“Setiap prolog, pasti memiliki epilog. Epilog atas sebuah kisahnya yang telah usai.”
-E P I L O G-
Alur hidup setiap orang memang berbeda-beda. Kisahnya pun tak akan pernah sama. Karena sejatinya, hanya Tuhan yang maha tahu atas segalanya.
Sebuah ikatan pernikahan pun--yang mungkin bagi sebagian orang sangat mustahil untuk dijalankan dengan jalur mulus-mulus saja justru bisa berakhir bahagia.
Tapi, tanpa sebuah perasaan cinta, sepertinya kemustahilan itu memang adanya.
"Abanggg! Ini Jingga mewek mulu!" teriak Jennie pada suaminya yang kini tengah mandi.
Heran memang, bayi perempuan bernama Jingga itu sangat nempel banget sama Angga. Jika sudah bersama Papanya, sudah dipastikan bayi itu akan anteng berjam-jam lamanya.
"SABAR, JEN! LAGI KERAMAS, NIH!"
"CEPETAN DEH, BANG! BIRU LAGI REWEL BANGET SOALNYA."
Nah, kalau yang namanya Biru, dia masih sama. Bayi yang kini sudah berumur 1 minggu itu masih sangat anti dengan Bapaknya.
"ABANGGGG, CEPETANNN! LAMA AMAT SIH! PASTI LAGI MAININ SABUN, YA?!" teriaknya lagi. Suaminya itu belakangan ini memang selalu lama jika mandi. Tau deh ngapain.
Tak lama setelah mendengar teriakan Jennie yang kian mengeras, Angga keluar dari kamar mandi dengan keadaan tubuhnya yang masih memakai handuk.
"Kamu jangan su'udzon sama suami kamu sendiri, Jen. Mana ada saya mainin sabun," elak Angga.
"Alesan aja deh! Kalau gak dimainin terus sabun yang baru aja dibuka dua hari lalu kenapa udah tipis? Jennie juga tahu kok, Abang kalau mandi suka pake sabun cair. Nah, terus itu sabun batangnya dikemanain kalau gak Abang mainin!!"
Jennie kesal. Suaminya ini pandai sekali mengelabuinya, sangat tidak ingin mengalah. Padahal apa susahnya sih untuk jujur?
"Tapi, Jen, itu semua juga karena--"
"Udah, deh! Sana pake baju! Jingga pengen digendong tuh!" potong Jennie cepat.
Angga langsung menuju ke arah lemari, untuk memakai pakaian. Setelah berpakaian lengkap, ia menghampiri Jingga di box bayinya. Dan langsung menggendong yang kini sedang aktif menggerakan tubuh kecilnya. Karena bayi itu saat ini sedang tidak dibedong.
"Jingga sayang, kamu mau Papa gendong, ya?" tanya Angga yang ditujukan pada Jingga. Tapi bayi itu malah diam saja. Jingga malah menggeliat dengan bebas kesana-kemari dalam gendongan Papanya.
"Jingga, kamu lucu banget sih--AKKHH! Kok kamu ngompol di baju Papa sih, sayang! Papa kan baru mandi!"
Angga berdecak kesal. Baru aja dia mandi, tapi bajunya malah dikencingi oleh putrinya sendiri. Memang sih air kencing bayi itu tidak najis, diciprat-ciprat air juga udah sah-sah aja, tapi tetap aja Angga kesal. Kenapa Jingga gak pipis dari tadi!? Sengaja banget nih anak pengen kencingin Bapaknya.
"Tinggal kamu ganti popoknya Jingga, Bang! Banyak omong banget sih! Lagian dipipisinnya juga sama anak sendiri, bukan sama anak tetangga!" cibir Jennie. Dia sekarang menjadi sangat cerewet.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You, Husband! [END√]
HumorAbdi Negara Series 1 Angga Faresta Mahawira, kapten TNI-AD yang saat menjalankan tugas negaranya di Bandung harus dipertemukan dengan gadis SMA yang super bar-barnya. Bahkan di pertemuan pertamanya saat mereka berada di dalam angkot bernomor 51, ga...