part 20

985 154 32
                                    

Haera masih setia menemani Namjoon yang kerap manja padanya. Sering kali ia merengek minta diusap dan di pijat. Haera tidak bisa menolak karena ia sendiri sudah menganggapnya sebagai anak kandung.

"Ibu kapan aku pulang?"

"Nanti kalau jahitannya sudah kering. Perutnya masih sakit?"

Namjoon menggeleng. Ia terkena usus buntu dan kemarin ia sudah melakukan operasi.

Terpaksa ia meninggallan Seokjin disana. Ia pikir mungkin sang anak belum sadar jadi beralih untuk mengurus Namjoon.

"Aku ingin makan hotteok."

"Tidak. Makanan itu sulit di cerna. Kau harus memakan makanan lembek."

Bibir Namjoon langsung mengerucut mendengarnya. Ia bosan dengan makanan rumah sakit yang hambar. Ia ingin jajanan luar, tapi hal itu yang membuatnya berakhir disini.

"Ibu harus keluar sebentar. Kau disini sendiri tidak apa?"

"Ibu mau kemana?" Tanya Namjoon balik.

"Ada urusan sebentar."

"Maaf Bu aku dulu sering mengusirmu. Tapi sekarang aku sangat suka kau disini."

Hatinya menghangat. Ia tahu akan ada masa dimana Namjoon menerima kehadiran Haera sebagai pengganti ibunya. Ada rasa bahagia didalam relung hati Haera. Membuatnya enggan meninggalkan Namjoon.

"Tidak apa. Ibu tau kau perlu waktu."

Pada akhirnya Haera tetap berada disinu dengan Namjoon sepanjang hari.

Tanpa ia sadari seseorang lain sedang nenunggu kehadirannya.








Seokjin terpaksa menurut saat ia tertidur dan terbangun di ruangan lain yang tidak asing baginya. Tangannya sudah tertancap jarum infus yang baru dengan botol infus yang sudah diganti juga.

Seperti memutar waktu saat dimana semangat hidupnya masih begitu besar. Seokjin tersenyum meratapi dirinya yang kesepian, lagi.

Ia pikir hari ini akan terbangun dan mendapat suasana menyenangkan. Namun ia lagi-lagi dihancurkan oleh ekspetasi, berakhir merasakan sensasi tidak nyaman akibat efek sampingnya.

Seseorang masuk kedalam sambil membawa baskom alumunium ke arah Seokjin.

"Jangan ditahan!" Ucapnya.

Seokjin menerima benda itu dan menyimpannya disamping tempat tidur.

"Paman, dimana Appa dan Taetae Hyung?" Tanya Seokjin.

"Appamu harus bekerja dan Taehyung juga. Paman akan menemanimu."

Rasa kecewa terlihat jelas dari sorot matanya, Seokjin menyenderkan tubuh itu sempurna di ranjang dengan posisi semifowler.

"Paman juga sibuk kan?"

"Tidak. Aku sedang tidak sibuk."

"Nanti juga paman tiba-tiba menghilang seperti yang lain."

Jeon mengerti perasaan Seokjin. Apalagi ketika ia dihadapkan dengan fase sulit seperti ini.

"Jangan pikirkan itu. Kau harus istirahat agar efeknya tidak terlalu terasa."

Seokjin mengangguk.

PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang