part 23

917 145 21
                                    

"Chagi aku harus pergi dulu."

Baru saja Jihoon memasuki area rumahnya, sang istri sudah bersiap akan pergi dengan pakaian rapi dan tas jinjing ditangannya.

"Yeobo kau mau kemana? Aku baru saja tiba," ucap Jihoon.

"Aku harus bertemu Seokjin."

Mendengar nama itu tangan Seoknam mengepal kuat.

"Sudahlah berhenti memikirkannya. Kau jangan merasa bersalah terus pada anak itu. Dia akan baik-baik saja."

Mendengar ucapan tersebut membuat perasaannya tidak nyaman. Haera gugup menunduk kebawah.

"Perasaanku tidak enak. Aku ingin kesana."

Baru saja Haera melangkah satu kali, tangannya sudah di terik untuk kembali ke tempatnya. Cengkraman tangan Jihoon cukup kuat membuatnya meringis kesakitan.

Jihoon yang menyadari hal itu langsung melepasnya.

"Maaf. Aku hanya ingin kau tetap disini."

Ia merasa bersalah telah membuat Haera terkejut. Langsung ia mendekat menautkan jarinya diantara anak rambut dekat telinga Haera. Menyelipkannya dibalik telinga. Menarik wajah itu ke depan dan melumat bibir itu perlahan.

"Kita sudah lama tidak berkencan bukan?"

Haera mengangguk dengan suara desahan kecil.

"Emh.."

"Kita masuk ya."

Haera tidak bisa menolak kala tubuhnya mundur terdorong oleh tubuh lain yang lebih besar darinya. Perasaan gelisah yang semula timbul karena teringat sang anak perlahan memudar, di ganti oleh perasaan ingin bermesra dengan sang suami.

Melupakan keadaan Seokjin yang membutuhkannya saat ini.

Seokjin yang kini berbaring lemah di bangsal masih menutup matanya. Jeon mengatakan bahwa lukanya tidak parah, tapi memang keadaan Seokjin yang tidak bisa mentolerir luka itu sehingga kesadarannya menurun.

Seoknam tidak singgah seinci pun dari tempatnya. Ia terus menautkan jarinya pada tangan Seokjin.

"Appa.. istirahatlah. Biar Seokjin bersamaku."

Itu suara Taehyung. Ia yang langsung datang ketika menerima panggilan dsri Seoknam. Tidak jauh berbeda dengan ekspresi Seoknam saat itu. Ia juga takut dan kalap.

"Tidak. Aku ingin sekali saja. Menjadi orang pertama yang ia lihat saat Seokjin terbangun."

Kalimat itu membuat suasana hangat diantara mereka semakin terasa. Sampai dimana Seokjin mulai bergerak gelisah.

"Seokjin?" Panggil Taehyung.

Seoknam langsung mendekat mengusap kepala sang anak menyalurkan ketenangan.

"Seokjin ini Appa nak.. buka matamu."

Seokjin masih bergerak gusar dengan kepala yang terus menerus menoleh tak tentu arah.

Taehyung yang masih dengan logikanya langsung memanggil Jeon dengan tombol darurat disana.

Dada Seokjin naik turun, matanya perlahan terbuka. Nafasnya memburu seperti habis berlari maraton satu jam.

"Appa.." panggilnya lemah.

Seoknam mendekat "appa disini nak. Kau akan baik-baik saja."

Seokjin perlahan luluh bak air yang tenang karena hening.

"Appa, apa pantas aku bahagia?"



Deg



Pertanyaan itu sontak membuat mereka saling pandang beberapa saat.

PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang