Trang!
Pedangku dan pedang Sir Alex berbenturan untuk yang kesekian kalinya. Aku dengan cepat mundur lalu mengambil ancang-ancang untuk kembali menyerangnya. Serigai licik muncul di wajah Sir Alex, aku bisa menduga apa yang akan dilakukan olehnya kali ini.
"Mai! Itu Mai!"
Trang!
Pedang Sir Alex terlempar ke samping seketika. Aku menggenggam pedangku dengan erat, aku melihat wajah Sir Alex yang malah tertawa setelah mengalami itu.
"Putri, Anda menang kali ini," katanya.
Aku mundur sambil menyimpan kembali pedangku. Sir Alex memungut pedangnya yang terlempar, senyum masih terliat di wajahnya.
"Yang Mulia, perkembangan yang bagus hari ini."
"Kita bisa istirahat dulu, Sir."
Aku menuntun Sir Alex duduk di pinggir lapangan. 2 botol air sudah tersedia di sana ketika aku sampai di lapangan, aku meminumnya.
Sir Alex melepas mulut botol, lalu berkata kepadaku sambil menatap langit, "sejujurnya, saya tidak menyangka Anda akan sampai pada tahap ini, Yang Mulia. Dulu ketika kaisar mengatakan kepada saya bahwa putrinya ingin belajar berpedang, itu terdengar sedikit konyol, yah mungkin malah sangat konyol. Anda dilahirkan dengan pengawasan oleh seluruh elemen kekaisaran, namun masih mau untuk belajar berpedang."
"Berpedang bukan hal yang sepele seperti itu, Sir."
"Benar Putri, setelah saya memastikannya sendiri dengan mata kepala saya, barulah saya bisa yakin. Yang Mulia dapat berkembang dengan baik."
Kuhargai pujiannya. "Terimakasih."
"Apa perlu saya hadiahkan kepada Anda sebuah pedang?"
"Untuk apa? Ulang tahun saya sudah lewat."
"Saya hanya menawarkannya, Yang Mulia."
Sir Alex melemparkan senyumnya kepadaku. Ini lucu, Sir Alex sangat keras dalam melatihku, namun dia memiliki sisi yang seperti ini.
"Apapun itu, saya akan menerimanya Sir."
2 bulan yang lalu, aku genap berusia 16 tahun. Aku selalu belajar berpedang bersama Sir Alex, masih di tempat yang sama. Lady Gloria juga mengajariku dengan sangat baik. Aku berhasil lulus dari semua tes yang diberikan kekaisaran dengan sempurna. Soal buku, yang selalu aku gemari ketika berada di dunia ini, aku hampir menyelesaikan semuanya. Kadang, aku merasa bahwa aku harus bangga pada diriku sendiri.
"Saya dengar ada masalah di wilayah sebelah barat, terjadi perampokan yang dilakukan selama seminggu terakhir ini. Apa Anda akan pergi untuk mengurusnya?"
"Saya tidak ingin mengurusi hal yang bukan merupakan perintah bagi saya, Yang Mulia."
"Lalu, apa kaisar tidak memintanya pada Anda?"
"Haha, sayangnya kaisar baru kemarin memanggil saya dan meminta saya untuk mengurus masalah di sana. Apa saya memang sial ya."
"Anda tidak mau melakukannya?"
"Jika itu perintah, seperti yang saya katakan saya akan melakukannya. Tapi bukan berarti saya akan senang melakukannya."
"Kenapa? Sebuah kehormatan bukan?"
"Anda tidak mengetahuinya karena tidak pernah secara langsung ke sana."
Aku merengut. Sedikit lagi Sir Alex akan menceritakannya padaku. "Apa yang tidak saya ketahui, Sir?"
Sir Alex menoleh, matanya fokus melihatku. "Kemungkinan buruk dapat terjadi di sana. Anda tahu kan bahwa wilayah barat dikuasai oleh Baron Risse, dia adalah salah satu bangsawan yang membenci Anda, Yang Mulia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Until I Die
FantasySepasang tangan mungil terlihat di depan mataku saat aku terbangun. Ketika aku menatap cermin, wajahnya yang cantik terlihat menawan. Apridete Courdesse, aku masuk ke dalam tubuhnya, seorang putri kekaisaran yang menjadi pemeran sampingan dari sebua...