Cahaya matahari masuk dengan menembus kaca jendela besar. Di sisi jendela dihias tirai dan ornamen antik yang indah.
Di bawah langit-langit istana yang tinggi, berkumpul seluruh kepala keluarga bangsawan, para pemimpin kuil, anggota dewan, serta para komandan kesatria.
Di depan sebuah kursi singgasana yang agung, tiga orang Tetua berdiri membelakanginya. Mereka semua menatap ke arah yang sama, pintu dengan banyak ukiran indah.
Pintu tersebut terbuka, seorang perempuan dengan rambut perak berjalan masuk. Perempuan itu mengenakan gaun resmi kekaisaran berwarna putih yang terseret saat dia berjalan. Mata merahnya menatap ke depan sambil terus berjalan dengan anggun.
Putri Apridete berjalan dengan percaya diri.
Akhirnya setelah melewati hamparan karpet merah, Apridete berhenti tepat di depan tiga orang Tetua. Dengan kepala terangkat, Apridete menatap para Tetua namun matanya diam-diam mengintip kursi singgasana di belakangnya.
Apridete membungkuk, memberi hormat kepada para Tetua.
Seorang Tetua yang berdiri di tengah membaca pembukaan, "Kita berkumpul di istana kekaisaran Allieru untuk melakukan pelantikan terhadap kaisar Allieru selanjutnya. Pelantikan kaisar telah berdasarkan kepada undang-undang kekaisaran Allieru serta persetujuan seluruh kepala pemerintahan kekaisaran, hasil dari rapat suci sebelumnya."
Tetua mengambil nafasnya, lalu meneruskan, "Saat ini, di depan seluruh hadirin telah berdiri seorang calon terpilih untuk menjadi kaisar Allieru, Apridete Courdesse, seorang putri mahkota Allieru," Tetua itu berhenti bicara.
Seorang Tetua yang berada di kiri membuka sebuah buku tua tebal, berisi hukum-hukum kekaisaran. Dia kemudian berbicara, "Sekarang, saya akan membimbing calon kaisar untuk membacakan sumpah jabatan di hadapan para hadirin. Yang Mulia Putri, silahkan ulangi setelah saya."
Tetua itu mulai membacakan sumpah.
'Saya, Apridete Courdesse, bersumpah atas nama darah yang mengalir di dalah tubuh saya, bahwa saya akan menjadi pemimpin yang adil dan bijaksana, serta melakukan segalanya untuk kemakmuran Kekaisaran Allieru.'
Setelah mengatakan sumpah itu dengan satu tarikan nafasnya, Putri Apridete mengepalkan tangannya.
Tetua terakhir, yang berada di tengah, memakaikan jubah kekaisaran kepada Putri Apridete. Setelah itu dia juga memberikan tongkat berbalut emas dan permata kepada Apridete.
Lalu terakhir, "Dengan ini, Apridete Courdesse telah resmi menjadi kaisar Allieru."
Apridete sedikit membungkuk untuk mendapatkan mahkota kaisar Allieru di kepalanya. Kakinya kemudian kembali menopang tubuhnya untuk berdiri, dia berbalik menghadap kepada semua yang hadir di dalam istana saat itu.
Mereka membungkuk, memberi hormat kepada kaisar baru mereka.
Putri Apridete tidak menunduk lagi, kepalanya terus terangkat dengan pandangan yang terlihat lebih luas.
.
.
Setelah pelantikan kaisar Allieru yang keenam, kaisar baru itu keluar dari istana. Sambutan meriah datang dari rakyat Allieru yang telah menunggu di luar pagar istana.
Kaisar baru itu pergi menggunakan kereta kuda, dia duduk di atas dengan atap terbuka, sehingga semua bisa melihat dan bisa dilihatnya.
Jalanan kota begitu ramai, dipenuhi oleh rakyat Allieru yang berkumpul ingin melihat kaisar baru mereka. Tangan mereka melambai-lambai sambil berteriak ketika kaisar Allieru itu lewat di depan mereka. Suara pujian terdengar dimana-mana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Until I Die
FantasySepasang tangan mungil terlihat di depan mataku saat aku terbangun. Ketika aku menatap cermin, wajahnya yang cantik terlihat menawan. Apridete Courdesse, aku masuk ke dalam tubuhnya, seorang putri kekaisaran yang menjadi pemeran sampingan dari sebua...