24. Anjing Besar Helmia (2)

333 47 0
                                    


Seperti yang telah aku putuskan, aku pergi menuju gang tempat dimana kejadian aneh dengan Anjing Besar Helmia terjadi. Sinar matahari siang menyinari gang itu, menjadikannya tidak gelap sama sekali. Seorang kesatria istana, yang namanya tadi adalah Ricard, datang mengikutiku di belakang. Tentu saja, melihat seorang perempuan yang lebih muda darinya berjalan sendirian di gang sempit pasti membuat hatinya luluh dan otak kesatrianya akan menggerakkan seluruh tubuh berusaha melindungiku.

Sebenarnya, itu tidak perlu.

Tapi jiwa kesatria seperti itu harus dilestarikan, setidaknya jika aku tidak membutuhkannya, maka generasi setelahku pasti akan membutuhkannya. Aku tidak bisa memutus niat baik ini begitu saja.

"Ricard, bisa aku memanggilmu begitu?"

"Saya ada untuk Yang Mulia Putri. Nama, dan nasib saya menjadi hak yang bisa Yang Mulia Putri putuskan."

Aku sangat terbebani dengan semua itu.

"Ya, bahkan kau akan mati jika aku menyuruhmu begitu."

"Semua merupakan kehormatan bagi saya."

Lumayan, aku bisa menggunakan orang ini jika suatu hari nanti aku dalam bahaya. Umpan yang bagus, seorang kesatria istana.

Aku menyususuri gang. Tembok disepanjang gang ini sama sekali tidak diberi cat, hanya semen kasar berdebu berhias sarang laba-laba di beberapa sisi. Kotak kayu berdebu tebal, yang entah apa isinya, terlihat di ujung gang. Gang ini terlihat seperti di dalam film-film aksi yang dulu pernah kutonton.

Disamping itu, aku senang karena Ricard tidak banyak bicara. Sebenarnya malah sejak pembicaraan tadi kami tidak melakukan percakapan apapun lagi. Dia juga selalu diam, bahkan suara langkah kakinya yang mengikutiku pun tidak terdengar. Padahal, Ricard selalu menanyakan apa saja kepadaku mewakilkan para kesatria lain, tapi saat kami sedang berdua seperti ini, dia sangat hemat mengeluarkan suaranya. Jadi aku simpulkan, interaksinya denganku hanya untuk kewajibannya sebagai kesatria istana.

"Yang Mulia Putri..."

Oh, dia berbicara.

"...Sebelumnya saya sama sekali tidak mendengar percakapan Yang Mulia Putri dengan laki-laki tadi, jadi saya tidak mengetahui apa yang harus saya lakukan sekarang."

Aku berhenti melangkah, "kau hanya perlu bersiap menerima perintahku kapan saja."

"Tapi tugas saya juga adalah melindungi Yang Mulia Putri."

Meskipun aku tidak butuh itu, tapi jangan sampai harga dirinya hancur, "Ya, kau juga boleh melakukannya."

"Ricard."

"Siap, Yang Mulia Putri."

"Aku hanya akan memberitahu kepadamu garis besarnya. Anjing Besar Helmia, itu adalah masalah yang sedang kita hadapi saat ini, yang juga merupakan masalah di wilayah ini. Anjing itu adalah satu-satunya kandidat pelaku dari penyerangan perempuan tadi. Sekarang, aku akan mencarinya dan menyelesaikan masalah ini secepat mungkin."

Ricard tidak menanggapinya dengan apapun, saat aku melirik raut wajahnya, dia tampak ragu.

"Apa ada masalah dengan itu?"

"Keputusan Yang Mulia Putri adalah sesuatu yang mutlak bagi saya, itu juga hal yang harus saya lindungi. Tapi, jika Yang Mulia Putri mengizinkan, saya ingin mengatakan pendapat saya tentang rencana itu."

"Aku tidak memberikanmu izin."

Dia pasti akan memberikan pendapat yang bertentangan dengan milikku. Seorang kesatria akan berusaha melindungi 'tuan' mereka apapun caranya. Dalam masalah kali ini, Sebagian besar kesatria, bahkan mungkin seluruh kesatria yang berada di Allieru sama sekali tidak mengetahui tentang kemampuanku. Mereka akan berpikir untuk menjaga mulai dari jarak serratus meter dariku untuk melindungiku. Ricard pasti juga berpikir begitu, dia hendak membuatku keluar dari masalah ini dan menyarankanku untuk memerintah orang lain untuk mengurusnya.

Until I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang