39. A Snow Wolf

146 9 0
                                    


Piring keduaku sudah kosong. Sebenarnya perutku sudah penuh sejak piring pertama, namun karena Raja Utara kembali menawarkan piring selanjutnya maka aku harus memakannya. Setelah itu, saat setengah makanan di atas piringku sudah mulai habis, aku segera mengatakan kepada Raja Utara untuk tidak menambahkannya lagi.

Mungkin Raja Utara mengira nafsu makanku akan sama dengan kesatria istana yang sudah sangat bekerja keras. Namun perut Apridete tidak sebesar itu untuk menampung semuanya.

Raja Utara ikut bangkit bersamaku, "Biar saya antarkan Yang Mulia Putri ke tenda Anda."

Aku mengangguk. Keramahan itu tidak bisa kutolak.

"Silahkan, Yang Mulia," Raja Utara mengantarku sampai di depan tenda. Aku mengintip ke dalamnya, tenda itu sudah hangat dengan penerangan yang cukup. "Yang Mulia, kalau begitu saya akan pergi. Beritahu prajurit saya jika Anda membutuhkan sesuatu."

"Ya, baiklah."

Aku masuk ke dalam tenda. Di sini ada sebuah tempat tidur yang bersih, di sampingnya sebuah meja dengan teko dan cangkir di atasnya. Dia atas tempat tidur, terdapat pakaian yang dilipat rapih, juga sepatu hangat serta mantel. Mereka benar-benar berusaha membuatku nyaman berada di sini.

Begitu aku merebahkan tubuhku di atas tempat tidur, itu terasa lembut. Suara di luar yang begitu berisik dapat sedikit diredam di dalam tenda ini.

Ah, setelah beberapa menit aku belum juga bisa memejamkan mata.

Aku kembali duduk, lalu menutup punggungku dengan mantel. Rasanya aku harus pergi keluar, membuat diriku sendiri lebih lelah sekaligus memunculkan niat untuk tidur.

Dua orang prajurit yang berjaga di depan tendaku menoleh, "Yang Mulia Putri, apa ada yang Anda butuhkan?"

"Tidak, saya hanya belum mengantuk. Saya ingin berjalan-jalan sebentar."

"Kalau begitu biar kami temani Yang Mulia."

"Tidak perlu, saya akan berjalan-jalan sendiri."

Kedua prajurit utara itu menolak, "Yang Mulia Putri baru pertama kali ke wilayah utara. Akan lebih baik untuk Yang Mulia dengan ditemani, karena kami akan memandu Anda. Kalau Yang Mulia keberatan dengan kami berdua, setidaknya hanya salah satu dari kami yang akan menemani Anda."

Sepertinya mereka akan terus memaksa, mungkin akan baik juga jika aku pergi bersama mereka. Karena aku memang belum terlalu memahami daerah ini, pemandu akan menjadi pilihan yang menguntungkan.

"Kalau begitu—"

"Biar saya saja yang mengantar Yang Mulia Putri."

Aku menoleh, dia berjalan mendekat dari sisi kanan.

Begitu tepat berada di sampingku, dia berhenti lalu kembali berbicara, "Saya kesatria Yang Mulia Putri. Saya juga sudah menyusuri daerah ini, saya bisa menjadi pemandu Yang Mulia Putri."

Prajurit utara menjawab, "Apa tidak masalah jika kami tidak menemani Yang Mulia?"

"Saya yakin tidak akan masalah."

"Kalau begitu kami akan tetap berjaga si sini, jika Yang Mulia membutuhkan sesuatu Anda bisa mengatakannya kepada kami atau kesatria utara lain di dekat Yang Mulia," kedua prajurit itu memberi salam hormat.

"Ya, baiklah."

Aku meninggalkan tenda, Heavt mengikuti di belakangku.

"Sir Heavt, sebenarnya saya ingin pergi sendiri."

"Yang Mulia Putri, biarkan saya menjalankan tugas saya. Saya sudah menyusuri daerah ini, jadi saya bisa memandu Yang Mulia."

Ternyata itu alasan dia tidak terlihat sejak tadi. Maka aku akan membiarkannya, tersesat di tempat yang dingin tidak bisa menjadi pengalaman yang indah.

Until I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang