Namjoon terus berlari dengan Haera yang ia rangkul bersama. Mereka berusaha menjauh dari rumah itu sebelum Jihoon bisa menemukannya.
Saat sebuah taksi lewat, reflek Namjoon mengibas tangannya didepan, membuat Taksi itu berhenti disana.
Kedua orang itu masuk ke dalam. Deru napasnya cepat karena panik dan lelah.
"Ibu kau baik?" Tanya Namjoon. Ia khawatir melihat ceruk leher sang ibu yang memerah bekas cengkraman Jihoon.
"Ibu tidak apa-apa. Bagaimana denganmu? Bajumu basah dan dingin."
Namjoon menatap bajunya sekilas. Air sungai masih membekas. Karena mendung tak kunjung membuatnya kering jua.
"Maaf, Bu," sesalnya.
Namjoon menunduk menahan tangis.
"Hei? Tidak perly meminta maaf. Kau tidak salah apapun."
Tangan merah bekas ikatan tali itu mengusap wajah sang anak yang kini menangis.
"A-ayah ku membuat keluarga Ibu seperti ini."
Tangis haru mulai keluar. Ia menarik Namjoon pada pelukannya.
"Tidak. Ini salah Jihoon, kau anak yang baik."
Sebisa mungkin ia meberi kenyamanan untuk sang putra. Ia yakin bahwa Namjoon sama takutnya.
"I-ibuku dulu juga pergi karena ayah. A-aku pikir ayah akan berubah setelah menikah lagi t-tapi ternyata... hiks.. maaf.."
Haera menatap iba Namjoon. Ini hal yang berat dialami oleh anak muda sepertinya. Haera terus memeluk memberi usapan lembut menguatkan lelaki tinggi itu.
"Sshh.. tidak apa yang penting sekarang kau bersama ibu."
Di dalam pelukannya, Namjoon masih menangis. Sakit hati melihat ayahnya demikian, orang yang ia percaya menghancurkannya.
"Ibu ayo kita ke rumah Seokjin Hyung!," ucapnya sambil perlahan melepas pelukan itu.
"Tidak. Kita akan ke rumah pamanmu. Ibu tidak pantas kesana."
"Sebelum kesini.. Seokjin Hyung hampir tewas karena Ayah.."
"Apa maksudmu Namjoon?"
"Ayah menjatuhkan Seokjin ke dalam sungai, dan aku berusaha menyelamatkannya."
Haera mengerti, inilah sebabnya baju namjoon basah kuyup dan bau lumpur.
"Namjoon dimana Seokjin sekarang? Kenapa kau tidak membawanya kemari?"
"S-seokjin Hyung d-dia tidak bisa.. dan hanya mengatakan kalau aku harus segera menolong Ibu."
Haera menggigit kuku jarinya cemas.
"Maaf Bu. A-aku juga takut terjadi sesuatu padamu."
Haera paham, Namjoon sangat trauma sampai ia gugup seperti ini. Walau rasa khawatirnya besar namun Namjoon juga dalam keadaan tidak baik. Ia memeluk sang anak sambung erat.
"Pak ke perumaha BH, cepat!"
Mobil itu meningkatkan lajunya dan berjalan menuju tempat yang Haera katakan.
•
Hujan yang turun tadi seharusnya memberi efek tenang pada manusia. Namun tidak untuk seisi rumah itu. Keduanya terus memandangi pintu berharap sosok yang ia tunggu datang.
Sebelumnya ia menerima pesan bahwa Seokjin tidak ingin di jemput, saat itu juga pekerjaan mereka menumpuk tidak bisa ditinggalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful
FanfictionBERANTAKKAN GAJELAS MAU DI UNPUB TAPI SAYANG MAU REVISI TAPI MALAS GAK TERIMA KRITIKAN SOALNYA AKU BAPERAN KALAU GAK KUAT SAMA TULISAN YG ANCUR BOLEH SKIP AE MAKASIH MWAH MWAH