part 19

877 132 20
                                    

Gelap menyelimuti seluruh pandangannya. Seokjin yang kini bisa merasakan kembali sekujur tubuhnya yang nyeri dan sesak. Akhirnya ia bisa terbangun walau sekedar mendengsr percakapan di ruangannya. Mata itu enggan terbuka sampai saat ini.

Hampir setiap jam ia mendengar tangisan Haera dan juga Seoknam. Keduanya selalu mengungkap penyesalan pada Seokjin. Jujur, hal itu membuatnya ikut sakit. Ia tidak ingin hal ini terjadi, mereka menangis karenanya.

Saat ini ia merasakan tubuhnya di usap oleh kain hangat. Seokjin merasa nyaman. Ia berusaha membuka mata da menggerakkan tangannya, namun sayang Seokjin masih tidak bisa.

Bunyi ponsel berdering, juga usapan itu mulai berhenti. Haera yang awalnya fokus pada Seokjin kinu mulai terdistraksi oleh panggilan telpon.

Mata itu berhasil terbuk  dan menatap Haera yang kini terlihat cemas.

"Namjoon di rawat? Dia kenapa Oppa? Apa yang terjadi?"

Mendengar hal itu Seokjin ikut panik. Ia hendak bertanya namun terlambat, Haera sudah beranjak dan keluar meninggalkan Seokjin disana.

Ia juga merasa takut sesuatu terjadi pada Namjoon.

"Namjoon.. kenapa?"

Tanya Seokjin pada angin.

Ia melepas masker oksigennya dan berusaha bangun dengan sedikit tenaga karena hampir 3 hari ia tidak makan dan minum. Tenggorokan itu langsung tercekat karena haus, bibirnya kering meronta minta air. Namun Seokjin tidak peduli. Ia ingin bangun dari sana.

Tangannya memegang tiang infus, mendorongnya dengan kedua tangan dan berjalan keluar bertumpu pada tiang tersebut.

Tidak jauh ia melihat Haera masuk ke dalam kamar rawat diseberang melewati tangga yang turun. Ia meneguk ludahnya yang kering, jaraknya cukup jauh.

"Tuan anda mau kemana?" Tanya seorang wanita yang memakai seragam putih padanya. Ia memegang tangan Seokjin.

"Aku ingin kesana," tunjuk Seokjin.

Perawat itu mengangguk paham "saya ambil kursi roda dulu."

"Tidak usah! Aku ingin di papah saja," tolak Seokjin.

Perawat itu menurut dan membantunya berjalan. Tidak sulit memapah Seokjin yang berbadan kurus. Keringat membanjiri wajahnya padahal ia baru melangkah sedikit.

Dari balik jendela kecil, Seokjin melihat Haera yang begitu tulu mengusap perut Namjoon.

"Eomma.. sakit.." lirih Namjoon.

Tangan Haera langsung mengusap kepala sang anak sambung perlahan.

"Sabar ya nanti sakitnya hilang."

Ada perasaan senang dari diri Haera, pada akhirnya Namjoon luluh padanya.

Seokjin melihat itu semua dengan perasaan perih. Dalam benaknya ia juga ingin merasakan hal tersebut saat ini.

"Ibu disini saja ya? Jangan kemana-mana," Pinta Namjoon.

Haera mendengar telfon dari sang suami mengabari bahwa ia tidak bisa menemani Namjoon karena banyak urusan, dan meminta Haera untuk menjaga Namjoon kala ia tidak ada.

"Ibu tidak akan kemana-mana. Ibu disini saja."

Pintu yang tidak tertutup sempurna itu membuat Seokjin mendngar semua yang keduanya katakan.

Kakinya mundur selangkah.

"Tuan, anda baik-baik saja?"

"Aku tidak apa-apa."

PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang