini, kan gua jadi jelek kalau nangis"ucap Aina menghapus air matanya kasar.

Aina sebenarnya terbangun saat Azka meletakkannya diranjang, tapi dia berpura-pura tidur sampai Azka keluar.

Aina terus menangis mengingat kata-kata Azka barusan, dia menangis sampai lelah dan tertidur.

"Gua lagi berusaha kok buat cinta sama dia"ucap Azka jujur karena dia memang sedang berusaha buat jatuh cinta dengan istrinya itu.

"Bagus deh, gua kira kamu kayak Rafka"ucap Hanif langsung mendapat pelototan dari Rafka.

"Enak aja Lo ngomong, mulut Lo emang harus dilakban"kesal Rafka.

Keduanya terkekeh melihat tingkah Rafka yang menurut mereka sangat unik.

"Gue mau lanjut kerja kalian keluar gih sana, kalian bikin orang pusing aja"usir Azka kepada kedua sahabatnya.

"Ayok Nif, kita pergi Bapak Azka kalau marah nyeremin orang nya"ucap Rafka menarik tangan Hanif.

Setelah keduanya keluar dari ruangan Azka, ia melanjutkan pekerjaan nya yang sempat tertunda, satu setengah jam berlalu tapi tidak ada tanda-tanda Aina keluar dari kamar itu, Azka memutuskan untuk melihat istrinya.

"Ternyata masih tidur, apa dia menangis kenapa matanya sembab"tanya nya pada diri sendiri saat mendapati mata Aina yang sembab.

"Na bangun, kita pulang yuk. Aku udah selesai sama kerjaan aku"

"Eugg"lenguhan terdengar dari bibir Aina.

Perlahan-lahan mata yang semula terpejam sekarang terbuka sempurna. "Ayo pulang, udah sore"ajak Azka.

Aina tidak menjawab, dia keluar dari kamar itu meninggalkan Azka. Didalam mobil Aina hanya diam, tatapannya lurus menghadap jendela mobil.

"Na kamu kenapa?"tanya Azka yang bingung dengan sikap istrinya itu.

"Gak papa kok"jawabnya datar.

"Mau beli jajanan gak na?"Tawar Azka yang melihat banyak penjual jajanan, yang mendapat gelengan dari Aina.

Sampai malam tiba Aina masih diam, tanpa bicara kepada Azka. Jika ditanya dia akan menjawab seperlunya saja.

Hal itu membuat Azka sangat bingung, ada apa dengan istrinya ini. Saat makan siang masih biasa saja kenapa bangun tidur jadi begini.

1 bulan kemudian

Sikap Aina masih sama, tapi dia masih melakukan kewajiban nya sebagai istri memasak membersihkan tempat tinggal mereka, menyiapkan pakaian Azka saat Azka akan bekerja.

Satu bulan ini juga Azka sangat sibuk dengan pekerjaan nya sehingga dia tidak punya waktu untuk dirinya dan istrinya itu.

Kerap kali Azka tidak pulang, dia menginap dikantor karena pekerjaan nya yang sangat banyak, hal itu membuat Aina yang tidak pernah menangis karena hal sepele menangis karena sumainya tidak pulang.

Meskipun Azka sudah memberi tahu kepada istrinya bahwa dia tidak pulang tetap saja istrinya itu berfikir bahwa suaminya menghindari dirinya.

Selama satu bulan ini juga Aina tidak pernah berkunjung kerumah orang tua nya, orang tuanya sangat sibuk, jika dia datang sudah dipastikan tidak akan ada orang dirumah. orang tuanya yang sibuk dengan pekerjaan nya dan kakaknya yang pergi bekerja sebagai dosen diluar kota.

Menyedihkan sekali bukan hidup Aina. Saat pulang dari kampus Aina akan mampir ketempat Farah dan Rima hanya untuk sekedar mengobrol hal-hal yang tidak penting, tapi menyenangkan menurut mereka.

Jangan lupa vote!

Gus Imamku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang