part 13

901 138 23
                                    

Seseorang sedang berjalan menelusuri lorong rumah sakit dengan cepat. Tangannya masih menenteng tas kantor dan lengkap mengenakan jas yang ia pakai sedari pagi sampai kini sore menjelang.

Semenjak ia menerima telfon itu perasaannya begitu tidak nyaman dan terus mengingat sang putra. Sehingga ia mencoba untuk menepisnya sampai hari ini ia tidak tahan. Seoknam ingin menolak fakta bahwa ia peduli tapi semua terjadi begitu saja.

"Dimana Seokjin?," ucap Seoknam. Ia langsung masuk ke office Dokter dan menghampiri Jeon yang sedang bekerja disana.

"Dia di ruang rawatnya. Tulip 3."

Ia langsung berbalik hendak meninggalkan tempat itu.

"Sekarang kau peduli dengan Seokjin?"

Seoknam menoleh. Melihat tatapan tajam mata Jeon yang mengarah padanya.

"Mau bagaimanapun dia keturunanku walau tidak sebaik anak pertama. Aku hanya tidak ingin disebut ayah yang menelantarkan anaknya."

"Tidak perlu. Bukankah kau sudah demikian adanya?"

Seoknam mendekat. Dengan cepat ia mengangkat kerah milik Jeon membuatnya sedikit maju. Namun sorot matanya tidak takut sedikitpun.

"Kau marah? Berarti kau mengakuinya?"

"Tau apa kau soal keluargaku!!! Aku mendidiknya agar menjadi lelaki hebat. Kau pikir aku diam saja selama ini!?"

Jeon tersenyum kecut. Ia memalingkan wajahnya menghadap samping.

"Kau sebut itu didikan? Apa kau yakin kedua orang tuamu juga mendidikmu dengan cara itu?."

Tangannya mengepal kuat. Ia tidak terima fakta yang Jeon katakan padanya.

Ia langsung menghempas tubuhnya menjauh.

"Apa aku benar tuan Kim Seoknam?"

Bukannya menjawab, lelaki berusia 50 tahun itu malah pergi. Menutup pintu dengan kasar dan berjalan cepat menuju ruangan Seokjin.

Dengan amarah ia sampai di depan pintu kamar tulip.

"Jeon sialan! Biar ku beritahu bagaimana cara mengurus anak!"

Ia langsung masuk.

Blam

Pintu terbuka dengan kasar.

Seokjin yang sebelumnya terlelap kini terperanjak kaget dan terbangun.

"Jawab pertanyaan in!"

Seokjin takut melihat raut wajah Appanya yang penuh emosi. Baru kali ini ia memandang mata tajam elang itu.

"Siapa ayahmu? Aku atau Jeon!?"

Seokjin mundur. Ia takut sampai bingung akan menjawab apa.

"Kau membuatku terlihat seperti orang tua yang buruk! Sengaja!? Agar semua orang berpikir seperti itu!?"

"Aku tidak mengerti a-apa maksudmu," ucap Seokjin jujur.

"Kau sama saja seperti Haera!!"

Segera ia berjalan ke arah nakas. Mengambil makanan disana menyendokkan nasi itu dengan kasar.

Ia menangkap dagu Seokjin dengan satu tangan, mencengkramnya dan memasukkan makanan itu kedalam mulut Seokjin secara paksa.

"Ini!! Ini maumu? Di manja dan mendapat perhatian!!"

Seokjin menangis mencoba menelan nasi itu bulat-bulat dengan deraian air mata.

"Kenapa menangis!? Biasanya kau akan melawanku dan menolak semua perlakuan yang aku berikan!"

PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang