44. Alan dan Alana

4.5K 318 0
                                    

Hari ketiga dirumah sakit Aina sudah diperbolehkan pulang bersama anak-anak nya.

Setelah kepulangan cucunya dari rumah sakit kyai Aji dan Syifa mengadakan pengajian dan acara pemberian nama dipesantren.

Para santri dan santriwati sangat antusias menyambut kedatangan Gus dan Ning kecil mereka.

Anak-anak Azka diberi nama Syakil Alan Latif dan Syakila Alana Latifa. Bayi mungil itu tidur digendongan sang nenek dan sang bunda.

Aina sangat bersyukur mendapat anugrah dua anak sekaligus, setelah kelahiran anak mereka Azka tidak henti-hentinya mengucapkan terimakasih pada sang istri karena sudah memberikan anak-anak yang lucu.

Selesai acara pemberian nama Azka membawa sang istri dan kedua anaknya untuk beristirahat dikamar.

Orang tua Aina dan Azam sudah pulang selepas sholat isya. Aina berada dikamarnya sedang memperhatikan kedua bayinya tertidur dengan mulut terbuka.

"Alan sayang kenapa mulutnya terbuka saat tidur, ayo tutup"kata Aina merapatkan bibir sang putra. Dia terkikik sendiri melihat kedua anaknya ini.

"Sayang"panggil Azka memasuki kamar. Sebagai jawaban Aina menaikkan dagunya.

"Apa mereka sudah tidur?"tanya Azka dengan pelan.

"Ya mereka sudah tidur, lihatlah putraku tertidur dengan mulut terbuka"ucap Aina gemas melihat anaknya dengan pipi gembul.

"Anak aku juga sayang"jawab Azka tak terima.

"Kalau sudah tidur biar aku pindahkan kebok bayi"kata Azka mengangkat putrinya.

Kedua anaknya sudah tidur dibok bayi dengan lelap, jadi mereka bisa istirahat. Baru satu jam tidur Aina dan Azka harus terbangun karena suara tangisan anak mereka.

"Sayang kamu haus?"tanya Azka pada sang putri yang menangis.

"Mas sini in biar aku kasih asi"minta Aina. Dengan berjalan pelan Azka memberikan sang putri pada sang istri, dia tidak ingin sang putra ikut terbangun.

"Sayang apa masih lama itu ngasih asinya?"tanya Azka melihat sang putri yang masih menyusu.

"Sebentar lagi"jawab Aina.

"Oek oek oek"suara tangisan Alan terdengar ke telinga keduanya. Azka menghembuskan nafas pelan.

"Sayang apa meraka akan menangis dan meminta susu secara bersamaan?"tanya Azka heran, pasalnya setiap yang satu bangun yang satu akan ikut bangun.

"Mungkin seperti itu"jawab Aina tersenyum mentap sang suami yang menggendong sang putra.

Mereka tertidur pukul tiga dini hari, sang anak tidak mau tidur dan malah mengajak kedua orang tuanya begadang.

Adzan subuh sudah berkumandang tapi kedua orang tua baru itu belum juga terbangun dari tidurnya.

"Udah subuh aja"kata Aina terbangun mendengar suara Adzan.

"Mas bangun, udah subuh apa mas tidak kemasjid?"tanya Aina.

"Sayang sebentar mas masih ngantuk"kata Azka memeluk sang istri.

"Mas Adzannya udah selesai, mas ketinggalan kalau kemasjid"jawab Aina berusaha melepas pelukan sang suami.

"Mas mau sholat disini, rasanya mata mas seperti diberi lem tidak mau terbuka"kata Azka masih memejamkan matanya.

Sampai jam tujuh pagi Alan dan Alana belum juga bangun, Azka duduk dikursi bersama keluarga dan istrinya untuk sarapan pagi, dengan mata yang hampir tertutup Azka mengunyah makanannya.

Gus Imamku✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang