Chapter 13

4.1K 99 0
                                    

Dirumah, Erick masih merasakan sedih dengan kepergian kakek nya yg sangat menyayangi Erick.

Zahra menyiapkan sarapan sepiring nasi goreng dan segelas susu vanilla kesukaan Erick.

Erzan masih bermain sendiri dengan selimutnya, Zahra merasa kasihan karena semangat Erick runtuh begitu saja sejak kepergian kakeknya.

Zahra menghampiri Erick yg duduk di sebelah Erzan. Ia melamun dan wajahnya masih sembab seperti kemarin.

"Sayang, makan dulu, yuk. Kamu jangan sedih mulu, sayang. Kakek kamu pasti gamau liat kamu sedih. Kakek kamu pernah bilang kan? Kalo kamu harus bahagia terus. " ujar Zahra yg merangkul tubuh Erick dari samping.

"Aku terpukul banget, sayang. Dari dulu aku itu deket banget sama kakek. Ga pernah di pisahin. Apa-apa sama kakek, dulu pas aku sekolah, kakek aku yg urus karena mama sama papa sibuk di luar kota. " jawa Erick pelan.

"Sayang, kamu harus ikhlas, ya. Ini udah takdir kok, sayang. Kamu harus kuat, kaya kamu nyemangatin aku waktu itu. " ujar Zahra sambil tersenyum.

"Iya sayang, aku ngerti. Tapi aku sedih banget, gimana dong? " tanya Erick lagi.

Zahra mengusap airmata Erick. "Kamu boleh sedih, tapi jangan berlarut. Kamu ga kasihan sama kakek, hm? Dia juga mau tenang sayang. " ujar Zahra.

Erick mengangguk. Ia menggenggam tangan Zahra, dan langsung memeluk Zahra dengan kuat.

"Kamu jangan tinggalin aku ya, sayang. " bisik Erick.

"Iya, sayang. Ga akan ada yg bisa misahin kita kecuali maut. " jawab Zahra yg membalas pelukan Erick.

Erick melepas pelukannya, dan mengecup kening Zahra sedikit lama. Mereka berdua pun tersenyum.

"Yaudah, ayo sarapan, dulu." ujar Zahra.

Erick beranjak dari tempat tidur nya, dan segera pergi ke ruang makan. Diikuti oleh Zahra yg menggendong Erzan.

Erick menyuap nasinya kedalam mulut, masih serasa tidak punya selera makan.

Zahra memerhatikan Erick. "Masih sedih juga ya, sayang? " tanya Zahra.

"Nggak kok, sayang. Aku cuma lagi nyoba buat kembaliin selera makan aku kaya kemaren lagi." jawab Erick.

"Yaudah, semangat ya sayang. Disini ada aku sama Erzan. " Zahra memainkan tangan Erzan lalu melambaikan tangannya ke arah Erick.

"Papa harus semangat, ya. Jangan sedih mulu, Erzan jadi ikutan sedih, nih. " ujar Zahra sembari menirukan suara anak kecil.

Erick tersenyum. Ia menggenggam tangan Erzan. "Iya, sayang. Papa ga akan sedih lagi. Ada Mama sama Erzan yg sayang sama papa. " ujarnya.

Siang ini, Zahra sedang memasak sayur yg di request oleh Erick. Erick sedang menemani Erzan bermain di depan TV, menggunakan karpet tebal yg lembut disana.

"Anak papa ganteng banget, ya. Potokopy papa ya, Nak. "

Suara Erick yg sedang bermain dengan Erzan terdengar hingga dapur.

Suara tertawa Erzan membuat Zahra tersenyum. Dunia nya serasa lebih lengkap semenjak kehadiran buah hati nya.

Zahra beranjak dari dapur untuk menghampiri Erick dan Erzan.

"Sayang, udah mau makan belum? " tanya Zahra.

"Emang udah mateng? " tanya Erick.

"Udah sayang. " jawab Zahra.

"Si Erzan biarin aja dia main disini. Kasih mainan yg banyak. " ujar Zahra.
Erick menuangkan mainan bayi ke karpet, dan membiarkan Erzan bermain disana.

"Makan yg banyak ya, sayang. Supaya kamu bisa balikin nafsu makan kamu kaya dulu, lagi. " ujar Zahra sambil menyendokan nasi ke piring.

"Iya sayang. Pasti kok. " jawab Erick sambil tersenyum.

Merekapun makan siang bersama. Dentingan sendok terdengar diruang makan.

                              *****
Sore ini, mereka harus kembali ke Jogja karena Erick akan melanjutkan kuliah nya.

"Kita tinggal di Jogja, sayang. Sementara kok, sampe papa lulus S1." ucap Zahra pada Erzan yg sedang ia pakaikan baju.

"Sayang, udah jam 16.00, nih. Nanti takutnya kemaleman sampe sono. " ujar Erick sambil memakai gespernya.
"Iya sayang, tunggu ya. " jawab Zahra.

Zahra menutup kopernya yg berisi baju-baju Erzan. Dan menarik nya keluar dari kamar. Erzan masih membuka mata coklat nya di gendongan Zahra.

Erick memasukkan kopernya kedalam bagasi mobil. Hari ini sangat mendung, dan hujan akan segera mengguyur kota Jakarta.

"Ayo, sayang. Kalo ujan nanti macet lagi. " ujar Erick sambil membukakan pintu mobil untuk Zahra.

"Iya, sayang. Makasih ya udah di bukain. " jawab Zahra.

"Sama-sama tuan putri. " -Erick.

Erick mulai menjalankan mobilnya, dan pergi meninggalkan rumah.

Di perjalanan, Erzan tidak tidur. Ia memainkan mainan nya dalam gendongan Zahra.

"Tumben, anak papa ga tidur. " ujar Erick.

"Udah kenyang tidur, papa. " jawab Zahra sambil menirukan suara anak kecil.

Erick tertawa kecil. "Anak papa pinter banget. Kita jalan-jalan ya, Nak. " ujar Erick sembari mengusap kepala Erzan menggunakan tangan kirinya.

"Iya dong, siapa dulu? Anak mama gitu. Iya kan, Nak? " ujar Zahra meledek Erick.

"Ihh, anak aku tau. Dia cerdas kaya aku. " ujar Erick.

"Kaya mama ya kan, Nak? Erzan sayang mama. " jawab Zahra tak mau kalah.

Erick diam. Ia mengerucutkan bibir tipisnya sambil terus menyetir.

Zahra tertawa kecil. Ia memang senang menggoda Erick. "Sayangg, aku bercanda ih. Iya iya, ini anak kamu. Mentang-mentang mukanya moto copy. " ujar Zahra.

Erick masih pura-pura tidak mendengar. Ia juga berpura-pura ngambek.

"Hey, sayang. Liat ya, kamu ga aku kasih jatah loh, kalo ngambek begini. " goda Zahra.

"Ihhhh, sayaaaang. Jangan gitu dong. " jawab Erick sambil manyun.

"Tuh kan, kalo soal jatah mah cepet banget respon nya. Dari tadi mah aku di diemin aja. " ujar Zahra sambil tertawa.

"Hehe, aku juga bercanda sayang. Gimana aku bisa marah coba sama istri kesayangan ku ini. " jawab Erick sambil mencubit gemas dagu Zahra.

"Gombal lagi, nih? " tanya Zahra.

"Isshhh, serius sayang. Aku mah bukan buaya tau, yg bisanya gombal doang tanpa kepastian. " jawab Erick.

"Iya juga sih, ya. " jawab Zahra.

"Kalo aku cuma gombal, Erzan ga bakalan ada di antara kita, sayang. Kita ga akan nikah. " ujar Erick sambil menaikan bibir sebelah kiri nya.

Zahra memukul lengan Erick pelan. "Ihh sayang. Kamu bisa aja, deh. Aku percaya kok karena dari dulu kamu emang ga pernah mainin cewek. " jawab Zahra.

"Sakit, sayang." Erick mengusap tangan nya yg habis di pukul Zahra pelan. "Aku itu serius sama kamu. Dari dulu aku juga serius. Aku cuma kebakar cemburu aja waktu itu, maafin aku ya, cinta. " jawab Erick sambil mengacak rambut Zahra.

"Iya sayang, ga apa-apa kok. Aku juga ngerti. Maafin aku juga ya yg ga peka sama perasaan kamu." ucap Zahra menunduk.

"Iya sayang. Sekarang bukti nya udah jelas kan? Erzan ada di gendongan kamu. " jawab Erick.

Zahra mengangguk dan tersenyum. Baginya, takdir telah mempersatukan mereka kembali. Meski pernah terputus beberapa tahun.

Maaf jika ada kesalahan atau typo dalam penulisan 🙏

Maaf juga kalo aku telat update cerita selanjutnya, author ngupdate setiap hari kok. Cuma jam nya ga nentu.

Jangan lupa bantu vote dan ramaikan cerita ini ya. ❤

Next part berikut nya 👇

Erick & Zahra || Hadiah Tuhan (Completed 2) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang