part 11

963 135 18
                                    

Suasana pagi yang mendung membuatnya enggan membuka mata. Selain karena cuaca, juga kelopaknya yang begitu berat.

Seokjin yang semalam tak sadarkan diri masih berada di posisi itu sampai pagi ini. Membekas rasa sakit dipunggungnya.

Ia tidak berharap pagi ini akan terbangun. Menurutnya, tidur adalah saat paling mengenangkan saat ia hidup. Dimana semua mimpi indah tayang di memorinya.

Seokjin tersenyum kecut. Ia bangkit menuju cermin, melihat betapa buruk rupanya diri itu. Kaus yang kotor, bekas kemerahan tercetak di dagunya, kantung mata karena terlalu lama tidur.

Ia menyedihkan.

Mungkin jika bukan karena sosok sahabat, sepupu dan pamannya yang selalu berada disisi Seokjin. Ia tidak akan tetap berada disini.

Seokjin malang. Semuanya telah pergi karena dirinya. Meninggalkan sesal akibat keegeoisan yang ia lakukan sendiri.

Ia ingin kembali pada waktu dimana ia tidak mengerti apapun, yaitu ketika ia kecil. Menganggap semuanya hal yang biasa sampai kini ia menyadari bahwa kehancuran telah membelenggu hidupnya.








"Seokjin belum berbicara apapun denganmu?," tanya Hobi yang pagi ini datang lebih awal bersama Yoongi.

Yoongi menggeleng.

"Aku takut terjadi sesuatu yang buruk padanya, tapi Seokjin tidak pernah mau berbagi tentang masalah hidupnya! Bagaimana aku tidak kesal?."

"Kurasa dia hanya butuh waktu," ucap Yoongi tenang.

"Jadi aku harus membiarkannya seperti ini dulu?"

"Ya. Sampai dia mau bicara jujur. Kita harus tetap mendukung dan berada disampingnya. Bukankah Seokjin lebih membutuhkan hal itu?"

Hobi mengangguk setuju. Ia jadi sedikit menyesal karena bersikap kasar pada Seokjin.

"Tapi aku juga kesal si. Anak itu selalu sok kuat. Awas saja kalo terjadi sesuatu tidak akan kubiarakan dia tersiksa. Aku akan membuat anak itu bahagia dan membuka dirinya pada kita."

Itu adalah kalinat terpanjang yang Yoongi katakan selama ini. Hobi sampai menganga dibuatnya.

"Haha baru kali ini kau bawel sekali."

Jam pertama sudah berbunyi, guru masuk kedalam namun mereka saling pandang karena Seokjin belum tiba. Sebenarnya dia memang sering terlambat akhir-akhir ini tapi ini terlalu lama.

Bahkan sampai jam pertama berakhir anak itu masih belum tiba.

"Yoon, apa jangan-jangan Seokjin sakit?."

"Tidak mungkin. Kan kemarin kita main basket bersama dia bahkan epic comeback dan mengalahkan kita."

Ya Seokjin kemarin menang. Tapi bukan karena murni, Hobi sengaja menurunkans strateginya agar permainan cepat berakhir.

"Tapi dia kemarin muntah-muntah di kamar mandi."

"Benarkah?"

"Ya. Kurasa dia sedang tidak baik sekarang."

Mereka pun terdiam merenung memikirkan keadaan Seokjin. Tapi saat menoleh ke jendela luar, mereka melihat seseorang berlari keliling lapangan.

PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang