"Saya menghadap Yang Mulia Putri kekaisaran Allieru," seorang laki-laki tinggi dengan rambut pirang, membungkuk hormat kepadaku saat aku menampakkan diri di ruang tunggu istana. Aku yakin dia sudah lama menunggu, dilihat dari pakaiannya yang sedikit berantakan.
Aku segera duduk di depannya, dan dia pun ikut kembali duduk.
"Ini pertama kalinya kita bertemu, Tuan Putri. Saya sudah menyangka bahwa Anda adalah gadis yang cantik, namun Anda ternyata benar-benar sangat menawan," dia malah memujiku. Tangannya mengepal-ngepal di depan perutnya.
"Katakan keperluan Anda," aku bersikap tegas. Aku tidak suka caranya memujiku di saat dia memiliki maksud lain. omong kosong yang membuang-buang waktu.
"Maafkan saya putri, saya hanya terpesona," dia kembali menunduk. "Apa Yang Mulia Putri tahu bahwa akan diadakan kompetisi berpedang di kekaisaran Allieru?"tanyanya. Pertanyaan yang tiba-tiba, aku sama sekali tidak menyangka.
Mari kita lihat ke mana arah pembicaraan yang dia maksud, "tidak, apa itu diselenggarakan oleh kaisar?"
Wajah laki-laki itu berubah sedikit bersemangat. Dengan senyuman di wajahnya dia mulai bicara lagi, "benar putri, kompetisi itu diadakan langsung oleh kaisar."
Aku hanya diam memperhatikannya. Keuntungan apa yang akan dia dapatkan jika memberitahuku hal itu?
"Ah, saya sampai lupa. Saya belum memperkenalkan diri saya," laki-laki itu bangkit dari duduknya, lalu membungkuk. "Nama saya Alexia Craydss yang mulia, saya yang akan menjadi guru berpedang Anda," katanya. Aku langsung mengerti tentang semua perilakunya kepadaku tadi. Dia sengaja memancingku dengan kompetisi pedang, untuk mengetahui maksud dan tujuanku meminta kepada kaisar belajar berpedang.
"Sir Alexia..."
"Panggil saya Alex saja, Yang Mulia."
"Sir Alex, apa kita bisa langsung menguji kemampuan Anda?"
Mata Sir Alex menyipit, "tentu saja, saya tidak akan membuat Yang mulia penasaran lebih jauh tentang kemampuan saya. Saya akan memperlihatkan kemampuan saya yang sesungguhnya pada Anda, yang mulia putri."
Sir Alex lebih dulu berdiri, lalu berjalan di depanku menuju lapangan utama istana. Di sana pelayan telah menyiapkan beberapa pedang yang berderet pada kotak kayu. Sir Alex mengambil sebuah pedang yang berada di tengah barisan pedang, lalu mengamatinya sejenak.
"Siapa yang akan menjadi lawan saya, apa Tuan Putri?"
"Bukan, ini yang akan menjadi lawanmu," aku menunjuk sepotong kayu tebal yang dibawa menggunakan gerobak dorong. Aku memintanya pada para pelayan sebelum menemui Sir Alex, "Sir Alex bisa mencobanya pada kayu itu, anggap itu sebagai lawan Anda."
"Baik, Yang Mulia Putri."
Zreet.
Batang kayu itu segera terbelah, lalu tercabik-cabik. Bentuknya menjadi tidak teratur. Sir Alex tersenyum ketika melihatku yang memperhatikan gaya berpedangnya.
"Apa yang mulia bisa mempercayai saya sekarang?" Sir Alex mengibaskan pedangnya, lalu meletakkannya kembali ke tempat penyimpanan.
"Ya, Anda lulus, Sir."
Tidak perlu menguji kemampuan Sir Alex lebih jauh lagi. Aku memang belum pernah memegang pedang sungguhan sampai detik ini, tapi begitu melihat cara berpedang dan hasil yang ditunjukkan oleh Sir Alex, aku langsung bisa mengetahui bahwa kaisar telah mengirimkan guru berpedang yang hebat kepadaku.
"Kapan Yang Mulia berkenan untuk berlatih?" tanyanya.
"Hari ini."
"Maaf Yang Mulia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Until I Die
FantasySepasang tangan mungil terlihat di depan mataku saat aku terbangun. Ketika aku menatap cermin, wajahnya yang cantik terlihat menawan. Apridete Courdesse, aku masuk ke dalam tubuhnya, seorang putri kekaisaran yang menjadi pemeran sampingan dari sebua...