part 40

734 135 36
                                    

Sore itu juga Seoknam langsung menghubungi polisi dan membawa Jihoon dengan paksa kesana.

Namjoon hanya memalingkan wajahnya, bohong jika ia tidak bersedih melihat sosok ayah yang kini di borgol paksa.

"Namjoon, anakku..."

Lelaki itu mencoba mendekat namun tangan Seoknam mencegahnya.

"Selesaikan urusanmu dengan mereka, aku akan menjaha anakmu."

Raut wajah menyesal tersirat jelas pada Jihoon. Ia mulai menyadari perilakunya, namun terlambat. Kini ia harus bertanggung jawab atas semuanya.

"Maaf ayah."

Hanya kata itu yang sanggup ia lontarkan pada sosok yang kini membelakanginya dan pergi dengan kedua lengan di kekang oleh petugas.

Tanpa sadar ia menangis.

Haera yang melihatnya berinisiatif membawa Namjoon kedalam pelukan.

"Sudah, kau masih punya Ibu disini."

Namjoon hanya mengangguk di posisi itu. Ia bersyukur ayahnya jera walau ia harus terluka melihat nasibnya yang buruk.

Cklek

Pintu ruangan Seokjin terbuka.

Setelah kejadian itu, Seokjin tidak sadarkan diri dan Seoknam memanggil Jeon untuk memeriksanya, dan lagi waktu yang ia butuhkan untuk menangani Seokjin tidak lah sebentar.

"Dia baik-baik saja kan?" Tanya Seoknam.

Jeon tidak menjawab, ia diam menatap Seoknam lekat. Ia sungguh ingin mengatakan bahwa Seokjin tidak pernah baik, namun keluarga ini butuh ketenangan. Terpaksa ia memberi bumbu kebohongan pada kalimat ini.

"Dia akan lebih baik saat bangun nanti."

"Kapan Seokjin Hyung bisa pulang?," tanya Namjoon. Pertanyaan polos itu membuat para orang dewasa saling pandang. Namjoon memang tidak pernah mendengar keadaan Seokjin yang sebenarnya. Ia hanya tahu bahwa Jin sakit kanker dan harus terus berobat.

"Yang pasti tidak sekarang."

Hanya jawaban itu yang mampu ia beri.

"Seokjin mungkin akan sedikit lebih lama disini. Kalian pulanglah, Namjoon juga harus sekolah lagi kan?"

Wajah Namjoon sendu. Ia menatap celah pintu kamar Seokjin.

"Aku akan menunggu Seokjin Hyung bangun."

Seoknam mengerti perasaan Namjoon, seperti Taehyung juga. Ia seorang kakak yang tidak mau pergi seinci pun dari tempat Seokjin berada. Sampai ia memintanya pulang saat anak sulung itu kelelahan, Seoknam mengerti bahwa Seokjin tidak ingin melihag wajah lelah orang sekelilingnya.

"Ingat kau juga harus menjaga kesehatanmu."

Namjoon hanya mengangguk.

"Haera, ada hal yang harus kita bicarakan berdua."

Wanita itu menoleh mendengar permintaan serius dan Seoknam. Ia mengangguk dan mengikuti langkah si lelaki, meninggalkan Namjoon sendirian.






Sore ini langit mulai berganti warna. Sebentar lagi akan gelap. Suasana sore yang menyegarkan ini membuat keduanya hanyut diam dan fokus memandang angkasa.

Sampai suara dekheman memecah keheningan.

"Kenapa?" Tanya Haera khawatir.

"Kau harus segera menyelesaikan perceraian kalian."

PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang