Suasana kelas yang damai hanya ada satu suara dari Guru di depan. Suaranya pelan membuat seisi kelas mengantuk dibuatnya.
Terkecuali seorang gadis yang duduk dibangku nomor 3 dekat jendela. Gadis itu hanya memerhatikan keluar, bahkan tidak mengerti apapun yang guru di depan jelaskan.
Matanya sendu.
Sudah hampir seminggu ia tidak melihat sosok yang melukai hatinya malam lalu. Ia tidak bisa berbohong kalau hatinya memikirkan lelaki bernama Kim Seokjin. Walau memang ia tidak bisa memaafkan, tapi jujur ia mencintai Seokjin.
"Baik, sekian pelajaran hari ini. Semuanya mohon langsung pulang ke rumah masing-masing karena cuaca mulai mendung, dan hati-hati di jalan."
Mendengar hal itu Yoonji langsung membereskan buku dan barang-barang sekolahnya. Ia menggandeng tas ransel berwarna coklat keluar kelas, namun belum sempat ia melangkah jauh, seorang lelaki berada dihadapannya tiba-tiba.
"Ikut aku!"
Hanya itu yang ia katakan dan langsung pergi buru-buru. Yoonji yang tidam mengerti apa-apa hanya mengikuti dari belakang.
Dia adalah Hoseok. Wajahnya yang biasa bercanda tadi menunjukkan muka serius sehingga membuat Yoonji heran dan pensaran.
Tiba di belakang kelas, Hoseok berhenti dan berbalik.
"Ambil!" ucapnya sambil menyerahkan sebuah lukisan bergambar dirinya.
"Ini.."
Ia membalikan figura itu dan melihat gambar dirinya terlukis indah disana. Pakaian dan gaya rambut itu, ia ingat. Ini saat pertama ia masuk sekolah SMA. Dimana saat ospek pakaiannya begitu cupu dan sopan.
"Lihatlah tulisannya."
Ia membaliknya lagi dan melihat tulisan dibawahnya.
Seketika Yoonji menutup mulutnya.
"T-tapi dia bilang hanya menganggapku sebagai adik."
"Sebagai adik? Bahkan ia menyimpan ini selama 2 tahun dan masih mengingatnya?"
Sret
Belum sempat Yoonji berbicara seseorang tiba-tiba datang dan menarik figura itu dari tangan Yoonji.
"Kau percaya dengan benda bodoh ini?"
"Yoon, sudahlah. Biarkan aku menjelaskannya sebelum terlambat."
"Jelaskan apa? Kau pikir dengan gambat bertuliskan 2019 ini cukup membuatku memaafkannya!?" Ucapnya sambil mengangkat figura itu keatas.
"Kau tidak perlu memaafkannya Min Yoongi. Aku hanya ingin jawaban dari Yoonji karena dia yang bisa memutuskan!"
Yoongi langsung menatap sang adik yang kini menunduk. Ia membenarkan ucapan Hobi namun...
Krak
Ia menginjak lukisan itu langsung ditempatnya.
"Pengecut!! Beraninya menyuruh orang lain! Kenapa tidak dia saja yang datang ke hadapanku!!"
Hobi mengepal tangannya kuat. Ia yakin Yoongi akan menghabisi Seokjin saat ini juga jika ia datang.
Sayangnya figura itu kini pecah dan merusak kertas di dalamnya. Dengan pelan ia memungut kertas itu.
"Jika kau mau menemui Seokjin, ambil ini. Jika tidak maka kau boleh membuangnya."
Yoonji menatap sang kakak yang juga menunggu jawabannya. Namun tangan bergetar itu meraih lukisan perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful
FanfictionBERANTAKKAN GAJELAS MAU DI UNPUB TAPI SAYANG MAU REVISI TAPI MALAS GAK TERIMA KRITIKAN SOALNYA AKU BAPERAN KALAU GAK KUAT SAMA TULISAN YG ANCUR BOLEH SKIP AE MAKASIH MWAH MWAH