Mereka tidak tahu harus kemana lagi. Ketiga lelaki itu bersama Yoonji mencari keberadaan seokjin. Sudah hampir 10 hari mereka kehilangan sosok itu. Tidak ada yang tahu dimana dia berada, di rumahnya, apartment, bahkan separuh kota mereka cari.
Satpam rumahnya bilang bahwa satu keluarga di rumah ayahnya Seokjin sudah kosong sejak lama. Mau melapor pun juga bingung karena ini bukan orang hilang maupun penculikan.
Tanpa kabar, tanpa berita, bahkan pamit juga tidak ada. Membuat semua merasa sedih.
"Aku pernah marah karena dia tidak menganggapku sebagai sahabatnya dan selalu menyembunyikan semua sendirian."
Mereka yang kini berada di rooftoop sekolah saat jam belakar sudah habis memandang kearah Hoseok yang menunduk sambil memainkan kerikil kecil.
"Aku sekarang tahu perasaanmu."
Namjoon menatap kedua seniornya itu. Ia juga seperti kehilangan sosok Hyung yang baru ini ia temui.
"Tapi apa kita boleh marah?," tanya Hobi.
"Lihat saja jika dia datang sengan senyuman bodoh itu akan ku buat rambutnya habis."
"Walaupun Jin Oppa tidak ada rambut, dia tetap terlihat tampak bagiku."
"Katakan itu di depan orangnya. Tch, budak cinta."
Perkataan itu membuat Yoonji geram. Ia mencubit paha Yoongi kencang sampai membuat pria itu meringis sambil mengusap pahanya yang mungkin sudah memerah di balik seragam.
"Aku khawatir," ucap Yoonji.
Ekspresinya kian turun karena rasa rindu dan takut. Tanyan Yoongi beranjak mengusap tangan sang adik, menggenggamnya, menyalurkan ketenangan.
"Aku yakin Jin Hyung akan kembali. Dia tidak akan meninggalkan kita. Bukannya lebih baik kalau kita berdoa agar Seokjin Hyung segera kembali?."
Mereka bertiga mengangguk setuju.
Tangan itu reflek bertaut lurus menempel pada telapak tangan masing-masing. Dengan mata memejam, panjatan doa berhasil mereka ucap dalam hati.
Perlahan kekhawatiran itu luruh. Ada rasa lega karena melibatkan yang maha kuasa.
•
Namjoon pulang dengan wajah lesu. Hari ini ia tidak mendapat kabar apapun dari Seokjin. Membuat Haera juga ikut terheran. Wanita itu mendekat dan duduk di samping anak sambungnya.
"Ada apa?"
Namjoon menoleh, memerhatikan wanah sang wanita yang begitu tulus bertanya. Hubungan mereka semakin baik, rasa sayang tumbuh sedikit demi sedikit. Ia menerima kehadiran Haera sebagai sosok pengganti sang ibu kandung.
"Hm.."
Ia tidak menjawab dan malah menidurkan kepalanya di paha kecil Haera.
"Apa Ibu ingat dengan Seokjin yang pernah kau tanyakan waktu itu?"
Haera mulai memfokuskan dirinya mendengar nama sang anak disebut. Namjoon belum mengetahui faktanya, ia masih belum siap menerima penolakan dari sang anak sambung.
"Memangnya kenapa?"
"Sudah lebih dari 10 hari dia tidak datang ke sekolah. Aku mencarinya bersama temannya juga, tapi tidak membawa hasil," jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful
أدب الهواةBERANTAKKAN GAJELAS MAU DI UNPUB TAPI SAYANG MAU REVISI TAPI MALAS GAK TERIMA KRITIKAN SOALNYA AKU BAPERAN KALAU GAK KUAT SAMA TULISAN YG ANCUR BOLEH SKIP AE MAKASIH MWAH MWAH