41. The Election

105 9 0
                                    


Area kuil suci telah dipenuhi oleh para kesatria yang berjaga. Di balik pagar, ratusan kuda yang membawa kereta di belakangnya memadati halaman. Sementara di luar gerbang tadi aku sudah melihat para penjaga dengan senjata mereka.

Seharusnya acara ini menjadi acara intim yang tidak memperbolehkan siapaun yang tidak berkepentingan untuk hadir. Namun melihat keramaian yang sangat berlebihan seperti ini, tentu saja banyak rakyat biasa yang ingin hadir menyaksikan. Itu justru menambah pekerjaan para penjaga gerbang.

Begitu aku memasuki ruangan utama, tampak semua orang sudah di tempat mereka masing-masing. Para komandan kesatria juga sudah datang, masing-masing dari mereka ditemani oleh seorang ajudan yang berdiri di belakang.

Di dalam ruangan ini hanya aku satu-satunya seorang kandidat terpilih yang duduk mengikuti pemilihan. Sebenarnya semua kandidat tidak diperbolehkan untuk mengikuti pemilihan, karena kemungkinan terjadi bias dan keributan selama pemilihan akan membesar. Namun karena aku hadir sebagai perwakilan istana, maka kehadiranku mendapat pengecualian. Sementara itu tidak ada orang yang pantas untuk mewakili istana selain diriku.

Aku melihat di ujung meja, sebagai pendamping Raja Utara, Pangeran Kaltian berdiri di belakang kursi ayahnya. Semua orang yang aku harapkan datang, ini membuatku bersemangat.

Seorang wakil tetua di ujung meja memulai rapat, "Saudara-saudara sekalian, sepertinya kita semua sudah berkumpul di sini. Maka rapat kita mengenai pemilihan Kaisar Allieru keenam akan kita mulai. Saya sebagai perwakilan dari para tetua Allieru akan membacakan calon yang masuk. Yang pertama yaitu Putri kekaisaran Allieru, Apridete Courdesse. Kedua yaitu Pangeran pertama wilayah Timur, Atuari Quentor. Selanjutnya yaitu seorang kepala keluarga Rukhayn, Atlas Rukhayn. Lalu yang terakhir yaitu kepala keluarga Duke Heveron, Guan Heveron."

"Kalau begitu, saya akan mempersilahkan kepada siapapun yang ingin berbicara sekarang."

Aku mengangkat tangan, "Saya akan memulai."

"Silahkan, Yang Mulia."

"Saya hanya ingin mengatakan ini. Di sini saya adalah satu-satunya calon yang hadir dalam rapat karena hanya tinggal saya yang memiliki darah Courdesse. Namun saya akan pastikan tidak mengganggu rapat ini, juga saya akan tetap memantau rapat, sebagai tugas yang harus saya lakukan."

Aku melirik tetua yang berada tepat di seberangku, dia hanya diam dengan tangan terlipat. Suasana tetap tenang, berarti mereka setuju dengan pendapatku. Aku kemudian memberi isyarat bahwa aku telah selesai berbicara.

"Pembicara selanjutnya."

Seorang laki-laki setengah baya, yang seorang pemimpin mengangkat tangan, "Saya ingin mengajukan sesuatu. Melihat dari semua calon yang masuk, kedudukan seorang calon di kekaisaran sangat penting."

Jika itu penting, maka aku menjadi calon paling lemah.

"Masing-masing calon memiliki kedudukannya sendiri, baik itu di lingkungan kekuasaan mereka maupun di mata rakyat lain. Saya rasa itu penting karena akan menambah kepercayaan rakyat kepada kaisar berikutnya."

Itu jelas argumen yang berusaha menyudutkanku. Semua calon memang memiliki kedudukan, namun mereka jelas memiliki kedudukan yang lebih baik karena sudah lebih lama memperlihatkan diri mereka. Dibandingkan aku yang bahkan mengerjakan pekerjaan dari dalam istana dan tidak bisa keluar sebelum umur untuk melakukan debut.

"Kalau begitu, Pangeran Atuari Quentor terdengar menjadi calon paling kuat," seseorang menimpali.

"Jika melihatnya seperti itu, maka ya."

Kemudian sebuah tangan lain terangkat, "Saya merasa itu masih kurang. Perlu diketahui juga masih banyak faktor lain yang bisa lebih kuat dari itu."

"Apa itu?"

Until I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang