Fall...
Haera tidak mampu lagi menahan bobot tubuhnya, ia terjatuh dengan Taehyung yang menangkapnya dengan baik.
Ya. Haera pingsan setelah mendengar penjelasan dari Jeon.
"Bawa dia ke ruang rawat! Kau juga anak muda. Tubuhmu terluka," ucap Jeon perhatian.
Namjoon menggeleng "aku akan menunggu Jin Hyung."
"Aku akan menemaninya. Kau ikut dengan pamanmu."
Suara tegas Seoknam tidak bisa ia bantah. Apalagi kala ia juga di tarik oleh Jeon untuk menyusul Haera yang berada di gendongan Taehyung.
Ia memandangi kepergian semua orang. Lalu beralih pada pintu ICU.
Ruangan yang menyeramkan bagi semua orang. Seoknam tidak percaya sang putra berada disana. Ia menggenggam knop pintu.
"Appa tidak sanggup, bahkan hanya untuk melihatmu."
Seoknam terdiam disana. Kakinya tidak mampu melangkah. Ia merosot, berlutut diatas lantai menutup wajahnya yang kini penuh air mata.
"Bodoh! Appa yang bodoh!"
Ia tak henti memukuli dadanya dengan kepalan tangan. Berharap rasa sesaknya berkurang namun tidak. Hal itu malah menambah luka.
•
"Berhenti menangisi lelaki itu. Kau tidak pantas dengannya!"
Di sebuah kamar bernuansa biru muda terdapat lelaki yang menyelinap masuk sambil melempar sekotak tissue pada gadis yang masih memandangi jendela luar.
"Aku tidak menangis."
Yoongi tahu. Ia semalaman tidur dengan mata sembab dan menolak pergi sekolah hanya karena satu lelaki.
"Berhenti berbohong padaku Min Yoonji! Anak itu tidak akan ku maafkan."
Yoonji menarik ujung baju sang kakak menyuruhnya untuk duduk bersama diatas kasur pink miliknya.
"Aku sudah memaafkannya."
Senyuman luka itu tersirat jelas di wajah sang adik. Ia tahu Yoonji terlalu baik dan bukan pendendam.
Namun bagaimanapun juga Yoongi bukanlah Yoonji. Kejadian ini terlalu pedih untuk ia rasalan sebagai sosok pelindung bagi Yoonji. Seolah-olah perlindungannya runtuh begitu saja hanya karena seorang Seokjin.
•
Hembusan nafas cepat dibalik msaker oksigen dengan embun yang hilang timbul di permukaannya. Sosok yang kini berbaring dengan dada terbuka itu berkeringat banyak. Kepalanya bergerak resah tak karuan. Membuat perawat yang berjaga seketika mendekat.
"Seokjin?"
Ia memanggil nama itu sambil mengusap keringatnya dengan tissue di area dahi dsn leher yang sudah basah oleh keringat bahkan bajunya juga.
"Seokjin kau dengar aku?"
"Eungh... eomma.. e-eomma.."
"Tenanglah... sstt.."
Perawat itu mencoba memberi ketenangan pada pasien yang diduga mimpi buruk akibat infeksi pneumonia yang menyebabkan demam tinggi.
Nafasnya kian cepat dan ia tidak berhenti gelisah. Perawat itu langsung menekan tombol darurat di sampingnya. Sambil menunggu kedatangan Jeon, ia tetap mengucap kalimat penenang untuk Seokjin.

KAMU SEDANG MEMBACA
Painful
FanfictionBERANTAKKAN GAJELAS MAU DI UNPUB TAPI SAYANG MAU REVISI TAPI MALAS GAK TERIMA KRITIKAN SOALNYA AKU BAPERAN KALAU GAK KUAT SAMA TULISAN YG ANCUR BOLEH SKIP AE MAKASIH MWAH MWAH