Aneh sekali, di malam yang dingin seperti ini aku malah pergi ke hutan, bukannya berlindung di dalam tenda hangat yang sudah disiapkan. Apalagi aku mengikuti anak yang sepertinya tidak sedang berurusan denganku.
Aku memperhatikan punggungnya yang menuntunku, kemana pun itu aku dibawa. Aku dibawa semakin dalam ke hutan, di sana dipenuhi hamparan rumput yang hanya ditumbuhi beberapa pohon besar. Tepatnya di dekat sebuah batu besar dia berhenti, lalu membalikkan badan.
"Kita sudah sampai, Yang Mulia Putri."
Langit malam terlihat lebih jelas di tempat ini. Hanya warna hijau rumput, dan gelap warna langit yang mengelilingiku saat ini.
Lalu, apa bagusnya?
Aku melipat tangan, "Bukankah angin semakin kencang di sini?"
"Oh, apa Yang Mulia Putri kedinginan?"
"Tidak, saya sudah cukup hangat."
Aku kembali memperhatikan sekitarku, benar-benar hanya aku dan dia di tempat ini. Jaraknya cukup jauh dari tempat perkemahan para kesatria.
Dengan bukti-bukti itu, aku sudah bisa menebak, "Apa yang mau Anda bicarakan dengan saya?"
Heavt sejenak terdiam, wajahnya menjadi lebih serius. Membawa seorang putri kekaisaran seorang diri ke tempat yang sepi seperti ini sudah pasti ada yang ingin dia lakukan hanya denganku, tanpa ikut campur kesatria lain. Apalagi dia hanya seorang kesatria dengan pangkat rendah, mengajakku untuk berbicara akan menjadi masalah jika ketahuan oleh orang lain.
"Apa saya boleh langsung mengatakannya?"
"Saya tidak suka pembicaraan yang memiliki banyak omong kosong."
Yah, walaupun dulu aku sering sekali berbicara omong kosong pada 'nya'. Mengatakan kalimat tadi seakan menjadi omong kosong juga bagiku.
"Kalau begitu saya akan mengatakannya secara langsung. Siapa sebenarnya Anda?"
Ada apa ini? Aku kira dia tidak meragukanku.
Aku bertanya, "Apa yang Anda maksud?"
"Saya ingat anak perempuan yang selalu saya temui di istana, saya selalu menunggunya di sana. Saya juga mengingat dengan jelas wajah dan suaranya. Namun sekarang seorang putri kekaisaran datang di tengah peperangan dengan wajah dan suara yang sama persis seperti perempuan itu."
Mata Heavt menatapku dengan tajam, terlalu tajam untuk seorang yang sedang ketakutan.
"Anda harus memastikannya sendiri, apa Anda benar-benar mengenal gadis itu?"
"Saya sangat yakin dengan ingatan saya."
Aku jadi ingin sedikit bermain-main, "Anda bahkan tidak memiliki bukti terkait pernyataan Anda barusan, bagaimana saya mau memercayainya?"
"Saya tidak bisa membuktikannya sekarang."
"Itulah, saya bahkan tidak bisa melihat wajah gadis yang mirip saya itu."
Heavt dengan cepat berkata, "Tidak mirip, saya yakin Yang Mulia Putri dan perempuan itu adalah orang yang sama."
"Kenapa Anda yakin sekali?"
"Saya kan sudah mengatakannya kalau--"
Aku bergegas memotong, "Apa karena dia sama cantiknya dengan saya?"
Heavt tiba-tiba terdiam. Sepertinya aku mengatakannya dengan terlalu jelas. Heavt terlihat tidak nyaman setelah itu, dia memalingkan wajahnya.
Akhirnya Heavt kembali berbicara, "Jika Yang Mulia Putri berpikir seperti itu, sepertinya dia memang bukanlah Anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
Until I Die
FantasíaSepasang tangan mungil terlihat di depan mataku saat aku terbangun. Ketika aku menatap cermin, wajahnya yang cantik terlihat menawan. Apridete Courdesse, aku masuk ke dalam tubuhnya, seorang putri kekaisaran yang menjadi pemeran sampingan dari sebua...