13. Demam

6.8K 503 2
                                        

Pukul sepuluh malam Azka baru sampai diapartemen nya. "Assalamualaikum"ucap Azka

"Waalaikumsalam"jawab Aina dari dapur, biasanya dia sudah tertidur saat Azka pulang, dia belum tertidur karena merasa lapar.

"Tumben Na, kamu belum tidur"tanya Azka.

"Aku laper jadi masak mie instan, aku kekamar dulu udah kenyang"ucap Aina berlaku pergi.

Azka yang melihat nya mengela nafas berat, ada apa dengan wanita itu sebenernya kenapa dia selalu menghindar.

Tiba-tiba kepala Azka kembali pusing, Azka yang tidak bisa menahan tubuhnya terjatuh dilantai dapur. Dia sudah merasa tidak enak badan sejak siang tadi.

Aina yang kaget mendengar suara seperti orang jatuh berlari kedapur, dan betapa terkejutnya dia melihat Azka yang pingsan dilantai dapur dengan sedikit darah dikeningnya. Mungkin kening Azka terbentur.

"Azka"teriak Aina panik.

"Azka bangun, kamu kenapa?"ucap Aina diiringi dengan isakan.

Aina berusaha membopong tubuh Azka yang dua kalilipat dari tubuhnya itu. akhirnya dia berhasil membawa Azka keranjang dan membaringkannya.

Aina merasakan tangan Azka yang panas, ditempelkannya telapak tangannya didahi Azka.

"Demam"gunam Aina.

Aina pergi kedapur untuk mengambil kotak p3k dan kompresan.

Pertama Aina membersihkan luka pada kening Azka. Dan setelahnya mengganti pakaian Azka.

"Aduh ganti gak ya bajunya, pasti tidak nyaman memakai pakaian itu"ucap Aina.

"Udalah ganti aja, gak papa kan suami aku sendiri"yakinnya pada diri sendiri.

Setelah perjuangan yang membuat jantung nya berdebar karena melihat suaminya yang telanjang dada,

"Alhamdulillah, selesai juga"lega Aina

Aina perlahan mengompres Dahi Azka.

"Kamu pasti capek ya, mas kerja tiap hari sampai sakit gini, maafin aku yang belum bisa jadi istri idaman buat mas. Mas cepat sembuh ya, kasihan aku ngeliat mas kayak gini"lirih Aina dengan isakannya.

"Na kenapa kamu nangis?"tanya Azka yang sudah terbangun dari pingsannya.

Dengan Cepat Aina menghapus Air matanya supaya tidak ketahuan oleh Azka, tapi terlambat Azka sudah melihat Air mata itu jatuh dari mata indah itu.

"Aku gak nangis kok mas, Mas sudah makan? Kalau belum akan aku buatkan bubur buat mas, tunggu sebentar"ucapnya mengalihkan pembicaraan.

Tangannya ditahan oleh Azka saat Aina akan melangkah pergi. "Aku udah makan kok Na, jawab dulu kenapa kamu nangis?"tanya Azka

"Maaf"cicit Aina dengan Air mata yang sudah mengalir.

Azka yang melihatnya langsung terduduk dari tidurnya dan membuat kompresannya terjatuh.

"Maaf kenapa? Kenapa kamu minta maaf apa kamu ada salah?"tanya Azka.

"Maafin aku mas, selama kamu menikah denganku kamu pasti tidak bahagia bukan?"Isak Aina.

Azka menggeleng "kenapa kamu bicara kayak gitu?"tanya Azka yang tidak faham dengan ucapan Aina

"Aku bukan istri idaman mas kan, pasti mas gak bahagia nikah sama aku. Jadi lebih baik kita cerai saja, dan mas bisa menikahi wanita idaman mas"sesak sekali mengatakan cerai pada suaminya sedangkan hatinya hanya terisi oleh suaminya.

Azka terdiam mendengar ucapan Aina. Bukankah yang sakit itu dirinya kenapa Aina yang berbicara ngawur.

"Kenapa kamu bisa ngomong kayak gitu na sama aku, bukannya selama satu bulan ini kamu yang selalu menghindari aku, hanya untuk sekedar bertanya saja aku tidak bisa, kenapa kamu sekarang ngomong kayak gitu?"tanya Azka sedikit emosi.

"Bukankah mas yang bilang sendiri kepada teman-teman mas, kalau mas menikah denganku karena terpaksa dan aku bukan wanita idaman mas, aku tau aku bukan wanita baik-baik seperti yang mas inginkan. Apakah wanita yang tidak baik seperti aku ini tidak bisa mendapatkan cinta dari seorang Gus, cinta dari suaminya sendiri? Tidak apa jika mas tidak mencintaiku aku memang tidak pantas dicintai dan disayangi oleh siapapun termasuk keluargaku dan juga suamiku, aku tau aku bukan wanita baik, tapi aku sedang berusaha menjadi wanita baik supaya aku pantas bersanding dengan suamiku yang seorang Gus, paham Agama. Tapi suamiku sendiri seakan tidak pernah merestui untuk aku memantaskan diri bersanding dengannya"ucap Aina sambil terus terisak, sakit sekali dadanya saat ini.

"Maksud kamu apa Na?"tanya Azka yang masih belum mengerti.

Aina terkekeh meskipun Air mata terus mengalir dari mata indahnya itu.

"Aku udah denger semuanya kok, saat mas berbicara dengan teman-teman mas dikantor saat aku tidur di ruangan mas"ucap Aina.

"Aku gak papa kok lagi pula sejak kecil. aku sudah hidup tanpa kasih sayang orang tua, itu semua yang membuat aku kuat"senyum Aina.

"Na dengerin aku, memang awalnya aku berfikir bahwa wanita idaman aku bukan kamu, tapi setelah aku menikah dengan kamu aku merubah semua fikiranku itu. Kamu itu wanita baik-baik, kamu mau belajar sholat dan mengaji kamu melayani aku sebagai suami kamu mengurus aku dengan baik. Kamu udah berusaha jadi istri idaman buat aku,tapi disini aku yang salah karena dulunya aku gak mau nerima kamu dengan Ikhlas, sejak kamu diemin aku, rasanya ada berbeda seperti ada yang hilang"lirih Azka.

"Ayo kita mulai semua ini dari awal"pinta Azka.

Aina bingung dengan ucapan Azka, disisi lain dia mencintai suaminya itu disisi lain dia merasa tidak pantes untuk Azka.

"Aku-aku gak bi-bisa mas"lirih Aina dengan memegang dadanya yang sesak.

"Kenapa gak bisa?"tanya Azka dengan raut kecewanya.

"Aku-aku takut mas kecewa dengan keputusan yang mas buat, setelah kita menjalani pernikahan dengan normal aku- aku takut mas berubah pikiran kenapa dulu mas memperbaiki hubungan ini"ucap Aina dengan takut.

"Aku gak bakal menyesal, karena itu sudah menjadi keputusan yang sangat tepat untuk kita berdua, kita sama-sama belajar memperbaiki diri"senyum Azka tulus.

Aina mengangguk, dan dibalas pelukan oleh Azka.

Jangan Sampai suaminya ini tau kalau Jantungnya sedang tidak baik-baik saja. tidak jauh dengan Aina, Azka juga merasakan Jantungnya sedang tidak baik-baik saja.

"Sekarang tidur Na udah malem, dan aku minta maaf jika kamu sangat terluka dengan ucapakan dulu"ucap Azka.

"Gak papa kok mas, gak salah ngomong kayak gitu, memangkan aku bukan wanita idaman mas"kekeh Aina tapi setiap dia berbicara seperti itu dadanya sesak sekali.

"Na mas beneran minta maaf soal ucapan mas dulu,mas minta maaf"

"Udalah mas itu udah berlalu, katanya mas mau memperbaiki hubungan ini bukan"

Azka tersenyum mendengar ucapan Aina, tapi masih saja ada rasa bersalah didalam hatinya karena ucapan nya membuat hati istrinya terluka.

"Apa mas masih demam?"tanya Aina memegang dahi Azka.

"Kok udah gak demam, demamnya udah turun perasaan tadi panas banget"heran Aina.

"Mungkin karena yang rawat istri mas yang paling cantik jadi cepet sembuh deh"goda Aina.

"Aduh-aduh-aduh Na sakit, kok dicubit sih perut mas"ringis Azka.

"Maaf deh mas, abisnya mas gitu"kekeh Aina.

"Ayo tidur ini sudah malam"ajak Azka.

Keduanya tidur saling berpelukan tidak ada jarak diantara mereka.

Jangan lupa vote!

Gus Imamku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang