1. Apridete Courdesse

1.4K 129 0
                                    


Sebuah jiwa melayang bebas, lalu perlahan menuju air dan tenggelam. Di dalam kedalaman yang gelap, jauh dari permukaan. Jiwa yang sangat berat juga sangat ringan, jiwa yang labil, yang selalu mengikuti kemanapun ia dibawa tanpa pendirian.

Semakin dalam ia tenggelam, semakin banyak diselimuti kegelapan.

Tiba-tiba jiwa itu merasakan tekanan yang sangat besar. Ia tidak bisa memberontak. Tekanan tadi tidak membawanya lebih dalam tenggelam, atau membawanya naik ke permukaan. ia ditekan ditempat, hanya berdiam lalu mengecil.

Tangisan terdengar di sebuah kamar, di dalam kotak berpagar. Seorang bayi perempuan menggerak-gerakkan tangannya sambil menangis kencang. Beberapa pelayan dan seorang dokter datang mendekatinya sambil berteriak girang.

"Eh?"

Semua orang itu membicarakan sesuatu yang tidak dimengerti oleh si bayi yang masih menangis.

'Apa-apaan ini?' bayi itu melihat tangannya yang kecil. aku mencoba menggerakkan tubuhku namun tidak dapat dilakukan dengan leluasa. Aku menyadari bahwa tubuhnya sangat kecil. Aku bingung, lalu memperhatikan pagar-pagar yang mengelilingiku.

'Box bayi?!'

Setelah mencoba beberapa hal dan memperhatikan semua yang terjadi di sekitarku, aku menyadari bahwa diriku telah berubah menjadi bayi.

'Apa aku hidup lagi?'aku tidak yakin.

Seorang pelayan wanita mendekatinya lalu mengangkat tubuh bayi itu. Dia mengatakan sesuatu sambil tersenyum. Beberapa pelayan yang lain mengerubunginya sambil tertawa melihat bayi dalam gendongan itu. Tubuh bayi itu kemudian digendong oleh seorang dokter yang langsung memasukkannya kembali ke dalam box. Dokter mengatakan beberapa hal pada para pelayan lalu pergi meninggalkan ruangan. Beberapa pelayan juga ikut pergi dan hanya menyisakan 3 orang pelayan di dalam ruangan.

'Aku menjadi bayi? Bagaimana ini bisa terjadi?'

'Apa yang terjadi setelah kejadian itu? Dimana dia?'

Bayi itu kembali tersadar, 'dia sudah tiada."

'Apa aku juga mati? Apa dia juga berada di tempat ini? Menjadi bayi juga?'

Terlalu banyak pertanyaan yang memenuhi kepala kecilku. Tapi hal yang paling ingin diketahui olehku adalah keadaan orang yang selalu bersamaku, yang lebih dulu pergi. Aku tidak menemukan petunjuk apapun. Aku hanya bisa diam di dalam box dan merasa lapar.

.

.

Beberapa bulan setelah kelahiran bayi itu, aku kini sudah dapat merangkak dan mulai berjalan. Aku dapat keluar dari box yang selama berbulan-bulan telah mengurungku. Aku dapat melihat ruangan yang aku tinggali dengan lebih leluasa dan bergerak kesana-kemari. Aku merasakan berbagai tekstur dari benda-benda disekelilingku, lalu sebuah cermin besar menarik perhatianku.

Sesuatu yang selalu membuatku penasaran, 'bagaimana rupaku sebagai bayi ini?' 

Aku memandang cermin itu, melihat pantulan diriku sendiri.

Seorang bayi dengan mata merah seperti ruby, rambutnya yang masih sangat pendek berwarna silver terang. Hidungnya kecil mancung dengan bibir yang tipis.

"Wah lihat tuan putri, Anda sedang melihat peri!"seorang pelayan yang daritadi memperhatikan gerak-gerikku mendekat. Ia memuji pantulan wajah bayi yang cantik.

"Rambut tuan putri sangat cantik, setiap sinar matahari menembus ruangan ini, rambut tuan putri akan menyala seperti perhiasan,"pelayan yang lain ikut mengagumi. Aku telah mengetahui Bahasa yang digunakan oleh para pelayan yang sepertinya merupakan bahasa dari dunia yang 'dia' tinggali.

Until I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang