45. The Night Shadows

60 8 0
                                    


"Bir atau minuman hangat, Baginda?"

Alex datang dengan dua gelas besar penuh minuman. Salah satu gelas mengeluarkan uap mengepul.

Aku belum pernah minum bir sebelumnya. Sekarang aku jadi ingin mencicipinya karena aku merasa sudah cukup dewasa.

"Beri saya yang ada di tangan kanan Anda," aku menunjuk gelas yang berisi bir.

Alex menyerahkan gelas itu, "Apa Baginda yakin?"

Aku mengangguk sambil menerima gelas pemberiannya. Gelas itu benar-benar diisi penuh oleh bir yang masih berbusa.

"Saya baru kali ini melihat Anda minum bir," Samuel Romean mengangkat gelasnya.

Kami berempat bersulang untuk pesta makan malam itu. Aku meneguk bir dengan cepat. Rasa pahit dan menyengat terasa memenuhi mulutku.

Ternyata seperti ini rasanya. Memang masih jauh lebih enak minuman coklat yang sering disajikan Mai di istana, namun rasa bir ini tidak begitu buruk.

Aku meneguk kembali bir. Ternyata rasanya memang tidak buruk, atau mungkin ini karena kepalaku sedang bermasalah.

"Baginda," Rian menatapku, "Sepertinya ini memang gelas bir pertama Anda."

Aku mengangguk.

"Apa Baginda baik-baik saja?"dia kembali bertanya.

"Ya."

Alex bersulang denganku, "Gelas pertama Baginda terlihat begitu nikmat, Anda mungkin bisa menjadi peminum yang mengerikan."

"Apa itu ancaman bagi Anda?"

"Sayangnya itu salah satu kemampuan saya untuk merayu wanita."

Kami tertawa, lalu melanjutkan minum. Seorang kesatria datang membawa beberapa piring berisi makanan ringan.

Alex menyodorkan sepiring kacang, "Cobalah ini Baginda, rasanya akan enak jika Anda memakannya sebagai pendamping bir dingin."

Aku memakan kacang yang seukuran satu ruas jari telunjuk itu. Ternyata memang sangat cocok dengan bir yang kuminun.

"Lihatlah, Baginda, saya tahu Anda akan menyukainya," Alex tersenyum.

"Baginda, saya menyarankan untuk tidak terlalu banyak minum, apalagi ini minuman keras pertama Anda."

Rian tampaknya berjaga-jaga , tangannya hampir menarik gelas bir yang aku letakkan di hadapanku.

"Karena ini pertama bagi saya, Sir, saya harus menikmatinya."

Alex tertawa, "Saya menyukai prinsip Anda, Baginda."

Gelas bir pertamaku habis, "Dimana birnya?"

"Akan saya ambilkan untuk Baginda," Rian menawarkan diri.

"Tidak perlu, Sir, katakan saja dimana," aku memperhatikan sekitar, lalu menemukan tong besar dan beberapa botol yang sepertinya berisi bir.

Rian berdiri, "Biar saya saja yang mengambilnya."

"Duduklah, Sir, kita harus sama-sama menikmati pesta ini."

Aku bangkit dari tempat duduk lalu berjalan menjauh menuju meja yang dipenuhi tong dan botol-botol bir.

Begitu sampai disana, seorang kesatria mengulurkan tangannya, "Izinkan saya mendapatkan kehormatan untuk menuang minuman ke dalam gelas Baginda Kaisar."

Aku memberikan gelasku, "terima kasih," lalu aku melihat gelas itu hanya diisi sampai setengahnya. Aku mengulurkan kembali tanganku, berniat meraih gelas, namun tangannya tidak bergerak ke arahku. "Berikan gelasnya."

Until I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang