🔐 Alasan Untuk Bahagia

3.7K 260 6
                                    

Mau publish dari tadi pagi, tapi sinyalnya ngajak ribut😭 Maklum deh, di daerah aku dari pagi emg mendung bae kek mau hujan gede nih:)

Jangan lupa vote dan komen yaa!

-----------------------
Happy Reading
-----------------------

| Alasan Untuk Bahagia

Usai mengetahui fakta bahwa bayinya kembar, Jennie langsung meminta kepada Angga untuk melakukan USG. Dia sangat penasaran dengan keadaan bayinya di dalam sana.

Jadwal check-up Jennie seharusnya 4 hari lagi, tapi ia memajukannya. Tak apalah, dia sudah sangat dibuat penasaran oleh keadaan bayi kembarnya.

"Keadaan anak saya gimana, dok?"

Angga menggenggam tangan istrinya. "Anak kita, Jen," ucapnya meralat.

Dokter yang melihat interasksi seperti itu pun hanya bisa tersenyum.

"Anak Bapak dan Ibu sehat-sehat saja," ucap dokter itu sambil tersenyum.

"Jenis kelaminnya apa, dok?" Kini, giliran Angga yang bertanya.

"Maaf, Pak, kayaknya bayinya sedang main petak umpet dulu. Jenis kelaminnya gak nampak di layar monitornya, Pak," ujar sang dokter wanita itu sambil terkekeh.

"Kok dia malah ngumpet sih? Papanya kan mau lihat dia itu boy atau girl," ucap Angga berdecak kecewa. Ini anaknya belum brojol aja udah mainin dia, apalagi kalau nanti udah lahir?

"Hal seperti ini sudah biasa, Pak. Posisi bayi kadang memang selalu tak mau menampakkan ke layar monitor," ucap dokter itu.

"Oh ya, Pak, hasil USG-nya mau dicetak?" sambung dokter tersebut.

"Iya, dok. Hasilnya tolong dicetak, ya."

Angga menautkan jari-jari besar tangannya dengan tangan Jennie. Jennie yang melihat itu pun hanya bisa mengulum senyum.

"Saya akan selalu jaga kamu dan mereka. Gak peduli jika harus nyawa yang jadi taruhannya," ucap Angga lembut.

🔐

Usai pulang dari rumah sakit, keduanya langsung pulang ke rumah.

Jika dulu Angga mungkin hanya peduli pada bayinya, sekarang sepertinya sudah berubah. Buktinya, saat baru turun dari mobil, ia langsung menggendong Jennie ala-ala orang yang mau honeymoon.

"Ya Allah, Abang ngapain?! Jennie sekarang berat ngapain pake digendong-gendong segala!" ucap Jennie heboh saat Angga tiba-tiba menggendongnya.

Karena takut jatuh, secara refleks ia mengalungkan tangannya di leher sang suami dengan sangat erat. Wangi parfum maskulin yang dipakai Angga saat tercium pekat ke indera penciuman Jennie. Entah kenapa bau parfum ini malah membuatnya nyaman.

"Terus kalau kamu berat, kamu berpikir kalau saya gak bisa gendong kamu, gitu?"

Angga menatap lekat manik mata istrinya dengan tatapannya. Keduanya terjebak dalam acara tatap-tatapan mata.

With You, Husband! [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang