28. Life at Stake

352 45 0
                                    


Makan malam hari ini aku masih menggunakan ruang makan tengah. Tempat yang biasanya aku gunakan bersama Einos untuk makan bersama. Sekarang aku duduk sendirian di depan meja panjang ini. Para pelayan yang biasanya sudah makan sebelum matahari terbit, selalu menolak ajakanku untuk makan bersama. Kadang aku berharap, Einos bisa cepat pulang dan mengisi bangku kosong miliknya.

Di tengah waktu makan ini, Cilla datang dengan sebuah amplop di tangannya. Dilihat dari cap yang tertempel di atas sana, surat itu berasal dari keluarga Grand Duke Visco. Dari sekian banyak surat yang aku harapkan, justru sesuatu yang paling tidak aku inginkanlah yang datang.

"Letakkan di atas meja kerjaku," aku takut selera makanku hilang.

Mai masih dalam pelatihan memanahnya. Kemarin, setelah melihat aku yang tampak kelalahan usai melakukan ekspedisi, wajah Mai tampak penuh kekhawatiran. Sepertinya dia memiliki motivasi tambahan untuk berlatih menggunakan senjata.

"Cilla, apa kau sudah melakukan hal yang kusuruh?"

"Saya telah melakukannya, Putri."

Kemarin malam aku memanggil Cilla ke kamarku. Aku menyuruhnya mengirimkan surat kepada keluarga Count Hailor, mengenai keinginanku untuk mengunjungi kediamannya.

"Kalau begitu, bantu aku bersiap."

"Apa Putri akan pergi sekarang?"

"Ya. Perjalanan kita akan memakan waktu."

Jarak dari istana menuju kediaman Count Hailor sedikitnya memakan waktu perjalanan dengan kereta kuda sampai tiga hari. Jika dengan berkuda biasa, waktu bisa dipangkas menjadi satu setengah hari.

Perjalanan yang cepat memang sangat kubutuhkan, namun aku ingin menjaga penampilanku untuk hadir di hadapan Count.

Aku berbohong.

Aku ingin terlihat baik di mata Selena Hailor.

Dia perempuan yang sangat menarik, tentu aku ingin menjaga penampilanku. Yah, alasan lainnya tentu karena dia merupakan tokoh utama novel ini.

Mai sebelumnya telah memesankan gaun baru untukku minggu lalu, gaun itu telah selesai pada tiga hari lalu. Dan sekarang aku akan mengenakannya.

Gaun berwarna merah muda yang mencolok dengan hiasan bunga dan taburan glitter putih. Untuk hari ini aku meminta penata rambut untuk menata rambutku dengan santai, model rambut yang tidak akan mudah rusak selama perjalanan tiga hari.

Di lapangan, dua pasukan berkuda menunggu di sana. Ricard memberi hormat begitu melihatku keluar istana.

Cilla akan ikut bersamaku kali ini. Mai kuminta tetap berada di istana dan menjaga istana. Pelatihan Mai juga membuatnya harus terus berada di lingkungan istana.

Pasukan kali ini lebih cepat bergerak. Tanpa aku mengumpulkan mereka terlebih dahulu, mereka sudah tahu apa yang harus mereka lakukan.

Aku masuk ke dalam kereta kuda. Aku masih mempercayakan perjalanan ini kepada Ricard. Dia memang bukan komandan pasukan istana, namun aku ingin membuat dia yang tidak memiliki apa-apa itu untuk mulai bergantung dan menghormatiku.

"Ayo kita berangkat."

.

.

.

Pasukan dua bergerak ke sebelah kanan barisan, sementara pasukan tiga dan empat menunggu di barisan belakang, menunggu perintah kaisar berikutnya.

Sebuah panah hitam ditembakkan dari sisi utara, sebuah sinyal berupa serangan dari pihak kekaisaran Mallrise. Serangan ini sudah yang kelima kalinya digencarkan oleh pasukan Mallrise, mereka yang awalnya memulai serangan terhadap kakaisaran Allieru, kini panik karena kekaisaran lawan mereka itu mulai berjalan semakin dekat dengan leher peminpin mereka.

Until I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang