part 17

989 143 37
                                    

Mereka mendorong brankar yang terdapat Seokjin disana. Haera tidak berhenti menangis sebari terus memanggil nama Seokjin.

Begitu juga dengan Seoknam yang ikut merasa takut. Jantungnya berpacu dari semenjak ia datang sambil menggendong sang anak.

Brankar itu langsung didorong masuk ke ruang darurat. Jeon sudah bersiap disana sejak Seoknam menelfonnya dengan suara panik.

"Kalian diluar."

"Biarkan aku masuk. Kumohon," pinta Haera pada sang kakak yang masih berdiri diambang pintu.

Seoknam menahan Haera dengan memeluk tubuh wanitanya.

"Maaf tapi kau harus memunggu," ucap Jeon sambil masuk kedalam, menutup pintunya rapat.

"Lepas tanganmu brengsek!"

Tidak dapat dipungkiri rasa benci Haera menyeruak pada Seoknam.
Ia mencoba melepasnya.

Ia menatap Seoknam lekat.

"Pukul aku! Seperti yang kau lakukan pada Seokjin."

Seoknam bingung.

"Aku sudah bilang padamu, pukul dan sakiti saja aku. Jangan anakku!"

"Aku tidak akan melakukannya."

"Kenapa!? Kau ingin membuat Seokjin semakin tersiksa begitu!? Cepat siksa aku! SIKSA AKU KIM SEOKNAM!"

Haera kalap. Ia terlalu sakit hati melihat perilaku Seoknam yang tidak pernah berubah.

"Maaf. A-aku tidak tahu akan menjadi seperti ini."

"Apa jika ini tidak terjadi kau akan terus melakukan hal itu padanya?"

Seoknam terdiam.

"Jawab!!"

Cklek

"Siapa yang golongan darahnya sama dengan Seokjin?"

Seoknam maju "aku."

"Cepat ikut aku."

Perawat itu berjalan lebih dulu meninggalkan Haera yang masih menangis disana. Ia gelisah menunggu kabar dari dalam yang tak kunjung selesai menangani anaknya.

Ternyata butuh waktu satu jam menunggu Jeon keluar darisana. Raut wajah lelah terpampang jelas di balik masker medis yang ia kenakan. Haera langsung berdiri dan mendekat.

"Bagaimana dia? Apa anakku baik-baik saja?"

Jeon membuka maskernya, ia membuang nafas panjang melepas kepenatan dari dalam.

"Jawab aku oppa!"

"Kita harus membicarakannya dengan Seoknam di ruanganku," jawab Jeon.

"Sekarang. Aku ingin mendengarnya sekarang juga."

"Kau harus tenang. Kalian semua harus mengetahui semuanya bersama. Jika Seoknam sudah datang segera ke ruanganku," ucapnya sambil melenggang pergi. Meninggalkan tanda tanya besar diatas kepala Haera.

Perasaannya semakin tidak tenang.

"Seokjin pasti baik-baik saja."

Yakinnya dalam hati.

Dalam sebuah kamar terdapat seorang remaja yang tertidur gelisah diatas kasurnya. Sementara si dewasa kini mencoba menghubungi sang istri agar segera tiba namun sayang panggilannya tidak dijawab.

PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang