part 37

662 126 34
                                    

Langkah kaki besar itu berjalan cepat menuju kantin.

Sejak jam pertama sahabatnya hanya diam tidak bicara, walau memang biasanya seperti itu namun suasananya berbeda. Ini bukan diam yang biasa. Bahkan saat ini lelaki itu ke kantin tanpa embel-embel memberi ajakan. Padahal ada sesuatu yang ingin ia bicarakan.

Ia sampaidi tempat ramai itu, disana Yoongi duduk dengan Jimin disebelahnya. Sang adik kelas yang selalu menjadi bahan ejekan oleh geng Mingyu.

Ia mendekat dan berdiri tepat di depan mereka.

"Ada sesuatu yang harus kita bicarakan," ucap Hobi serius.

"Hm. Katakan saja."

"Seokjin masuk rumah sakit lagi."

Mendengar hal itu Yoongi langsung diam. Menghentikan aktifitas makan siangnya. Ia menengadah dan menatap balik sahabatnya.

"Aku tidak peduli. Kau jangan mau tertipu, dia pasti hanya mencari simpati kita."

"Kenapa kau bicara seperti itu? Kau tahu bagaimana keadaan Seokjin kan?"

"Tch. Bisa saja dia menipu kita."

Hobi jengah. Kalau Seokjin mendengar ini dia tidak apa, dia akan diam dan menerima. Tapi Hobi yang mendengarnya langsung merasa terluka.

"Dia tidak masuk selama 3 hari kau pikir dia berbohong?"

Jimin hanya diam melihat kakak kelasnya yang beradu argumen sedari tadi. Ia takut namun tidak bisa melerai.

"Jika kau hanya ingin membicarakan orang itu. Lebih baik kita sudahi percakapan ini."

Hobi berkecak pinggang, ia lalu menatap keberadaan Jimin disana.

"Dimana Namjoon?"

Jimin menggeleng "Namjoon juga tidak masuk selama 3 hari."

Memang ia kini berteman baik dengan lelaki jangkung itu karena simpatinya yang selalu menolong Jimin.

"Pasti terjadi sesuatu pada mereka, dan aku baru mengetahui bahwa Namjoon adalah adik tiri Seokjin."

"Mwo?"

Jimin terkejut. Dari keduanya ia tidak pernah mendengar fakta itu. Sementara Yoongi ia tidak peduli sama sekali.

"Aku juga mengetahuinya dari Bibi yang bekerja disana."

"Sunbae ayo kita menemui mereka!"

"Yoon ayo ikut!"

"Tidak. Bahkan jika terjadi sesuatu padanya, aku orang pertama yang merasa bahagia."

Hobi mengepal kuat. Ingin rasanya ia memukul orang ini dengan tangannya sendiri sampai otak bodoh itu bisa kembali berpikir jernih.

"Jangan menyesal!"

"Sudah kubilang aku tidak akan pernah peduli lagi!!"

Hobi langsung pergi. Ia pikir tidak akan menyehatkan kalu terus berbicara padanya.








Rasa syukur tidak berhenti mereka rasakan kala Seokjin sudah bisa keluar dari ruangan menyeramkan itu. Walau karena paksaan ia bisa pindah. Jeon bilang keadaan Seokjin masih beresiko karena takut ia akan mudah drop akibat berada diluar.

Tapi senyuman Seokjin selalu menyertai setiap harinya. Ia tidak pernah bersedih dan malah berterimakasih kepada tuhan karena semua keluarganya berada disini.

"Seokjin Hyung, aku akan pulang hari ini."

Ucapan Namjoon membuatnya terkejut, Seokjin mencoba bangun dengan tangannya walau rasanya masih lemas apalagi tangan itu masih terdapat selang infus.

PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang