🔐 Jangan Sampai Baper

5.8K 348 1
                                    

Karena lagi gabut, jadi mendingan update. Xixixi...

Jangan lupa vote dan komen ya, kawand!

---------------------
Happy Reading
---------------------

| Jangan Sampai Baper

Jangan sampai baper.

Itulah kalimat yang berungkali Angga ucapkan dalam hatinya saat matanya tak sengaja melihat senyuman Jennie yang berhasil membuat darahnya berdesir seketika.

"S-saya ke depan dulu," putus Angga berusaha menghindari kontak mata dan fisik dari Jennie.

"Eumh...iya, makasih ya Om," ucap Jennie. Ia merapikan rambut panjangnya yang sedikit turun menutupi wajah.

Seusai Angga keluar, Jennie memegangi dadanya yang berdebar kencang. Ia juga mengambil napasnya dalam-dalam seolah sudah seabad lamanya tak menghirup oksigen segar.

"Ngeliat muka Om Angga dari deket, entah kenapa buat hidung Jennie kepepetan. Masih sih cuma lihat muka ganteng aja hidung Jennie udah lemah iman?"

Sementara itu, di luar pintu kamar, Angga tak henti-hentinya mengucap kalimat toyyibah. Ia merasa deg-degan saat tadi harus melihat perut gadis kemaren sore yang sialnya saat ini harus menjadi istrinya.

Tapi tak lama, seukir senyuman mengembang di sudut bibirnya. Entah apa yang ia sedang bayangkan dalam pikirannya itu.

"Ck, suatu saat nanti, apa anak gue yang akan berada di dalam perut itu?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

🔐

Esok paginya, Jennie sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ya, ia memutuskan untuk sekolah. Lagipula, perutnya juga sudah tak sesakit kemarin.

"Kamu mau sekolah?" Tanya Angga yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia sudah mengenakan celana pendek berwarna lylac dengan kaos press body berwarna hitam.

"Iyah," balas Jennie sekadarnya.

"Perut kamu, sudah mendingan?" Tanya Angga lagi.

"Udah kok," balas Jennie.

Jennie lalu keluar dari kamar, diikuti pula oleh Angga di belakangnya.

Jennie berjalan ke arah rak sepatu, ia hendak mengambil sepatunya. Namun tiba-tiba, lengan Angga mencekal pergelangan tangannya.

"Kenapa?"

"Biar saya pakein. Perut kamu nanti sakit lagi kalau harus nunduk," ucap Angga lembut.

Jennie menurut. Ia membiarkan Angga memasangkan sepatu di kedua kakinya.

"Nomor berapa nih sepatu? Kecil amat." Angga terkekeh kecil saat melihat ukuran sepatu istrinya yang menurutnya sangat kecil.

"Ihh..itu nomor 38 lhoo, Om!" Ucap Jennie.

"Kecil amat, kayak orangnya," kata Angga sambil menatap lekat iris mata kecoklatan Jennie.

Jennie hanya bisa mencebik kesal, tak terima karena dirinya dikatai kecil.

"Niat ngebantu gak sih? Banyak omong amat!" Protes Jennie. Ia memanyunkan bibirnya menahan kesal.

With You, Husband! [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang