part 22

838 151 36
                                    

Bel pulang sekolah sudah berdenting 5 menit lalu. Seokjin masih bimbang ia akan pulang kemana. Ajakan Yoongi ia tolak karena Yoonji yang harus semobil bersamanya. Seokjin malu jika harus berdekatan apalagi diantara orang lain, canggung rasanya.

"Hyung!?"

Sapaan itu sontak membuat Seokjin berbalik ke belakang. Melihat atensi Namjoon yang berjalan cepat kearahnya.

"Kau sudah sembuh?," tanya Seokjin.

"Hyung tau dari mana aku sakit?"

Sial. Seokjin keceplosan.

"Oh. Aku tahu dari Jimin," bobongnya.

Namjoon hanya mengangguk paham. Dalam hati Seokjin berdoa semoga anak itu tidak bertanya pada Jimin.

Belum sempat ia ingin bertanya lagi, di seberang Namjoon turun seorang lelaki dari dalam mobil. Melambaikan tangan kearahnya. Langsung Namjoon membalas lambaian itu.

"Ayah!"

Raut kegirangan muncul di wajah tampan itu. Seokjin menoleh melihat seorang lelaki menyebrang mendekati mereka.

Seokjin paham. Ini adalah pria yang sekarang menjadi kekasih sang eomma.

"Wah ayah tumben sekali menjemputku," ucap Namjoon semangat.

"Ayah baru pulang langsung kesini. Apa kau bisa belikan ayah minum sebentar?"

Namjoon mengangguk. Ia nurut sambil berjalan menjauh dari mereka. Jihoon langsung melangkah kedepan, memotong jarsl antara dirinya dengan Seokjin.

"Kau tahu aku siapa?," tanya Jihoon tegas.

"Tentu. Kau suami Eommaku."

"Kita harus meluruskannya. Sekarang Haera adalah Ibu dari Namjoon. Kurasa kau tidak perlu lagi membawa ibumu ke kehidupan malang keluarga kalian," ucapnya sambil memandang kearah lain "Jangan menganggap aku sebagai ayah tirimu. Aku tidak sudi."

Seokjin langsung memandang tidak suka kearah Jihoon. Ia pikir bahwa lelaki ini adalah lelaki baik yang merawat Haera dengan lembut. Tetapi ternyata juga lebih busuk dari kelihatanya.

"Memang siapa yang mau memanggilmu demikian?" Ucap Seokjim yang mulai kesal.

"Jaga sopan santunmu atau kau tau akibatnya."

Seokjin berdecih "Apa yang bisa kau lakukan? Kau pikir aku takut? Tidak percaya Eommaku memilih lelaki bejat sepertimu!!"

Hal itu seperti bendera perang yang Seokjin kibarkan pada lelaki dihadapannya.

Tanpa disangka Jihoon mendekat. Ia menyentuh pundak Seokjin, mendekatkan bibirnya pada telinga yang lebih muda.

"Kau menantang orang yang salah."


Jleb


"Sudah kubilang jaga sopan santunmu."

Ia langsung menarik pisau yang bernodakan darah itu.

Seokjin mundur, memegang perutnya yang basah dengan aroma karat yang mulai menyeruak keluar.

"Kau brengsek!"

Hampir saja ia mendekat untuk membalasnya namun tubuhnya kaku, merasakan sakit yang menjalar di area perut kanannya.

"Kau harus tahu berhadapan dengan siapa sekarang. Berhenti mengganggu kehidupan kami dengan Haera. Atau kau tau akibatnya."

Jihoon langsung pergi. Ia meninggalkan Seokjin dan berjalan kearah mobilnya. Membawa mobil itu sedikut maju kearah warung kecil menjemput Namjoon.

PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang