16. A Single Dance

515 61 0
                                    



Lampu aula utama seakan hanya menyorot kearahnya. Gaun mewahnya yang bersinar terseret Ketika dia berjalan dengan anggun. Rambut silvernya terlihat sangat mencolok, sementara mata merahnya menatap dengan tegas.

Apridete berjalan dengan tenang, begitu sampai di ujung balkon aula dia disambut oleh semua orang yang hadir di pesta mewah itu. Mereka memberi hormat sambil membungkuk.

Apridete membuka mulutnya, "selamat datang semuanya. Saya Apridete Courdesse, putri mahkota tunggal kekaisaran Allieru."

Susana menjadi tegang, Apridete secara terbuka menegaskan posisinya dan tekanan yang dia berikan kepada setiap tamu yang datang. Beberapa bahkan tidak bisa mengangkat kepala mereka dan hanya tertunduk selama Apridete memperkenalkan dirinya. Beberapa bangsawan ada yang berani berbisik-bisik mengenai Apridete yang akhirnya memperlihatkan dirinya.

"Ini adalah pertama kalinya Anda sekalian melihat saya secara langsung, saya harap Anda dapat menikmati pestanya,"Apridete tahu, bahkan ada bangsawan yang sama sekali tidak akan bisa menikmati Kembali pesta ini setelah kehadirannya.

Apridete lalu turun melalui tangga, dan berdiri di tengah aula. Ketika melaksanakan debutante, seharusnya dia memberikan dansa pertamanya kepada seseorang, namun Apridete enggan melakukannya. Einos, ayah yang satu-satunya dia inginkan untuk berdansa bersama di hari ini.

Tentu saja Apridete tidak kehabisan rencana, dia sudah merencanakan debutante nya sejak lama, jadi dia tahu apa yang harus dilakukan.

Di tengah semua sorotan mata yang menatapnya, di bawah lampu gantung yang indah, di atas karpet merah yang lembut, Apridete membungkuk dengan anggun. Apridete berputar dan melangkah pelan. Seluruh penghuni pesta terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Apridete. Dia, dengan percaya diri melakukan dansa tunggal. Ini mengejutkan mengetahui bahwa Putri Apridete adalah seorang putri tunggal yang sangat cantik, namun di hari debutantenya dia malah melakukan dansa tunggal.

Suasana menjadi tegang. Apridete yang menjadi pusat semua pandangan, terus berdansa meski tidak ada satupun orang yang berani berdansa bersama dengannya. Ada yang merasa segan, takut, serta terpesona melihat keindahan yang menari di tengah aula sekarang.

Beberapa bangsawan yang terkejut menutup mulutnya dengan tangan seakan tidak percaya, dan beberapa bangsawan lainnya tersenyum sambil menahan tawa mereka. Menurut mereka, pemandangan ini sangat menarik untuk disaksikan. Mereka jadi yakin dengan semua asumsi yang mereka duga selama ini adalah benar. Bahwa Putri Apridete tidak disayang oleh kaisar, bahwa dia kesepian sampai tidak ada satupun orang yang bersedia menjadi pasangan dansanya di hari istimewa seperti hari ini.

Itu membuat mereka geli. Mereka tidak memperhatikan Apridete yang dengan sempurna berdansa, namun hanya sibuk memikirkan seperti apa Putri Apridete diperlakukan di istana selama ini.

Sementara itu, Apridete tidak berhenti berdansa. Kesempurnaan pada dansanya membuat beberapa Lady terpukau. Kecantikan Apridete yang sedang melakukan dansa tunggal dinilai sangat berani.

Apridete menerima berbagai sorotan yang mengarah kepadanya. Dia hanya melanjutkan dansanya diiringi lagu lembut dari para pemain musik. 

Kemudian, setelah selama 20 menit penuh rasa yang tercampur aduk, Apridete sampai pada ketukan terakhirnya, lalu kembali membungkuk. Ia mengangkat kepalanya dan menatap ke sekitar.

Hening.

Tidak ada suara tepuk tangan, hinaan, maupun pujian yang keluar dari mulut semua penghuni pesta. Lantunan musik pun berhenti. Keheningan itu terasa mencekik bagi beberapa orang, namun Apridete yang telah menduga sebelumnya justru menikmati semua itu.

Until I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang