part 14

920 139 26
                                    

Seokjin tidak peduli. Ia akan tetap menempeli Seoknam sampai lelaki itu luluh padanya dan bersikap baik layaknya ayah pada anak.

Seperti pagi ini, ia bersiap ke sekolah tapi ia sudah berada di mobil milik Seoknam. Tanpa ijin ia masuk kesana duduk nyaman menunggu kehadiran sang Appa.

Sampai pintu itu terbuka, Seoknam terkejut mendapati sang anak yang berada di sisi kiri mobil.

"Appa kau bilang kemarin akan ikut apa mauku kan?"

Saat dirumah sakit, Seoknam reflek berkata seperti itu. Kalimat kasar dan galaknya dianggap sebuah perhatian untuk Seokjin.

"Jika benar aku juga akan ikut apa maumu. Berhenti berbuat ulah mulai sekarang."

"Terserah. Kau tahu konsekuensi jika tahu kelakuan burukmu."

"Aku siap menerima apapun resikonya asal Appa tetap menjadi Appa ku."

Seokjin ternyum menang. Misi nya kali ini adalah menikmati masa bersama Seoknam. Hanya itu. Ia berjanji tidak akan meminta lebih.



Setibanya ia di sekolah, Seokjin berjalan dengan suasana hati yang baik. Ia begitu senang walau mungkin ini tidak akan lama terjadi.

Saat ia sedang asin berjalan, kepalanya terdorong ke depan, hampir saja ia terjatuh untungnya keseimbangan Seokjin stabil. Ia menoleh melihat siapa yang melempar bola besar itu ke kepalanya.

"Seokjin Sunbaenim!"

Ya. Biang onar Kim Mingyu. Anak berbadan bongsor itu mendekat dan merangkul Seokjin.

"Sunbae! Kemana kau akhir-akhir ini?"

"Bukan urusanmu, dan berhenti bertingkah seolah kita sedekat ini," jawab Seokjin cuek sebari melepas rangkulan tangan besar Mingyu.

"Kenapa kau begitu arogan sunbae. Aku hanya ingin berteman."

Seokjin berjalan lebih cepat dan berada di depan Mingyu. Langsung lelaki itu menyusul dan menarik lengan Seokjin.

Bugh

Pipi Seokjin terkena bogeman mentah darinya. Ia mengerjap menetralkan pusing yang menjalar. Tangannya mengepal menahan amarah.

Seokjin, tahan. Kau harus bersabar.

"Ayo lawan aku!"

Pagi ini lorong sekolah masih belum ramai karena ia berangkat terlalu awal sehingga tidak ada sispapun yang memerhatikan mereka.

"Kau gila! Aku tidak ada urusan denganmu tapi kau tiba-tiba memukulku."

"Kenapa memang? Aku bosan dan hanya kau yang mampu mengimbangi kekuatanku. Kau mengalahkanku kemarin, jadi akan kubalas hari ini."

Seokjin langsung menghindar saat kaki Mingyu mencoba menendangnya. Kilat amarah semakin kentara di wajah Seokjin.

Ia paham, jika meladeni seorang Mingyu, hanya akan membuatnya terkena masalah.

"Seokjin!"

Teriakan Hobi membuyarkan lamunannya. Mingyu berhasil menendang punggung Seokjin saat ia lengah.

PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang