Ruangan itu di dominasi suasana kelam sekelilingnya. Seorang wanita yang sedari tadi hanya diam menciptakan kecanggungan. Si lelaki tidak mengetahui salahnya apa. Ia hanya menurut kala Haera memintanya untuk bicara.
10 menit berlalu ia masih bungkam.
"Jika tidak ada yang dibicarakan, aku kembali ke kamar Seokjin."
"Tunggu!" Cegah Haera.
Seoknam yang sudah berdiri pun berbalik menatap kearahnya.
"Aku tidak ingin bertengkar Haera. Anakku sedang sakit."
"Aku bukan ingin mengajakmu bertengkar, tapi kau memulainya."
Seoknam yang tidak tahu apa kesalahannya hanya memicing bingung.
"Kau mengatakan pada Seokjin bahwa suamiku bukan lelaki yang baik kan? Sehingga dia menjelekkan lelaki yang tidak tahu apa-apa."
"Haera, aku tidak mengerti. Aku bahkan belum pernah menemui suamimu."
"Halah, aku tahu kau berbohong! Sudah cukup aku hidup dengan ego mu. Kini biarkan aku bahagia dengan orang lain Seoknam!"
"Aku minta maaf atas semua kesalahanku dulu dan membuat keluarga ini hancur, tapi aku tidak pernah mengatakan apapun pada Seokjin soal itu."
Haera yang tidak percaya itu kini bangkit dengan kasar.
"Jangan kau pikir aku percaya perubahanmu ini! Kau ingin aku kembali padamu lalu kau bisa bebas semena-mena lagi kan?"
Seoknam mengusap kasar wajahnya. Ia sungguh lelah menghadapi sosok wanita ini.
"Aku semena-mena karena kau sendiri yang tidak pernah menerimaku. Kita menikah memang karena paksaan tapi kau tidak lagi tulus setelah melahirkan Seokjin."
Plak
Seoknam menyentuh pipinya yang memerah akibat tamparan keras yang Haera beri. Seoknam tidak bisa membalasnya, ia bukan lelaki yang dulu bermain kasar. Kini semua hal buruk itu sudah menghilang dari dirinya.
"Jangan bawa-bawa Seokjin! Kau juga yang selama ini berusaha untuk sukses sampai melupakanku sebagai istrimu!"
"Aku minta maaf."
"Sudahlah! Aku muak disini. Lebih baik aku pulang daripada harus terus berdebat denganmu."
Haera langsung mengambik tasnya dan berjalan cepat keluar pintu.
Seoknam tidak bisa mencegah. Ia tahu dia salah dan ia juga tidak ingin mengelak, yang ia fokuskan sekarang adalah Seokjin. Tidak ada lagi.
"Appa.."
Suara itu membuatnya menoleh. Sang anak berada diambang pintu dengan tubuhnya yang bersender sempurna pada kusen pintu.
Seoknam bergegas menghampiri sang anak. Membawanya agar duduk karena ia tahu Seokjin tidak mampu berdiri lama.
"Karena aku Appa dan Eomma bertengkar."
Seoknam menatap sang putra nanar. Keadaannya masih lemah tapi Seokjin tetap memikirkan orang lain.
"Tidak. Kau tahu ini sudah biasa terjadi."
"Appa.. aku tidak meminta Eomma kesini. Aku tahu aku hanya mengganggu kehidupan barunya."
Perkataan itu begitu kontras dengan hati Seokjin. Ia yang selalu mengigau nama Haera kala drop, membuat mereka tidak tahan dan membawa Haera kemari.
"Seokjin.. Appa tahu kau selalu merindukan Eomma mu. Sudah seharusnya kalian bertemu."
Seokjin menatap sang Appa lekat. Tutur katanya begitu baik, jauh seperti dulu saat mereka belum menyadari kasih sayang satu sama lain.

KAMU SEDANG MEMBACA
Painful
FanfictionBERANTAKKAN GAJELAS MAU DI UNPUB TAPI SAYANG MAU REVISI TAPI MALAS GAK TERIMA KRITIKAN SOALNYA AKU BAPERAN KALAU GAK KUAT SAMA TULISAN YG ANCUR BOLEH SKIP AE MAKASIH MWAH MWAH