🔐 Tugas Negara

17.9K 828 46
                                    

Sudah siap baca?

Yok lah, langsung aja. Jangan lupa vote, komen, dan follow akun aku yaa!

---------------------
Happy Reading
---------------------

|Tugas Negara

"Kapten Angga Faresta Mahawira, lo dipanggil ajudan buat ke ruangannya."

Mendapat panggilan yang menurutnya penting, membuat seorang lelaki bertubuh jangkung dan tegap itu menghentikan sejenak aktivitas olahraga angkat besinya.

Ia menatap kepada Adhi---sahabat yang memanggilnya tadi dengan sorot mata penuh pertanyaan.

"Gue? Disuruh ke ruangannya ajudan?" Tanyanya mengulang.

"Iye, lo dipanggil ke ruangannya. Gih, sana! Dia dah nungguin," jelas sahabatnya tersebut.

Angga lalu menghentikan rutinitas olahraganya itu, berniat menyudahinya karena mendadak dipanggil oleh sang ajudan.

Tubuhnya yang saat ini dipenuhi oleh keringat entah kenapa malah menambah kesan seksi dan macho pria itu bertambah menjadi berkali-kali lipat.

"Ga! Lo abis olahraga angkat besi apa abis ngebayangin olahraga angkat cewek? Kecetak noh anu lo!" seru Adhi disertai kekehan.

Angga geram bukan main atas pertanyaan sahabatnya itu. Ia lalu melirik ke area bawahnya.

"Sialan lo! Dia emang gini. Kalau dibawa aktivitas suka bengkok ke pinggir," katanya.

"Makanya kawin! Gak bosen lo main solo mulu? Kayak gue dong, tiap malam ada yang ngehangatin."

Sungguh, bagi Angga berbicara dengan Adhi sama dengan berbicara dengan Mamanya. Yang setiap harinya menyuruh dia untuk cepat nikah. Memang sih, diumurnya yang saat ini sudah menginjak 28 tahun itu, ia masih ragu untuk memiliki calon pendamping dalam hidupnya.

"Lo juga nikah baru sebulan jangan sok deh! Bulan-bulan lalu lo gimana? Sama aja nyolo!" Balas Angga geram.

Dia lalu lebih memilih pergi meninggalkan sahabatnya itu. Tak ada manfaatnya sama sekali baginya mendengar cerocosan panjang seorang Adhi Pradipta---sahabat sekaligus partner abdi negaranya.

Angga sampai di depan ruangan ajudannya. Langsung saja, ia mengetuk pintunya. Karena sedikit terbuka, Angga pun langsung saja masuk kedalam.

"Permisi!" Sapa nya.

Pak Yanto--selaku ajudannya menoleh saat mendapati ada seseorang berdiri diambang di pintunya.

"Ehh-Angga, ya?" Tanyanya.

Angga membungkukkan tubuhnya pertanda hormat. "Iya, dengan saya sendiri, ajudan. Ada apa ya ajudan memanggil saya kesini?"

Pak Yanto menurunkan kacamatanya sebatas pangkal hidung. Ia juga berdiri dari duduknya.

"Begini, Angga, saya meminta kamu kesini karena saya ingin menyampaikan sesuatu penting kepada kamu."

Dahi Angga mengerut, pertanda masih tak mengerti. Seolah mengerti dari mimik wajah Angga yang terlihat bingung, Pak Yanto lalu memperjelas kalimatnya.

"Sesuatu penting yang saya tugaskan kepada kamu adalah kamu harus pergi ke Bandung." Pak Yanto menjeda sejenak kalimatnya.

"Menurut laporan, disana ada sebuah komplotan kelompok bersenjata api yang selalu berkeliaran. Bahkan, pernah ada seorang bocah yang tewas karenanya."

With You, Husband! [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang