part 25

821 123 27
                                    

Seorang gadis berambut pendek sebahu kini menikmati setiap tetes hujan yang mulai turun. Walau ia terjebak antara air yang jatuh, namun justru ia merasa ketenangan dibawahnya.

Setelah membeli beberapa keperluan pribadi dan keluar dari toko, rinai hujan turun tanpa disangka. Membuat langkahnya terhenti dan kembali duduk di depan ruko.

Beberapa menit berlalu namun hunan itu tidak reda juga malah semakin deras.

"Harusnya tadi aku terobos aja."

Ucapnya kesal.

Ya memang dia suka hujan, tapi jika malam-malam dan di tempat asing seperti ini tentu menyebalkan.

Semakin lama air itu menyentuh kakinya, rasa dingin mulai datang.

Namun tiba-tiba lengan pendeknya terasa hangat, sebuah kain tebal menutupi tubuh langsing itu. Yoonji menoleh, melihat seseorang yang rela melepas jaket untuknya.

Lelaki itu duduk di samping Yoonji.

"Hai!"

Yoonji diam. Ia tidak menjawab sapaan itu dan justru wajah keheranan yang ia tampakkan.

"Lama tidak bertemu," lanjutnya.

Lelaki tinggi dengan kaos pendek berwarna hitam itu menatap lurus ke depan. Ia melihat bagaimana proposi wajah Seokjin dari samping. Begitu indah walau kini nampak memucat.

"Oppa kemana saja?"

Akhirnya ia mampu berkata. Meluapkan semua rasa penasaran dan juga rindu yang ia pendam berhari-hari tanpa sosoknya.

Seokjin menoleh, menatap mata kecil Yoonji dengan tersenyum.

"Aku sibuk. Kau boleh menanyakan semuanya padaku sekarang."

Seokjin mengerti pasti banyak kebingungan yang ada dalam pikiran Yoonji sekarang. Maka dari itu ia membebaskan si gadis until bertanya.

Namun Yoonji menunduk. Ia tidak tahu kenala air matanya turun. Sekuat tenaga ia menahan isakan agar tidak keluar.

"Sob.."

Sial. Suara tarikan nafas itu tidak bisa ditahan. Yoonji menangis disana.

"Yoonji kenapa menangis? Apa aku berbuat sesuatu? Atau ada yang menyakitimu?"

Yoonji menggeleng dengan deraian air mata. Wajahnya tidak berani menatap kembali pada Seokjin.

"Aku minta maaf. Baiklah aku akan pergi. Mungkin kai butuh sendiri."

Grep

Baru saja ia ingin bangkit, tangannya dicekal oleh kedua tangan kecil Yoonji. Seokjin terpaku merasakan tangan lembut itu merengkuhnya. Bola matanya membesar dan pipinya mulai memerah. Ada debaran yang ia rasakan, yang jauh lebih besar dari sebelumnya kala mendengar hal itu.

"Oppa pergi tanpa sepatah kata. A-aku sungguh tidak tahu mencarimu kemana."

Tangan Seokjin meraih bahu Yoonji. Menempelkannya pada tubuh itu. Membuat sensasi hangat dan nyaman karena dinginnya hujan.

"Maaf. Jangan menangis."

Seokjin sungguh tidak bisa melihat air mata orang lain. Ia akan merasa bersalah.

"Kalau begitu jangan menghilang."

Seokjin mengelus pundak itu.

Bertahun-tahun ia menahan diri, tidak disangka kali ini ia bisa bertemu dengan Yoonji bahkam begitu dekat.

"Tidak akan."

"Aku akan menghubungi Yoongi Oppa kalau aku bertemu denganmu."

"Jangan!"

PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang