39. kecelakaan

3.8K 265 1
                                    

"Apa kamu ingin bertemu dengan Rima?"tanya Farah pada sang sahabat.

"Iya dimana dia?"

"Dia tidak ada disini, kalau mau bisa aku antarkan"tawar Farah.

"Yaudah ayok aku sudah rindu bertemu dengannya"antusias Aina.

Melihat respon Aina yang seperti itu membuat hati Farah sesak dan matanya berkaca-kaca.

"Farah tunggu apa lagi ayo"Aina sungguh tidak sabar.

Setelah mengunci pintu rumah Aina dan Azka dibawa menuju jalan setapak sekelilingnya banyak rerumputan liar dan tumbuhan liar.

"Sebenarnya Rima dimana sih, kok kita lewat sini emang dia kemana"tanya Aina yang sebal dengan jalannya dia hampir terpleset kalau saja Azka tidak memeganginya.

"Tunggu sebentar kau pasti bertemu dengan Rima aku juga merindukannya"ucap Farah menengok ke belakang.

"Apa kau tidak bertemu dengan adikmu?"tanya Aina heran.

"Iya aku sudah tiga minggu tidak bertemu dengannya, dia pasti bahagia kita datang ke tempatnya, dia sudah bahagia dengan kehidupan barunya"kata Farah yang membuat Aina penasaran.

Sampailah ditempat yang ditempati Rima. Tempat luas dengan gundukan-gundukan tanah yang sangat banyak, bertuliskan pemakaman umum.

"Kenapa kita kesini?"tanya Aina semakin heran.

"Tunggu sebentar lagi, kita akan bertemu dengan Rima"ucap Farah terus berjalan menuju salah satu gundukan tanah bertuliskan "Karima Haura" lahir pada 22 Juli 2002, wafat pada 17 Agustus 2021.

Mata Aina membulat melihat gundukan tanah dengan nama sahabatnya disana.

"Apa ini maksutnya Farah"bentak Aina pada Farah.

Farah hanya diam rasanya lidanya kelu untuk bicara, dia sangat sadih dengan kepergian sang adik, keluarga satu-satunya yang dia punya.

"Farah kau dengar aku atau tidak ha, jawab aku ini apa. Apa maksud semua ini"betak Aina yang sudah menetaskan air mata. Aina terduduk disamping gundukan bertuliskan Karima Haura itu.

"Sayang tenang dulu,biarkan Farah menjelaskan"kata Azka menengkan sang istri.

"Maafkan aku Na aku tidak memberitahu tentang Rima"kata Farah sambil memeluk sang suami.

"Dia kenapa?kenapa bisa seperti ini?"tanya Aina dengan suara pelan dan isakan.

Flashback.

"Kakak, dengarkan aku kakak harus terima lamaran pak Seto, kalau kakak nikah sama dia kakak bisa bahagia. Kakak gak perlu lagi cape cape cari duit sendiri udah ada yang nyariin.
Kakak tenang saja, jangan khawatir kan aku, aku bisa menjaga diriku sendiri aku sudah besar. Jika kakak tinggal dengan suami kakak nanti, aku bisa tinggal disini sendiri"kata Rima menatap sang kakak.

"Gak dek, kalau kakak nikah nanti kamu harus ikut kakak kemanapun kakak pergi. Kalau seandainya suami kakak gak nerima kamu, kakak juga gak bakalan nerima dia. Kakak gak mau jauh dari kamu, kamu satu-satunya keluarga kakak yang kakak punya"ucap Farah dengan mata berkaca-kaca.

"Kakak jangan nangis"ucap Rima memeluk sang kakak.

Pak Seto mau menerima Rima dan membolehkan Rima tinggal dengannya dan sang kakak. Setelah pak seto dan Farah menikah mereka langsung pindah kerumah pak Seto. Pak Seto pria berumur tiga puluh lima tahun yang belum pernah menikah dia bekerja dibengkel miliknya sendiri meskipun tidak besar bengkelnya tapi cukup untuk biaya hidup dan makan sehari-hari.

"Kakak aku akan mencari kerja"kata Rima dengan menyendokkan nasi kemulutnya.

"Kamu mau kerja dimana emang?"tanya Seto.

"Gak tau kak, aku gak punya ijazah aku kan gak pernah sekolah"kata Rima menatap sang ipar.

"Iya kamu mau kerja Dimana emangnya?"tanya sang kakak.

"Gimana kalau aku ngamen aja lagi, menurut kakak gimana"tanya Rima.

"Kalau ngamen lagi jangan deh"bukan Farah yang menjawab tapi sang suami.

"Terus aku harus kerja dimana? Gak mungkin aku gak kerja aku gak mau susahin kakak sama kakak ipar terus"kata Rima tidak enak hati jika dia menumpang dirumah suami sang kakak.

"Nanti coba kakak carikan, siapa tau teman kakak butuh buat jaga toko, kamu bisa kan kalau jaga toko?"tanya Seto.

"Bisalah itu mah gampang banget"kata Rima.

Satu Minggu kemudian Rima sudah bekerja ditoko depan bengkel sang kakak ipar di sebrang jalan.

"Kakak aku berangkat dulu, Assalamualaikum"kata Rima mencium tangan sang kakak.

"Waalaikumsalam hati-hati, kamu mau kakak bawain makan siang gak. Nanti kakak juga nganterin ke bengkel"tawar Farah.

"Boleh deh kak kalau gak ngerepotin"

Seperti janjinya pada sang adik, Farah membawakan makan siang untuk adiknya toko tempat Rima bekerja ada didepan gang rumah mereka. Saat Farah ingin menyebrang untuk sampai dibengkel sang suami, ada truck melaju kencang dari arah kanan beruntung Farah ditarik terlebih dahulu oleh sang adik Rima, tapi takdir berkata lain Rima tertabrak truck lain dari belakang.

"Rima"teriak Farah saat mendapati Sang adik sudah tergeletak ditengah jalan dengan darah bercucuran dari kepala dan telinga.

"Rima bangun"teriak Farah mengangkat kelapa sang adik dipangkuannya.

Semua orang yang ada disitu mengampiri Farah dan Rima. Seto yang mendengar tabrakan itu segera berlari keluar betapa terkejutnya dia melihat sang istri menangis memangku Kepala sang adik.

"Rima bangun"teriak Farah histeris.

Rima yang mendengar teriakkan sang kakak perlahan membuka matanya dan tersenyum mendapati sang kakak baik-baik saja.

"Rima kakak bakal bawa kamu kerumah sakit, ayo"kata Farah dengan air mata terus mengalir di pipinya.

"Kakak tenang saja, aku baik-baik saja. Jangan mengkhawatir diriku. Aku sudah besar kakak ingat perkataan ku, jangan pernah menangis setelah ini. Aku yakin kakak bakal lebih bahagia tanpa aku, aku akan selalu ada disamping kakak.aku sayang kakak"ucap Rima dengan terbata-bata setelah mengatakan itu Rima menutup mata untuk selama-lamanya.

"Rima gak, kamu bangun ayo cepat bangun kalau kamu gak bangun kakak marah sama kamu"Farah terus berteriak meminta adiknya untuk bangun tapi sang adik sudah diambil oleh sang pencipta.

"Farah tenang kan dirimu, adikmu sudah tenang disisi allah"kata Seto melihat sang istri dengan mata berkaca-kaca.

Pasti sangat berat kehilangan keluarga satu-satunya yang dimiliki didunia ini.

"Rima bangun kamu gak kasian sama kakak, disini kakak gak punya siapa-siapa lagi selain kamu, Rima ayo bangun, kenapa kamu gak bangun? Hiks hiks hiks Rima kakak mohon bangun"ucap Farah pelan detik berikutnya dia kehilangan kesadarannya.

Farah sangat histeris melihat sang adik yang perlahan ditutup dengan tanah sungguh dia tidak menyangka akan secepat ini sang pencipta mengambil adiknya.

"Rima maafin kakak, kalau kamu gak nolongin kakak pasti kamu masih hidup sekarang"kata Rima terus menangis memegang foto sang adik, foto satu-satunya bersama dirinya dan Aina. Foto iku diambil dari ponsel Aina dan dicetak menjadi tiga satu untuk Aina satu untuk Farah dan satu lagi untuk Rima.

"Farah sudah jangan menyalahkan dirimu seperti ini, ini bukan salahmu ini sudah takdir kamu harus ikhlas melepas kergiaan adikmu, apa kamu ingat pesan terakhir adikmu?"tanya Seto ya g diangguki eh Farah.

Ya Farah ingat betul pesan sang adik setelah kepergian sang adik dia tidak boleh menangis lagi.

Flashback off





Gus Imamku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang