43. A Piece That Missing

67 9 0
                                    


Langit dari balik jendela mulai terlihat berubah warna menjadi jingga. Seorang kesatria menangkap maksudku ketika melirik kepadanya. Karena itu Ricard, aku yakin dia akan mengambil tindakan.

Dia berkata dengan suara lantang, "Baginda Kaisar akan meninggalkan aula pesta!"

Seketika para tamu berhenti dengan aktivitas mereka, lalu mereka membungkuk memberi hormat kepadaku yang berjalan pergi meninggalkan ruang pesta.

Aku berjalan di lorong luas yang sepi ditemani Ricard di sampingku. Aku sengaja memilih jalan ini untuk memancing Pangeran Timur kepadaku.

Langkah kaki lain selain milikku dan Ricard terdengar. Langkah yang terdengar tenang dan semakin dekat.

Aku masuk ke dalam ruang khusus tamu kaisar. Di dalam ruangan luas itu aku duduk di salah satu sofa berlengan yang berada di tengah ruangan. Ricard segera mengambil posisi di belakangku.

Seperti yang aku harapkan, Pangeran Timur juga ikut masuk ke dalam ruangan. Dia berhenti sejenak setelah beberapa langkah dari pintu masuk.

"Baginda Kaisar, maafkan sikap lancang saya yang masuk ke dalam ruangan Baginda. Saya tidak tahu kalau Baginda ada di sini."

"Pangeran akan langsung keluar jika benar-benar merasa bersalah, namun nyatanya tidak begitu."

"Baginda sangat pengertian, kalau begitu apakah Baginda bisa meluangkan waktu untuk berbiacara dengan saya?"

"Hanya sedikit."

"Ah Baginda, maksud saya adalah berbicara berdua saja dengan Baginda,"dia menatap Ricard.

"Baiklah,"aku memberi isyarat kepada Ricard untuk keluar dari ruangan, kemudian dia menutup pintu ruangan dengan rapat.

"Silahkan duduk, Pangeran."

Pangeran Atuari duduk di depanku, dia menunjukkan kesopanan yang pantas saat itu.

"Katakan Pangeran, apa ada sesuatu di wajah saya? Sejak datang Anda terus melihat saya. Atau jangan-jangan Anda menyukai wajah saya?" aku ingin sedikit menyindirnya.

"Itu benar Baginda, wajah Baginda adalah sebuah kesempurnaan bagi saya. Saya minta maaf jika kekaguman saya itu membuat Baginda merasa tidak nyaman."

Menyindirnya ternyata tidak berhasil, "Jadi hal apa yang ingin Pangeran katakan pada saya."

"Izinkan saya untuk mengucapkan selamat kepada Baginda secara pribadi, selamat atas penobatan Baginda, semoga Baginda dapat membawa cahaya baru di kekaisaran Allieru."

"Ya Pangeran, saya menerima ucapan selamat Anda."

"Saya sebagai Pangeran Timur merasa sangat terhormat karena pernah menjadi salah satu kandidat kaisar bersama dengan Baginda."

"Apa itu kalimat kecewa baru?"

"Tidak Bainda, saya tulus mengatakannya."

Aku sekarang penasaran, "Lalu pangeran, apa yang akan Anda lakukan sekarang?"

"Terima kasih kepada Baginda karena telah mengkhawatirkan saya. Wilayah Timur memiliki beberapa tambang minyak, saya berencana akan mengambil alih semua itu."

"Itu bagus Pangeran, Anda akan mendapatkan kekayaan dan kekuasaan sekaligus."

"Saya juga mengharapkannya," Pangeran Timur kembali bicara, "Sebenarnya ada hal lain yang ingin saya katakan kepada Baginda saat ini."

"Katakanlah, Pangeran."

Pangeran Timur tiba-tiba berdiri, dia lalu berjalan ke arahku.

Dia berlutut sambil mengulurkan tangannya, "Saya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Baginda Kaisar, saya ingin melamar Baginda."

Until I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang