4. Princess (3)

854 89 1
                                    



"Saya akan menyiapkan minuman dingin begitu Nona kembali nanti."

"Terimakasih Mai."

Mai membantuku memakaikan topi lebar. Setelah kelas Gloria tadi selesai, aku benar-benar berniat untuk pergi mengelilingi istana.

Mai sudah mengizinkanku untuk pergi dengan syarat tidak keluar dari lingkungan istana, apalagi sampai menemui orang lain selain bagian dari istana. Aku sangat paham masalah itu.

Aku sebagai putri satu-satunya dari kaisar sangat ditutupi oleh istana. Hanya para penghuni tetap di istana, seperti para pelayan dan ajudan kaisar-lah yang mengetahui tentangku. Bahkan, keluarga jauh kaisar tidak mengetahui seperti apa putri kekaisaran karena perlindungan informasi dari pihak kaisar. Kaisar sendirilah yang memerintahkannya.

Aku mulai berpikir apa alasan kaisar melakukan hal yang merepotkan seperti itu, karena hal ini tidak dijelaskan dalam novelnya. Beberapa alasan aneh memenuhi kepalaku, salah satunya berkaitan dengan kematian permaisuri. Aku tahu, bahwa permaisuri meninggal setelah melahirkanku, tepatnya 2 hari setelahnya. Meninggalnya permaisuri langsung menjadi berita hangat di kekaisaran, namun kabar mengenai anak yang lahir dari rahimnya tidak pernah terdengar oleh rakyat.

Permaisuri terkenal sebagai sosok yang baik dan ramah kepada seluruh rakyatnya. Beberapa pelayan memang sebisa mungkin menyembunyikan pembahasan mereka tentang permaisuri kepadaku, tapi beberapa informasi tentangnya tetap masuk ke dalam ingatanku.

Permaisuri berasal dari keluarga Grand Duke di negara tetangga, yaitu Shairez, kekaisaran yang berada di sebelah barat. Karena pernikahan tersebut, hubungan kedua kekaisaran menjadi baik.

'Permaisuri Renia sangat menawan,' itu yang pernah kudengar dari beberapa pelayan ketika mereka tidak sadar aku berada di belakang lemari. Renia Agruaine, nama permaisuri, yaitu ibuku sebelum dia mengubah namanya menjadi Renia Courdesse. Aku yakin ada sesuatu yang belum aku ketahui mengenai diri 'Apridete' ini. Karena itu, aku harus mencari tahu.

Mai terdiam melihatku yang perlahan menjauh darinya. Aku tidak ingin diikuti kali ini, yah sebenarnya aku tidak pernah ingin diikuti dalam setiap kegiatanku. Mai pastilah sudah memahami itu.

Aku mulai berjalan.

Sebuah lorong. Catnya berwarna putih dengan cat emas pada beberapa pucuk pilarnya. Hanya ada beberapa pelayan perempuan di sepanjang lorong yang kulihat. Lorong ini berada di sebelah barat istana inti. Terlihat tidak menarik memang, tapi ada satu hal yang kuincar ketika memutuskan untuk mengelilingi istana.

Aku berhenti tepat di depannya.

Sebuah foto bercetak besar dengan bingkai berwarna emas dan di ujung sisinya dihiasi pertata biru yang indah. Kalau aku bukanlah seorang putri, mungkin aku akan mengambilnya dan menjualnya pada pedagang gelap. Namun, inilah yang kucari.

Foto di dalamnya.

Sosok permaisuri yang sangat cantik dengan kulit pucat, rambut silver dan mata ungu. Posturnya tegap dengan senyum simpul menghiasi wajahnya. Selendang berwarna putih dililitkan diantara lengan permaisuri, sementara tangan permaisuri menelungkup di depan. Sangat anggun.

Ini adalah ibu dari Apridete, atau sekarang telah menjadi ibuku?

Seorang permaisuri yang dalam sekali lihat, pancaran kecantikan dan pesonanya langsung terlihat. Aku malah yakin bahwa kaisar tidak menikahi permaisuri secara politik demi dua kekaisaran, pasti kaisar jatuh cinta pada pandangan pertama kepada permaisuri seperti yang dirasakan olehku sekarang.

Aku memegangi rambutku, mengelusnya pelan. Warnanya sama dengan warna rambut permaisuri, tapi aku tahu aku tidak secantik dirinya.

Aku memikirkannya.

Permaisuri meninggal setelah melahirkanku.

Apa jika dia tidak melahirkanku maka dia akan tetap hidup? Apa aku juga tidak akan ada di dunia ini?

Konyol.

Kenyataannya aku berada di sini, masih bernafas dan hidup, dan sekarang usiaku telah mencapai 5 tahun. Tidak ada artinya memikirkan hal yang tidak pasti. Ya, setidaknya pada saat ini aku berpikir begitu.

Aku memegangi lukisan permaisuri. Pikiranku sejenak melayang.

Ah!

Terdengar suara dari ujung lorong, beberapa pelayan sedang menuju ke arahku dengan troli makanan di depan mereka.

Haah...

Aku menatap lukisan itu sekali lagi, lalu kembali berjalan.

Sekitar 300 meter dari tempat lukisan permaisuri, sebuah taman hyang dipenuhi dengan rumput hijau terlihat.

Cuaca memang sedang sangat bagus. Aku beruntung menemukan tempat seperti ini.

Aku melangkah pelan menuju tengah taman, hanya ada rumput hijau dan beberapa pohon rindang di tengahnya. Aku melihat sebuah pohon di ujung taman, dekat dengan pagar pembatas. Aku tidak tahu tempat apa di baliknya, tapi Mai memintaku untuk tidak pergi kesana karena di luar pagar pembatas sudah bukan merupakan daerah yang boleh aku masuki.

Apa itu bukan bagian dari istana?

Aku tidak ingin mencari masalah dengan melanggar peraturan yang telah dikatakan Mai, itu hanya akan merepotkan aku dan Mai.

Rumput tertiup angin, lalu melambai dengan tenang. Aku duduk di bawah pohon di samping pagar sambil bersandar. Pandanganku kini mengarah ke atas.

Langit biru yang luas, sudah lama aku tidak melihatnya karena selalu berada di dalam istana. Ini sudah cukup, aku menikmatinya.

Apridete Courdesse. Sebenarnya aku belum memahami apapun tentang dirinya. Tidak ada penjelasan resmi di novel yang diceritakan temanku. Informasinya begitu minim.

Hah?

Kalau begitu kenapa?

Apa yang aku khawatirkan?

Aku memang tidak pernah bisa membaca masa depan, kecuali kematian Apridete yang mengenaskan.

Aku hanya tinggal menjalankannya kan?

Banyak yang akan aku pertaruhkan untuk Apridete. Mai sekarang sudah menjadi orang terpercayaku. Aku hanya tinggal menarik orang lain untuk ikut bergabung membangun Apridete seutuhnya.

"Semuanya tidak akan mudah."

Until I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang